Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007.
USU Repository © 2009
Dan juga untuk mencegah terjadinya monopoli atau monopsoni dalam berbagai bentuk yang merugikan masyarakat
130
Kinerja perbankan pasca rekapitalisasi menunjukan gambaran yang sangat mengecewakan dengan biaya yang demikian tinggi dan mahal. Program ini hanya
mencakup aspek yang sangat terbatas belaka, yaitu perbaikan atas aspek permodalan. Meskipun juga harus diakui bahwa perbaikan atas aspek permodalan
itu seharusnya menyentuh dua unsur lainnya dalam CAMEL yaitu aspek kualitas aktiva produktif dan aspek likuiditas, namun kenyataannya harapan itu tidak
tercapai. Perbaikan atas aspek kualitas aktiva produktif tidak mencapai sasaran sebagai akibat dari meluasnya krisis sehingga menjadi krisis multi dimensi
keuangan, ekonomi, politik, sosial, dan keamanan. Pemulihan ekonomi menjadi semakin jauh dari jangkauan yang mengakibatkan tidak dicapainya perbaikan atas
feasibillitas unit-unit usaha sehingga kualitas aktiva produktif pada perbankan masih tetap memburuk
. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa kasus tersebut di atas
dikarenakan lemahnya sistem kontrol dari Bank Indonesia terhadap bank-bank bermasalah, sehingga memberikan citra yang kurang menguntungkan pada
masyarakat luas. Dengan kata lain, kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan, khususnya otoritas moneter semakin lemah.
C. Pasca Rekapitalisasi
131
130
. I.G. Rai Widjaya, Op.Cit, Hal 91.
131
. H. Masyhud Ali, Op.Cit, Hal 139.
.
Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007.
USU Repository © 2009
Pada aspek likuiditas bank yang dengan penerapan program rekapitalisasi itu justru sama sekali tidak tersentuh sebagai akibat dari kelemahan yang melekat
pada program rekapitalisasi perbankan itu sendiri, yaitu hanya terbatas pada perbaikan permodalan di atas kertas belaka. Sebaliknya dengan penerapan
program itu, pemerintah berada dalam posisi yang semakin sulit karena harus tetap memikul beban-beban pembayaran bunga obligasi rekapitalisasi dan terikat
pula dengan program penjaminan pembayaran kepada bank-bank umum. Pelaksanaan program rekapitalisasi telah menghasilkan jumlah yang lebih
sedikit, baik atas jumlah bank maupun atas jumlah kantor-kantor bank. Hal itu merupakan akibat lansung dari tindakan likuidasi, pembekuan kegiatan usaha
bank, baik dalam bentuk BBO Bank beku Operasi maupun dalam bentuk BBKU Bank Beku Kegiatan Usaha, merger serta adanya pendirian dua bank baru
sepanjang jangka waktu krisis
132
132
. Ibid, Hal 140.
. Hampir tiga tahun setelah krisis, majalah terbitan Hong Kong “Asiaweek”
melakukan jajak pendapat yang menyangkut 500 buah bank dengan urutan asset terbesar pada 19 negara di kawasan Asia. Hasil jajak pendapat ini
menggambarkan kinerja bank-bank tersebut sebagaimana tercermin dari data-data konsolidasi tahun fiskal antara 1 April 1999 hingga 31 Maret 2000, untuk
Indonesia hanya 36 bank dari jumlah 139 buah bank pasca rekapitalisasi, di luar bank-bank asing yang masuk dalam jajak pendapat ini. Jajak pendapat tersebut
telah memberikan gambaran perihal perubahan unsur-unsur pada sisi aktiva dan pasiva serta beberapa ratio penting menurut kinerja dari masing-masing bank yang
dicakup.
Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007.
USU Repository © 2009
Dari segi besaran aset, perbankan di Indonesia tergolong sebagai kelompok bank bernilai aset yang rendah. Dari 150 bank yang masih tetap
beroperasi setelah krisis pada tahun 1997, hanya 36 bank yang masuk dalam jajaran urutan 500 bank dengan aset terbesar di Asia. Besaran aset dari ke-36 bank
itu hanya tercatat bernilai US 93 miliar. Suatu angka besaran aset yang sangat rendah dibandingkan dengan perbankan di negara-negara Asia lainnya yang
masuk dalam jajak pendapat tersebut, seperti perbankan di Jepang US7.261 miliar, China US 1.516 miliar, Taiwan US 578 miliar, Korea Selatan US
482 miliar, dan lain sebagainya. Apabila di antara bank-bank di kawasan Asia, kinerja perbankan Indonesia
menunjukan gambaran yang paling mengecewakan, maka secara nasional perbankan pasca rekapitalisasi juga memperlihatkan kinerja yang sama. Sebagian
besar bank-bank pasca rekapitalisasi di Indonesia masih menghadapi permasalahan yang sama seperti keadaannya sebelum krisis.
Pada tahun 2000 sesuai dengan laporan keuangan Bank Indonesia yang sudah diaudit, laba Bank Indonesia setelah dikurangi cadangan untuk pembayaran
“burden-sharing” BLBI kepada pemerintah mencapai jumlah sekitar Rp 2 triliun. Demikian juga halnya dengan obligasi yang dimiliki oleh bank-bank pemerintah
maupun bank-bank lainnya yang mengalami rekapitalisasi
133
Bank-bank tersebut pada hakikatnya adalah milik pemerintah, sehingga obligasi yang mereka miliki lebih sebagai “intra governmental holdings”. Namun
berbeda dengan apa yang terjadi pada Bank Indonesia, karena obligasi tersebut menggantikan aset yang dipindahkan ke BPPN maka meskipun memberikan
.
133
. Cyrillus Harinowo, Utang Pemerintah: perkembangan, prospek dan pengelolaannya, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, Hal 85.
Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007.
USU Repository © 2009
penghasilan kepada bank-bank pemerintah atau bank rekapitalisasi lainnya yang memiliki obligasi tersebut, obligasi tadi tidak memberikan suatu sumber laba yang
besar
134
Hingga akhir Desember 2000 persoalan yang dihadapi oleh perbankan pasca rekapitalisasi masih meliputi dua masalah utama yang menjadi sasaran
pokok program rekapitalisasi untuk mengatasinya. Kedua masalah utama itu adalah
.
135
134
. Ibid
135
. H. Masyhud Ali, Op.Cit, Hal 150.
: 1 masih tingginya angka Non Performing Loan NPL
2 hingga menjelang tutup tahun 2001, masih terdapat sebagian bank pasca rekapitalisasi yang diperkirakan tidak mampu mencapai besaran CAR Capital
Adequancy Ratio 8 seperti dipersyaratkan Bank Sentral. Pada majalah “pengembangan perbankan”, Edisi nomor 88, terbitan bulan
Maret-April 2001, “Restrukturisasi Perbankan: Perkembangan dan Permasalahan” menggambarkan bahwa dari 135 buah bank yang masuk dalam penelitian tersebut
ternyata sebanyak 39 bank akan mengalami penurunan CAR, jika nilai tukar rupiah dan suku bunga bank mengalami kenaikan. Padahal diketahui bahwa tujuan
Bank Sentral melakukan kebijakan moneter ketat yang berakibat pada terjadinya kenaikan suku bunga bank adalah justru mengangkat nilai tukar rupiah terhadap
US. Dari sudut ini terlihat aspek yang sangat dilematis, dimana keberhasilan Bank Sentral mengendalikan kebijakan moneternya itu dapat dipastikan
berdampak negatif terhadap perbaikan besaran CAR bank pasca rekapitalisasi.
Elfridawati Siburian : Peranan Program Rekapitalisasi Terhadap Perbankan Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 1998, 2007.
USU Repository © 2009
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Program Rekapitalisasi adalah merupakan kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah dalam pemulihan perekonomian Indonesia. Dengan adanya rush
penarikan dana secara besar-besaran yang dilakukan oleh nasabah menyebabkan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi hilang. Dan ditambah
lagi dengan pencabutan izin 16 bank semakin mengakibatkan merosotnya kepercayaan terhadap perbankan. Dengan keadaan ekonomi yang semakin
krisis sehingga sampai kepada krisis multi dimensi maka pemerintah