Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
3. Melakukan koordinasi dan kerjasama dalam upaya membantu korban untuk
menata kehidupannya. Kegiatan-kegiatan tersebut diatas semuanya telah dilakukan, namun belum
mampu menjangkau semua masyarakat dan semua korban, karena keterbatasan- keterbatasan yang ada diberbagai bidang, baik SDM maupun dana, sarana dan
prasarana. Oleh karena itu Provinsi Sumatera Utara terus berupaya mengembangkan jaringan lebih luas lagi agar dapat melakukan kegiatan penanganan trafiking dengan
lebih luas pula.
BAB IV PERAN KEPOLISIAN TERHADAP PENANGGULANGAN TINDAK
PIDANA PERDAGANGAN ORANG HUMAN TRAFFICKING STUDI DI POLTABES MEDAN
A. Peran dan Tanggung Jawab Polisi dalam penanggulangan tindak pidana
Perdagangan Orang Human Trafficking di Wilayah Hukum Kota Medan
Pada dasarnya Tindak Pidana Perdagangan Orang ini meliputi berbagai ruang lingkup penegak hukum yang dimulai dari tingkat kepolisian, kejaksaan hingga
berakhir di pengadilan melalui putusan Hakim. Tapi dalam kenyataanya yang sangat berperan besar dalam mengungkap, mencari dan menemukan kasus-kasus Tindak
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pidana Perdagangan Orang ini adalah pihak kepolisian, dikarenakan pihak Kepolisianlah yang menerima dan memproses terlebih dahulu segala laporan
mengenai Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di masyarakat, dan juga pihak Kepolisianlah yang mencari dan mencegah terjadinya kejahatan Tindak
Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di masyarakat, bahkan menangkap dan memproses terlebih dahulu perkara atau kasus dari orang-orang yang dianggap
sebagai pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang ini. Jadi secara garis besar, pihak Kepolisian memiliki Peran dan Tanggung Jawab yang besar di dalam menangani
kasus-kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di Kota Medan. Didalam mengkaji dan menangani kasus-kasus Tindak Pidana Perdagangan
Orang ini, pihak Kepolisian tidak hanya bersifat menunggu terhadap laporan- laporan dari kasus-kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang yang dilaporkan oleh
masyarakat, tetapi juga aktif di dalam mencari kasus-kasus Perdagangan Orang, dan biasanya bila ada masyarakat yang dari luar Sumatera atau Medan yang merasa
ditipu dengan ditawarin pekerjaan, maka Kepolisian akan menyelidiki pihak-pihak yang terkait. Pada awalnya pihak Kepolisian di dalam menangani kasus
Perdagangan Orang ini lebih mengutamakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam KUHP seperti yang terdapat di dalam Pasal 297 KUHP tentang Perdagangan Anak,
dan Pasal 324 KUHP tentang Perdagangan Budak dan pelaku juga dapat dijerat dengan menggunakan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak, tetapi setelah keluarnya undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, maka pihak Kepolisian pun sudah mulai beralih
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dan menggunakan undang-undang yang baru ini di dalam menangani kasus-kasus Tindak Perdagangan Orang.
79
Secara garis besar terdapat beberapa ketentuan atau pasal yang langsung terkait dan berhubungan dengan peran Kepolisian didalam menindaklanjuti tindak
pidana perdagangan orang di Poltabes Medan, seperti tertuang didalam Pasal 28 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007. Dalam pasal ini disebutkan mengenai peran
Kepolisian didalam menangani kasus tindak pidana perdagangan orang dalam hal penyidikan yang harus sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang berlaku. Selain itu
juga terdapat ketentuan lain yang menyebutkan tentang peranan kepolisian, seperti yang tertuang didalam Pasal 18 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa “korban perdagangan orang yang dipaksa untuk ikut di dalam kejahatan perdagangan orang tidak dapat dipidana sepanjang terdapat bukti-bukti
yang cukup dan keterangan-keterangan yang jelas”, maksudnya bagi para orang- orang yang menjadi korban dari kejahatan tindak pidana perdagangan orang seperti
dipaksa untuk ikut dalam kejahatan perdagangan orang atau tanpa orang itu sadari bahwa ia bekerja ditempat penampungan korban perdagangan orang tersebut, maka
bagi orang-orang tersebut pihak kepolisian menyatakan bahwa mereka tidak dapat dipidana sepanjang pihak kepolisian tidak menemukan bukti-bukti dan keterangan
yang memberatkan bagi mereka.
80
Dalam hal pihak Kepolisian di dalam melakukan proses pemeriksaan dan penyidikan terhadap kasus perdagangan orang ini, pihak kepolisian sangat
mengharapkan peran serta masyarakat bahkan korban sendiri dalam memberikan
79
Wawancara dengan Panit Lindung Poltabes MS Ipda Sah Udur S, tanggal 24 Maret 2008
80
Ibid
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
informasi yang jelas sehingga dapat mempermudah dan memperlancar penyidikan. Didasari kepada Pasal 22 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007, maka pihak
kepolisian dapat menangkap atau menjerat pihak-pihak atau orang-orang yang tidak mau bekerja sama dengan Kepolisian sementara ia mengetahui tindak pidana
tersebut.
81
Didalam menangani kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang yang terjadi di Kota Medan ini, pihak Kepolisian berusaha mencegahnya dengan terus-menerus
memberikan penyuluhan-penyuluhan di sekolah-sekolah, dan di daerah-daerah atau kawasan-kawasan masyarakat Kota Medan baik yang padat ataupun jarang
penduduknya, bahkan di daerah terpencil sekalipun, serta berdasarkan Hukum menindak para Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan tegas untuk
membuktikan efek jera kepada yang lain. Pasal ini sangat mendukung tugas Kepolisian di dalam menuntaskan
proses hukum dari pelaku perdagangan orang.
82
1. Poltabes LP1770X2007Tbs-Labuhan tanggal 24 Oktober 2007 tentang
terjadinya Tindak Pidana Memperdagangkan Anak Perempuan dibawah umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 297 KUHP Jo Undang-undang Nomor 23
Tahun tahun 2002 tentang Perlindungan Anak atas nama Pelapor Nasaruddin Harahap. Status kasus ini sendiri telah P-21, dalam arti telah sampai kepada
putusan oleh Hakim. Pada dasarnya kasus ini terjadi atas laporan Nasaruddin Harahap kepada Poltabes Labuhan atas dasar penculikan terhadap anaknya oleh
Adapun beberapa Kasus perdagangan orang yang pernah ditangani oleh Poltabes Medan dalam kurun waktu 2 tahum
terakhir ini, yaitu;
81
Ibid
82
Ibid
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tetangganya yaitu Sukawati. Kasus ini bermula ketika Endang yang masih dibawa umur 15 tahun dan duduk dikelas 1 Sekolah Menengah Atas ditawarin
pekerjaan dengan penghasilan tinggi oleh Sukawati tentangganya. Atas dasar bujuk rayu dan penipuan akhirnya Sukawati berhasil membawa lari Endang.
Setelah itu pelapor atas nama Nasaruddin melaporkan hal tersebut ke Poltabes Labuhan Batu, dan setelah dilakukan proses penyidikan dan pemeriksaan serta
pengejaran oleh pihak Kepolisian akhirnya tertangkaplah Sukawati. Sukawati sendiri mengaku bahwa pada dasarnya Endang akan dijualnya atau
diperdagangkannya ke daerah Malang, Jawa Timur sebagai PSK Perempuan Seks Komersil. Berdasarkan penyidikan yang dilakukan oleh pihak kepolisian
didapatlah bahwa tindak kejahatan yang dilakukan oleh Sukawati merupakan tindak pidana perdagangan orang yang memperdagangkan anak dibawah umur
untuk tujuan pelacuran. Setelah menempuh berbagai proses hukum mulai dari pemeriksaan, penyidikan, penuntutan dan persidangan, akhirnya dijatuhilah
hukuman penjara selama 5 tahun melaui putusan hakim di pengadilan negeri medan.
2. Poltabes LPII2008Tabes Kota
Melanggar Pasal 2 Jo 10 Undang-undang Nomor 21 tahun 2007 Jo Undang- undang Nomor 3 tahun 1997, atas nama pelapor Ivona Gultom. Dalam kasus ini,
Ivona Gultom yang merupakan korban dari sindikat perdagangan orang melaporkan tindak kejahatan tersebut ke Poltabes Medan. Pada dasarnya Ivona
Gultom ditipu oleh pelaku tindak pidana kejahatan tersebut dengan dasar pemberian pekerjaan. Pelaku berjanji kepada Ivona untuk memberikan pekerjaan
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
jika Ivona mau mengikutinya, dan pelaku sendiri adalah merupakan teman si korban. Kemudian korban atau Ivona dibawa oleh pelaku ke daerah Brastagi
untuk dijanjikan suatu pekerjaan. Tetapi bukan pekerjaan yang didapat si korban, melainkan korban diberikan kepada orang lain untuk dijual dan
dipekerjakan sebagai PSK Perempuan Seks Komersil. Atas dasar inilah si korban atau Ivona melaporkan tindak pidana kejahatan yang didapatnya kepada
Poltabes medan. Poltabes medan sendiri telah melakukan pengejaran dan pemeriksaan serta penyidikan terhadap kasus ini, dan status kasus ini sendiri
masih berada dalam tahap pelimpahan atau pengiriman berkas perkara ke Jaksa Penutut Umum untuk dilakukan pemeriksaan perkara lebih lanjut.
Pada proses penanganan, pencarian, pemerikasaan ataupun penangkapan terhadap pihak-pihak dari pelaku tindak pidana perdagangan orang ini, pihak
Kepolisian berhak dan memiliki kekuasaan penuh untuk mengambil segala tindakan yang perlu, bahkan penyadapan alat komunikasi sekalipun. Dikarenakan
perdagangan orang ini sudah dilakukan antar daerah bahkan antar negara, sehingga penyadapan ini sangat perlu dilakukan untuk mencari bukti dan mengungkap
jaringan pelaku tindak pidana perdagangan orang, dan hal ini tertuang pada Pasal 31 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007.
83
B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung yang dihadapi Kepolisian