Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut C.H. Neiwhius untuk melaksanakan tugas-tugas pokok polisi itu memiliki 2 dua fungsi utama yaitu :
23
a. Fungsi Preventif untuk pencegahan yang berarti bahwa polisi itu
berkewajiban melindungi warga negara beserta lembaga-lembaganya, ketertiban, dan ketaatan umum, orang-orang dan harta bendanya, dengan
jalan mencegah dilakukannya perbuata-perbuatan yang dapat dihukum dan perbuata-perbuatan lainnya yang pada hakikatnya dapat mengancam dan
membahayakan ketertiban dan ketentraman umum. b.
Fungsi Represif atau pengendalian yang berarti bahwa polisi berkewajiban menyidik perkara-perkara tindak pidana, menangkap pelakunya dan
menyerahkan kepada penyidikan untuk penghukuman. Menurut undang-undang Pokok Kepolisian Negara Nomor 2 Tahun 2002
tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a.
Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat b.
Menegakkan hukum c.
Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
24
4. Pengertian Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking
Perdagangan Orang Human Trafficking
Belum ada rumusan yang memadai tentang Human Trafficking atau kejahatan Human trafficking, penggunaan yang paling mungkin untuk
23
Ibid, hal 19
24
Undang-undang Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomoe 2 Tahun 2002.
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
menujukkan bahwa tindak pidana perdagangan manusia tersebut adalah sebuah kejahatan tersebut tersebar dalam berbagai undang-undang. Misalnya KUHP,
Undang-undang Perlindungan anak, Undang-undang Buruh Migran, dan lain- lain. Karena itu, upaya memasukkan jenis kejahatan ini ke dalam perundang-
undangan di indonesia adalah langkah yang positif.
25
Dalam Tindak Pidana Perdagangan Orang atau Human Trafficking dikenal juga Human Trafficking Victims Protection ACT – TVPA yang
Dengan diundangkannya Undang-undang nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang rumusan tentang
kejahatan trafficking atau perdagangan orang Human Trafficking yang terdapat dalam Undang-undang ini menjadi rujukan utama. Pasal 1 angka 1
menyebutkan: “Human Trafficking atau Tindak Pidana Perdagangan orang adalah tindakan
perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi”.
Sebelum lahirnya UU ini Pengertian Human trafficking atau Tindak Pidana Perdagangan Orang yang umumnya paling banyak dipakai adalah
pengertian yang diambil dari protokol PBB untuk mencegah, menekan dan menghukum pelaku Trafficking terhadap manusia, khususnya perempuan dan
anak selanjutnya disebut Protokol Trafficking.
25
www.Elsam.or.id, Perdagangan Manusia Dalam Rancangan KUHP
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
menyebutkan tentang Tindak Pidana Human trafficking berat atau tindak pidana perdagangan orang yang berat, yang meliputi
26
a. Perdagangan seks dimana tindakan seks komersial diberlakukan secara
paksa dengan cara penipuan atau kebohongan atau dimana seseorang dimintai secara paksa melakukan suatu tindakan sedemikian, belum
mencapai usia 18 tahun; atau :
b. Merekrut, menampung, mengangkut, menyediakan atau mendapatkan
seseorang untuk bekerja atau memberikan pelayanan melalui paksaan, penipuan atau kekerasan untuk tujuan penghambaan, penjeratan utang
atau perbudakan. Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 49166 mendefinisikan istilah “Human
trafficking”
27
26
www.google.comsearch?q=cache:slnwf2l4mjcJ:indonesiaacts.com0023Fp3D7+mafia +perdagangan+incar+daerah+miskinhl=idct=clnkcd=1gl=id, diakses tanggal 10 mei 2008.
27
Chairul Bariah Mozasa, 2005, Aturan-aturan hukum Trafficking, USU Press, hal 9
: “Human Trafficking is the illicit and clandestine movement of persons across
national and international borders, largerly from developing countries and some countries with economies in transition, with the end goal of forcing women and
girl children into sexually or economically oppressive and explotative situations for the profit of recruiters, traffickers, and crime syndicates, as well as other
illegal activitise related to trafficking, such as forced domestic labour, false marriages, clandestine employment and false adoption.” Perdagangan Orang
adalah suatu perkumpulan gelap oleh beberapa orang dilintas nasional dan perbatasan internasional, sebagian besar berasal dari negara-negara yang
berkembang dengan perubahan ekonominya, dengan tujuan akhir memaksa wanita dan anak-anak perempuan bekerja dibidang seksual dan penindasan
ekonomis dan dalam keadaan eksploitasi untuk kepentingan agen, penyalur, dan sindikat kejahatan, sebagaimana kegiatan illegal lainnya yang berhubungan
dengan perdagangan seperti pembantau rumah tangga, perkawinan palsu, pekerjaan gelap, dan adopsi.
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Global Alliance Against Traffic in Women GAATW mendefinisikan istilah perdagangan trafficking:
“Semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan perekrutan, pembelian, penjualan, transfer, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan
menggunakan penipuan atau tekanan, termasuk penggunaan ancaman kekerasan atau penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan tujuan untuk
menempatkan atau menahan orang tersebut, baik dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak diinginkan domestik seksual atau reproduktif dalam kerja paksa
atau dalam kondisi perbudakan, dalam suatu lingkungan lain dari tempat di mana orang itu tinggal pada waktu penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama
kali.
Sesuai dengan definisi tersebut di atas bahwa istilah “Perdagangan orang”
Human trafficking mengandung unsur-unsur sebagai berikut
28
a. Rekrutmen dan transportasi manusia;
:
b. Diperuntukkan bekerja atau jasa melayani
c. Untuk keuntungan pihak yang memperdagangkan
Pengertian Human trafficking dari Protokol PBB pada Desember Tahun 2000 yaitu untuk mencegah, menekan, dan menghukum pelaku terhadap
manusia, khusunya perempuan dan anak Protocol to prevent, suppress, and punish trafficking in persons especially women and children, supplementing the
United Nations Convention against transnational organized crime, December 2000. Pemerintah indonesia telah menandatangani protokol ini.
Kegiatan mencari, mengirim, memindahkan, menampung, atau menerima tenaga kerja dengan ancaman, kekerasan, atau bentuk-bentuk pemaksaan
lainnya, dengan cara menipu, memperdaya termasuk membujuk dan mengiming-iming korban menyalahgunakan kekuasaanwewenang atau
28
Ibid, hal 10
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
memanfaatkan ketidaktahuan, keingintahuan, kepolosan, ketidakberdayaan, dan tidak adanya perlindungan terhadap korban, atau dengan memberikan atau
menerima pembayaran atau imbalan untuk mendapatkan izinpersetujuan dari orang tua, wali, atau orang lain yang mempunyai wewenang atas diri korban
dengan tujuan untuk mengisap atau memeras tenaga mengeksploitasi korban irwanto dkk.2001:9.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan: a.
Pengertian Human Trafficking mencakup kegiatan pengiriman tenaga kerja, yaitu kegiatan memindahkan atau mengeluarkan seseorang dari
lingkungan tempat tinggalnya atau sanak keluarga. Tetapi pengiriman tenaga kerja yang dimaksud disini tidak harus atau tidak selalu berarti
pengiriman ke luar negeri. b.
Meskipun Human Trafficking dilakukan atas izin tenaga kerja yang bersangkutan, izin tersebut sama sekalli tidak menjadi relevan tidak
dapat digunakan sebagai alasan untuk membenarkan trafficking tersebut apabila terjadi penyalahgunaan atau apabila korban berada dalam posisi
tidak berdaya misalnya karena terjerat hutang, terdesak oleh kebutuhan ekonomi misalnya membiayai orang tua yang sakit, dubuat percaya
bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan pekerjaan lain, ditipu, atau diperdaya.
c. Tujuan Human Trafficking adalah eksploitasi, terutama eksploitasi
tenaga kerja dengan memeras habis-habisan tenaga yang diperkerjakan dan eksploitasi seksual dengan memanfaatkan atau menjual kemudaan,
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
kemolekan tubuh, serta daya tarik seks yang dimiliki tenaga kerja yang bersangkutan dalam transaksi seks.
Pengertian sindikat perdagangan manusia Human trafficking menurut Rebecca Surtees dan Martha Wijaya adalah “sindikat Kriminal”, yaitu
merupakan perkumpulan dari sejumlah orang yang terbentuk untuk melakukan aktivitas kriminal.
Dari pengertian di atas, sindikat kriminal itu perbuatannya harus dilakukan lebih dari satu orang dan telah melakukan perbuatan tindak pidana dalam
pelaksanannya. Dalam aktivitas sindikat perdagangan perempuan dan anak ini kegiatannya selalu dilakukan secara terorganisir.
Pengertian terorganisir menurut pendapat para sarjana adalah sebagai berikut
29
a. Donald cressey: kejahatan terorganisir adalah suatu kejahatan yang
mempercayakan penyelengaraannya pada seseorang yang mana dalam mendirikan pembagian kerjanya yang sedikit, di dalamnya terdapat seorang
penaksir, pengumpul, dan pemaksa. :
b. Michael Maltz: Kejahatan terorganisir adalah suatu kejahatan yang
dilakukan lebih dari satu orang yang memiliki kesetiaan terhadap perkumpulannya untuk menyelenggarakan kejahatan. Ruang lingkup dari
kejahatan ini meliputi kekejaman, pencurian, korupsi monopoli, ekonomi, penipuan, dan menimbulkan korban.
29
Chairul Bariah Mozasa,2005, Aturan-aturan hukum Trafficking, USU Press, hal 11
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
c. Frank hagan: Kejahatan terorganisir adalah sekumpulan orang yang memulai
aktivitas kejahatannya dengan melibatkan diri pada pelanggaran hukum untuk mencari keuntungan secara ilegal dengan kekuatan ilegal serta
mengikatkan aktivitasnya pada kegiatan pemerasan dan penyelewengan keuangan.
Trafficking manusia untuk berbagai tujuan telah berlangsung cukup lama, sejak dahulu kala hingga abad 21 ini, dari kerajaan jawa yang membentuk
landasan bagi perkembangan perempuan dengan meletakkan mereka sebagai barang dagangan untuk memenuhi nafsu lelaki dengan menunjukkan adanya
kekuasaan dan kemakmuran. Kegiatan ini berkembang menjadi lebih terorganisir pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Bahkan kini, di alam
kemerdekaan dan dalam era globalisasi, kegiatan tersebut tidak semakin menyurut justru semakin marak.
30
Tujuan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking
30
Kebijakan Penghapusan Perdagangan Manusia Khususnya Perempuan dan Anak, oleh Deputi Bandung Koordinator Pemberdayaan Perempuan Kementrian Koordinator Bandung
Kesejahteraan Indonesia 2002:1.
di Indonesia ialah perdagangan antardaerahpulau dan antar negara. Indonesia
adalah negara kepulauan yang mempunyai ribuan pulau-pulau dan bermacam suku-suku, sehinga sangat memudahkan terjadinya trafficking dalam lingkup
domestik, dari beberapa provinsi dimana kasus trafficking domesitik terjadi, tempat-tempat wisata yang berbatasan dengan negara lain, seperti Sumatera
Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jakarta, Bali dan Jawa Timur merupakan daerah tujuan.
Alexander Kristian D. I. Silaen : Peran Kepolisian Terhadap Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Orang Human Trafficking Studi Di Poltabes Medan, 2008.
USU Repository © 2009
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif dan metode penelitian empiris.
Metode penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian ini seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa
yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan law in book atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan prilaku
manusia yang dianggap pantas.
31
2. Jenis Data
Data yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu semua dokumen peraturan yang mengikat
dan ditetapkan oleh pihak-pihak yang berwenang, yakni berupa undang- undang, peraturan pemerintah dan sebagainya.
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu semua dokumen yang merupakan
informasi atau hasil kajian tentang tindak pidana perdagangan orang seperti seminar hukum, majalah-majalah, karya tulis ilmiah yang terkait
dengan tindak pidana perdangangan orang dan beberapa sumber dari situs internet yang berkaitan dengan permasalahan dalam skripsi ini.
31
Amiruddin, Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal 118.