Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
BAB II KARAKTERISTIK TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG HUMAN
TRAFFICKING
A. Faktor Penyebab Human Trafficking
1. Pelaku Trafficking Trafficker
Perdagangan orang melibatkan laki-laki, perempuan dan anak-anak bahkan bayi sebagai “korban”, sementara agen, calo, atau sindikat bertindak sebagai yang
“memperdagangkan trafficker”. Para germo, majikan atau pengelola tempat hiburan adalah “pengguna” yang mengeksploitasi korban untuk keuntungan mereka
yang seringkali dilakukan dengan sangat halus sehingga korban tidak menyadarinya. Termasuk dalam kategori pengguna adalah lelaki hidung belang atau pedofil yang
mengencani perempuan dan anak yang dipaksa menjadi pelacur, atau penerima donor organ yang berasal dari korban perdagangan orang. Pelaku perdagangan orang
trafficker tidak saja melibatkan organisasi kejahatan lintas batas tetapi juga melibatkan lembaga, perseorangan dan bahkan tokoh masyarakat yang seringkali
tidak menyadari keterlibatannya dalam kegiatan perdagangan orang
32
Perusahaan perekrut tenaga kerja dengan jaringan agencalo-calonya di daerah adalah trafficker manakala mereka memfasilitasi pemalsuan KTP dan paspor serta
secara ilegal menyekap calon pekerja migran di penampungan, dan menempatkan
32
http:www.menkokesra.go.idpdfdeputi3human_trafficking_ind.pdf, diakses tanggal 12 mei 2008
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa memasukkannya ke industri seks. Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga,
teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap trafficker manakala dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen.
Aparat pemerintah adalah trafficker manakala terlibat dalam pemalsuan dokumen, membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi penyeberangan melintasi
perbatasan secara ilegal. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam kondisi
eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, atau menjerat pekerja dalam lilitan
utang. Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka memaksa perempuan
bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak membayar gajinya, atau merekrut dan
mempekerjakan anak di bawah 18 tahun. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus
dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan
dilangsungkan. Orang tua dan sanak saudara adalah trafficker manakala mereka secara sadar
menjual anak atau saudaranya baik langsung atau melalui calo kepada majikan di sektor industri seks atau lainnya. Atau jika mereka menerima pembayaran di muka
untuk penghasilan yang akan diterima oleh anak mereka nantinya. Demikian pula
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
jika orang tua menawarkan layanan dari anak mereka guna melunasi utangnya dan menjerat anaknya dalam lipatan utang. Suami adalah trafficker manakala ia
menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status
budak, atau memaksanya melakukan prostitusi.
Pelaku yang Canggih dan Terorganisasi
Pelaku dalam kejahatan perdagangan manusia telah dibahas dalam berbagai penelitian. Dari banyak penelitian yang pernah dilakukan maka sebagian besar
mensinyalir bahwa para pelaku tersebut merupakan sindikat perdagangan manusia yang wilayahnya mencakup berbagai belahan dunia dan bersifat Internasional.
Mengacu pada kejahatan-kejahatan Human Trafficking yang sudah banyak terjadi, maka didalamnya dapat disimpulkan ada tiga pihak yang berperan yaitu korban,
pihak yang mengambil keuntungan dari perdagangan manusia the person who achieve the concent of person having control overanother person serta orang yang
dibayar atau memperoleh keuntungan person who has been giving or recieving of payment or benefits dari perdagangan manusia itu. Sepintas keterangan-keterangan
dari para pelaku yang diperoleh dari berabgai kasus kejahatan trafficking yang pernah terjadi di dapat
33
3. WNA :
1. Orang tua atau Kerabat 2. Makelar
33
http:www.google.comsearch?q=cache:wOECvohZ5IgJ:www.traffickinginpersons.com+T rafficking+in+personshl=idct=clnkcd=3gl=id, diakses tanggal 17 mei 2008
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
4. Sindikat yang terorganisir 5. Perusahaan angkutan laut
6. Aparat kepolisian 7. Agen tenaga kerja
8. Penduduk Setempat 9. Bidan
10. Pemilik perumahan Real Estate 11. Pemilik tempat penampungan agen tenaga kerja
12. Keterlibatan tokoh masyarakatinstansi pemerintah Mengacu pada terminologi yang ada dalam hukum pidana, para pihak tersebut
di atas dapat digolongkan dalam bentuk penyertaan sebagaimana diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Pasal 55 melingkupi pelaku, pembujuk atau orang yang
menyuruh dengan tekanan atau paksaan. Kriteria ini bila mengacu pada syarat di atas dapat digolongkan dalam pihak yang mengambil keuntungan dari perdagangan
manusia the person who achieve the concent of person having control over another person serta orang yang dibayar atau memperoleh keuntungan person who has
been giving or recieving of payment or benefits . Dalam kasus , peran ini dilakukan oleh Orangtua, Makelar, Sindikat dan Bidan. Khusus bagi pelaku orangtua, studi
kecil yang dilakukan di sebuah desa di Jawa Barat menunjukan bahwa orangtua yang terlibat dalam memperdagangkan anak mereka sendiri biasanya mendapat
dukungan dari mekanisme pasar yang melibatkan peran para tokoh masyarakat baik formal maupun informal.
2. Lokasi Tujuan Trafficking