Dasar Hukum Likuidasi Bank

Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009 Llikuidasi perbankan erat kaitannya dengan upaya menteri dalam menjaga kestabilan nilai mata uang dan perekonomian masyarakat yang dikelola oleh bank. Dan peran pemerintah adalah untuk mengawasi perbankan agar dana masyarakat itu tidak disalahgunakan secara tidak bertanggungjawab. Menurut Mariam Darus Badrulzaman: Dalam hal bank yang telah dikenakan sanksi likuidasi mematuhi keputusan itu melalui rapat RUPS RULPS, maka hal ini berarti bahwa pembubaran itu merupakan pengukuhan kehendak pemerintah, sebagai produk kesepakatan dari bank itu, sehingga dapat dikatakan tindakan paksaan oleh pemerintah. Likuidasi demikian ini tidak didasarkan pada alasan pembubaran yang diatur dalam KUHD dan peraturan kepailitan. Uraian-uraian tersebut di atas memberi suatu pengertian bahwa likuidasi yang terjadi pada suatu bank tidak sama halnya dengan likuidasi perusahaan, biasanya yang melakukan likuidasi berdasarkan usul kreditur yang menyatakan perusahaan itu pailit maupun oleh kehendak para pemegang saham. Likuidasi bank lebih bersifat dipaksakan, Bank Indonesia yang menilai ketidakmampuan bank berhak untuk menjaga keselamatan usaha perbankan nasional dengan jalan melikuidasi bank-bank yang tidak dapat disehatkan lagi.

2. Dasar Hukum Likuidasi Bank

Terdapat beberapa ketentuan yang menjadi dasar hukum untuk melikuidasi suatu bank yang bermasalah dalam sistem perekonomian nasioanal, yaitu 94 a Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 sebagaimana diubah oleh Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998. : Dalam Undang-Undang Perbankan ini ditetapkan bahwa Bank Indonesia tidak akan memberikan bantuan dana pada bank yang mengalami kesulitan usaha. 94 . Rachmadi Usman, Op.Cit, Hal 168 - 171 Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009 Jika Bank Indonesia melihat ada bank yang tidak sehat sebelum menuju kebangkrutan, maka Bank Indonesia akan meminta bank tersebut untuk melakukan tindakan sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 37 ayat 2 Undang- Undang no.10 Tahun 1998 tentang Perbankan sebelum Bank Indonesia mengusulkan kepada Departemen Keuangan untuk mencabut izinnya, melikuidasi, melakukan merger atau akuisisi. Dalam UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah oleh UU No. 10 Tahun 1998 diatur mengenai penanganan bank yang mengalami kesulitan, yaitu: 1 Pemegang saham menambah modal; 2 Pemegang saham mengganti dewan komisaris; 3 Bank menghapusbukukan kredit macet, memperhitungkan kerugian dengan modal; 4 Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain; 5 Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban. Pengaturan ini merupakan suatu peningkatan perlindungan hukum bagi nasabah karena hal tersebut sama sekali tidak diatur dalam Undang-Undang Pokok Perbankan yang lama, sehingga hak-hak nasabah-nasabah bank terlikuidasi dapat dilindungi. b Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka perlu dilakukan penyesuaian terhadap ketentuan mengenai pencabutan izin usaha, Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009 pembubaran, dan likuidasi bank sebagaimana yang sebelumnya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1997. penyesuaian dimaksud diperlukan antara lain karena berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, kewenangan pemberian dan pencabutan izin usaha bank yang semula ada pada Menteri Keuangan dialihkan kepada Pimpinan Bank Indonesia. Di samping penyesuaian ketentuan-ketentuan karena adanya perubahan undang-undang dimaksud, agar pelaksanaan likuidasi bank dapat berjalan secara lebih efisien, diperlukan penyempurnaan dan penambahan beberapa ketentuan mengenai pencabutan izin usaha , pembubaran, dan likidasi bank. Berdasarkan peraturan pemerintah ini pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh Pimpinan Bank Indonesia apabila: 1 Tindakan penyelamatan belum mencukupi untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank danatau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem perbankan Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 4 ayat 1; 2 Atas rekomendasi dari badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 25; 3 Atas keinginan sendiri para pemegang saham atau para pemiliknya untuk membubarkan badan hukum bank Pasal 26. c Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32 53 KEP DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009 32 53 KEP DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran, dan Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat. Sebagai tindak lanjut pengaturan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, Bank Indonesia melalui Direksinya menetapkan peraturan tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank dengan membedakan pengaturan antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Dengan ditetapkannya pengaturan tersebut, maka Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 30 63KEP DIR tanggal 2 September 1997 tentang Tata Cara Pelaksanaan Likuidasi Bank dinyatakan tidak berlaku. Pada Pasal 2 dari surat keputusan tersebut menyebutkan bahwa pencabutan izin usaha bank umum atau BPR dilakukan oleh Direksi Bank Indonesia apabila: a Tindakan penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi bank umum atau BPR; b Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank umum atau BPR dapat membahayakan sistem perbankan; c Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham bank umum atau BPR Kemudian pada Pasal 3 dari keputusan yang sama menyebutkan bahwa pencabutan izin usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dilakukan oleh Direksi Bank Indonesia berdasarkan alasan tindakan penyelamatan belum cukup mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh bank atau membahayakan sistem perbankan. d. Peraturan Perundang-undangan lainnya. Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009 Sepanjang tidak ditentukan lain, maka peraturan perundang-undangan lainnya di luar perbankan yang berkaitan dengan pembubaran badan hukum bank, juga berlaku. Peraturan perundang-undang dimaksud: 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang PerseroanTerbatas, bagi pembubaran bank yang berbentuk hukum perseroan terbatas. 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bagi pembubaran badan hukum yang berbentuk hukum koperasi; 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1995 tentang Perkoperasian, bagi pembubaran bank yang berbentuk hukum koperasi; 4 Peraturan perundang-undangan mengenai badan usaha milik negaradaerah, bagi pembubaran badan hukum bank yang berbentuk badan usaha milik negara perusahaan perseroan atau badan usaha milik daerah perusahaan daerah. Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007. USU Repository © 2009

BAB III ALASAN PEMERINTAH DALAM MELAKUKAN REKAPITALISASI

A. Pengertian Rekapitalisasi

Program Rekapitalisasi Perbankan untuk pertama kali digulirkan melalui peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 1998 tanggal 31 Desember 1998. Peraturan pemerintah ini telah berfungsi sebagai payung tindak lanjut yang kemudian dilaksanakan oleh instansi-instansi terkait di bawahnya. Payung peraturan pemerintah diperlukan mengingat bahwa program ini menganut konsekuensi adanya penyertaan modal negara dalam jangka waktu tertentu 95 . Biasanya kebangkrutan merupakan alasan yang lazim untuk melakukan rekapitalisasi 96 Di dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, memberikan defenisi mengenai Program rekapitalisasi adalah sebagai berikut . 97 95 . H. Masyhud Ali, Op.Cit, Hal 112. 96 . Rachmadi Usman, Op.Cit, Hal 147. 97 . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 ahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum : Program Rekapitalisasi Bank Umum adalah upaya meningkatkan permodalan untuk mencapai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.