Berdasarkan data hasil survei yang di peroleh dari responden menunjukkan partisipasi ibu rumah tangga dengan kategori ibu rumah tangga yang tidak
berpartisipasi dalam pengelolaan sampah berjumlah 77 orang 77.0 dan selebihnya
dengan kategori berpartisipasi. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.13. Distribusi Partisipasi IRT Responden di Kecamatan Bangkinang
Kabupaten Kampar Tahun 2011 No Partisipasi IRT
Frekuensi Persentase
1. 2.
Tidak berpartisipasi Berpartisipasi
77 23
77.0 23.0
Total 100
100.0
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dimaksud untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dan dependen.Variabel independen adalah sosial ekonomi
pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan budaya pengetahuan, kebiasaan.Adapun variabel dependen dalam penelitian ini adalah partisipasi ibu rumah tangga dalam
pengelolaan sampah.
4.3.1 Hubungan Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Tahun 2011
Berdasarkan tabulasi silang dari tingkat pendidikan terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah, dapat diketahui responden dengan kategori
pendidikan tinggi dari 68 responden yang tidak berpartisipasi berjumlah 46 orang 67,7 sedangkan yang berpartisipasi berjumlah 22 orang 32,4. Hasil analisa
dengan uji chi-square diperoleh nilai probabilitasnyap=0.0030.05 artinya ada
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara pendidikan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini:
Tabel 4.14.Hubungan Pendidikan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar Tahun 2011
No Pendidikan
Partisipasi IRT Jumlah
p Berpartisipasi
Tidak Berpartisipasi
n n
n
1. Rendah
1 3.1
31 96.9
32 100.0
0.003 2.
Tinggi 22
32.4 46
67.7 68
100.0 4.3.2 Hubungan Pendapatan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011
Berdasarkan tabulasi silang dapat diketahui pendapatan dari seluruh keluarga dari 44 responden dengan kategori pendapatan rendah yang tidak berpartisipasi
berjumlah 41 orang 93,2 dan berpartisipasi berjumlah 3 orang 6.80 . Hasil analisa dengan uji chi-square diperoleh nilai probabilitasnyap=0.0000.05 artinya
ada hubungan antara pendapatan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.15 berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Hubungan Pendapatan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar Tahun 2011
No Pendapatan
Partisipasi IRT Jumlah
P Berpartisipasi
Tidak Berpartisipasi
n n
n
1. Rendah 3
6.80 41
93.2 44
100.0 2. Sedang
2 6.70
28 93.3
30 100.0
0,000 3. Tinggi
18 69.2
8 30.8
26 100.0
4.3.3 Hubungan Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011
Berdasarkan tabulasi silang dapat diketahui pekerjaan dari 64 ibu rumah tangga dengan kategori tidak berkerja yang tidak berpartisipasi berjumlah 55 orang
85,9, dan berpartisipasi berjumlah 9 orang 14,1. Hasil analisa dengan uji chi- square diperoleh nilai probabilitasnyap=0,0100,05 artinya ada hubungan antara
pekerjaan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.16berikut ini:
Tabel 4.16. Hubungan Pekerjaan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar Tahun 2011
No
Pekerjaan Partisipasi IRT
Jumlah P
Berpartisipasi Tidak
Berpartisipasi n
n n
1. Tidak bekerja
9 14.1
55 85.9
64 100.0
0,010 2.
Bekerja 14
38.0 22
61.1 36
100.0
Universitas Sumatera Utara
4.3.4 Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Tahun 2011
Berdasarkan tabulasi silang dapat diketahui pengetahuan dari 42 ibu rumah tangga dengan kategori pengetahuannya tidak baik yang tidak berpartisipasi
berjumlah 31 orang 73.8.2, dan berpartisipasi berjumlah 11 orang 26.2. Hasil analisa dengan uji chi-square diperoleh nilai probabilitasnyap=0.0060.05 artinya
ada hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini:
Tabel 4.17. Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar Tahun 2011
No Pengetahuan
Partisipasi IRT Jumlah
p Berpartisipasi
Tidak Berpartisipasi
n n
n
1. Tidak baik
11 26.2
31 73.8
42 100.0 0.006
2. 3.
Kurang baik Baik
12 0.00
35.3 24
22 18.5
26.2 24
34 100.0
100.0 4.3.5 Hubungan Kebiasaan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar Tahun 2011
Berdasarkan tabulasi silang dapat diketahui kebiasaan dari 63 ibu rumah tangga dengan kategori sangat tidak baik yang tidak berpartisipasi berjumlah 44
orang 69.8, dan berpartisipasi berjumlah 19 orang 30.2. Hasil analisa dengan uji chi-square diperoleh nilai probabilitasnyap=0.0480.05 artinya ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
antara kebisaan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.18berikut ini:
Tabel 4.18.Hubungan Kebiasaan dengan Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten
Kampar Tahun 2011
No
Kebiasaan Partisipasi IRT
Jumlah P
Berpartisipasi Tidak
Berpartisipasi n
n n
1. Tidak Baik
19 30.2
44 69.8
63 100.0
0,048 2.
Baik 4
10.8 33
89.2 37
100.0 4.4. Analisis Multivariat
Analisis Multivariat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dengan variabel dependen. Berdasarkan model estimasi ditetapkan untuk melihat
pengaruh pendidikan X
1
, pendapatan X
2
, pekerjaan X
3 ,
pengetahuan X
4
, dan kebisaaan X
5
terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah dengan metode analisis regresi linear dengan bantuan komputer program SPSS 19
dapat ditentukan besarnya masing-masing koefisien variabel dapat dilihat pada tabel 4.19berikut ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19. Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah
Variabel B Koefisien
T Sig
Keterangan
Konstanta -728
-4.250 0.000
Signifikan X
1
0.286 Pendapatan
7.122 0.000
Signifikan X
2
0.204 Pendidikan
3.047 0.003
Signifikan X
3
0.149 Pekerjaan
2.277 0.025
Signifikan X
4
-0.121 Pengetahuan
-3.241 0.002
Signifikan X
5
0.180 Kebisaan
2.788 0.006
Signifikan
Rdependen variabel = 0.495 F
sig
= 18.459
Berdasarkan tabel 4.19 di atas pada model estimasi sebagai berikut: Y= -0.728 kostanta + 0.286X
1
+ 0.204X
2
+0.149X
3
- 0.121X
4
+ 0.180X
5
Berdasarkan model estimasi di atas dapat diketahui bahwa variabel pendapatan mempunyai pengaruh yang positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga
dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan 0.286 artinya apabila tingkat pendapatan meningkat 1 stratamaka partisipasi ibu rumah tangga akan meningkat
sebesar 0.29strata. .
Variabel pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Koefisien menunjukkan 0.204 artinya
setiap bertambahnya tingkat pendidikan ibu sebesar 1 strata maka partisipasi ibu rumah tangga akan meningkat sebesar 0.20 strata.
Variabel pekerjaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah. Koefisien menunjukkan 0.149 artinya
setiapbertambahnya ibu rumah tangga yang tidak bekerja sebesar 1 strata maka partisipasi ibu rumah tangga semakin meningkat sebesar 0.15strata.
Universitas Sumatera Utara
Variabel pengetahuan mempunyai pengaruh yang negatif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan -0.121 artinya
bahwa jika sebagian besar pengetahuan ibu baik atau meningkat sebesar 1 strata partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah meningkat sebsar 0,12strata.
Variabel kebiasaan mempunyai pengaruh yang positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan 0.180 artinya
apabila kebiasaan baik ibu meningkat 1 strata maka partisipasi masyarakat akan meningkat sebesar 0.18strata.
Secara bersamaan variabel pendapatan X
1
, pendidikan X
2
, pekerjaan X
3
pengetahuan X
4
, dan kebiasaan X
5
berpengaruh nyata terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Hal ini terbukti dari uji F dimana F
sig
18.46 0.05 yang berarti diterima hipotesa alternatif. Koefisien determinasi menunjukkan
R=0.495 artinya secara bersama variabel pendapatan X
1
, pendidikan X
2
, pekerjaan X
3
pengetahuan X
4
, dan kebiasaan X
5
mampu memberikan penjelasan variasi tingkat partisipasi sebesar 49.5 dan selebihnya 50,5dipengaruhi
oleh faktor lain.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi
5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu rumah tangga terhadap partisipasi dalam pengelolaan sampah dapat disimpulkan bahwa pendidikan
ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang tinggi yaitu68 orang68.0 dengan tingkat pendidikan SMU dan AkademiPTyang berpartisipasi berjumlah 22 orang
32.4.Sedangkan yang tidak berpartisipasi berjumlah 46 orang 67.6 dan selebihnya pendidikan rendah yaitu SD dan SMP.Hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah dengan nilai p =0.0010.05 artinya semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi partisipasinya. Hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan
berpengaruh secara positif terhadap tingkat partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan angka 0.20 strata artinya tingkat
pendidikan menunjukkan 1 strata. Dengan meningkatnya faktor laintetap akanmeningkat partisipasi sebesar 0.20 strata terhadap pengelolaan sampah.Melihat
pengaruh pendidikan yang kecil terhadap partisipasi ibu rumah tangga, hal tersebut
Universitas Sumatera Utara
relevan karena hasil penelitian di lapangan ternyata yang berpendidikan tinggi partisipasinya lebih kecil dibanding dengan yang pendidikannya rendah.
Hasil penelitian dilapangan bahwa ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi di Kecamatan Bangkinang partisipasinya rendah yaitu sebesar 32,4 dari 68
yang pendidikannya SMU dan AkademiPT. Hal ini disebabkan oleh karena pendidikan yang tinggi dari responden, sosialisasi terhadap lingkungan dan
masyarakat semakin renggang atau semakin kecil, di samping itu mobilitas responden yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi cenderung sibuk, sehingga kegiatan yang
dilakukan oleh masyarakat setempat cenderung tidak diikuti dan diabaikan. Selayaknya dengan meningkatnya pendidikan ibu rumah tangga tentang lingkungan
maka partisipasi dalam usaha pengelolaan sampah cenderung akan semakin meningkat.
Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut pendapat Satropoetro 1998, yang menyatakan bahwa pendidikan yang dimiliki seseorang akan mencerminkan cara
berpikir orang tersebut, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka pola masyarakat tersebut akan lebih baik.
Hasil peneltian partisipasi responden yang berpendidikan tinggi tersebut diaplikasikan dalam bentuk finansial atau sumbangan yang diberikan secara
sukarela.Hal ini mengingat responden tersebut tidak ikut dalam kegiatan yang dilakukan oleh lingkungan tempat tinggalnya yang umumnya dilakukan adalah
kegiatan gotong royong.Secara normatif hal tersebut biasa terjadi ditengah-tengah
Universitas Sumatera Utara
masyarakat.Tetapi secara sosial kemasyarakatan hal ini tidak mencerminkan hubungan kekerabatan yang erat sesama masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya,
dan yang membatasi ini adalah tingkat pendidikan responden, karena semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin tinggi pula derajat sosial responden tersebut.
Menurut analisis peneliti hal itulah yang dapat menyebabkan partisipasi masyarakat rendah berdasarkan tingkat pendidikan
Partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memikirkan, melaksanakan dan mengevaluasi program-
program kesehatan masyarakat, artinya tenaga dan penyelengaranya akan ditangani oleh anggota masyarakat itu sendiri yang didasarkan secara sukarela Notoadmodjo,
2007. Berkaitan dengan hal tersebut di atas meningkatnya derajat kesehatan lingkungan maka diperlukan partisipasi yang tinggi dari masyarakat.Hal tersebut bisa
teraplikasi dengan tingkat pendidikan yang tinggi sebagai salah satu faktor.
5.1.2. Pengaruh Pendapatan terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan ibu rumah tangga yang pendapatannya rendah Rp.3000.000 berjumlah 44 orang 44.0, yang
berpartisipasi berjumlah 3 orang 6.8, yang pendapatannya sedang Rp.3000.000- Rp.5.500.000 berjumlah 30 orang 30.0 yang berpartisipasi berjumlah 2 orang
6,7, sedangkan yang pendapatannya tinggiRp.5.500.000 berjumlah 26 orang 26.0 yang berpartisipasi berjumlah 18 orang 69,2.Dari tingkat pendapatan
Universitas Sumatera Utara
tersebut dapat dilihat bahwa yang tingkat pendapatannya tinggi paling dominan yaitu sebesar 18 orang yang berpartisipasi dari 26 responden yang mempunyai pendapatan
tinggi. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan partisipasi ibu rumah tangga dengan nilai p =0.000 0.05 artinya semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang maka semakin tinggi partisipasinya. Hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa tingkat pendapatan pengaruh
secara positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan angka sebesar 0,29strataartinya tingkat pendapatan
menunjukkan 1 strata. Dengan meningkatnya faktor lain tetap akan meningkat partisipasi sebesar 0.29 strata terhadap pengelolaan sampah. Pengaruh tersebut kecil
disebabkan oleh karena sebagaian besar ibu berpenghasilan rendah. Tingkat partisipasi ibu rumah tangga jika dikaitkan dengan pendapatan di
Kecamatan Bangkinang berbeda-beda.Artinya bahwa tingkat partisipasi ibu rumah tangga tidak selalu dalam bentuk tenaga, karena kesibukan dan aktivitas sehari-hari
yang dilakukannya, melainkan dalam bentuk sumbangan berupa uang ataupun material.Hasil penelitian dikecamatan Bangkinang menunjukkan bahwa responden
yang memiliki pendapatan yang rendah maka tingkat partisipasinya rendah, sementara responden yang memiliki penghasilan tinggi maka tingkat partisipasinya
tinggi pula. Sejalan dengan penelitian tersebut berdasarkan tingkat pendapatan dapat
peneliti analisis disini bahwa responden yang mempunyai penghasilan rendah dengan
Universitas Sumatera Utara
jumlah responden yang berpartisipasi sebanyak 3 orang dari jumlah responden 44 orang, hal ini disebabkan karena mereka pada umumnya melakukan kegiatan untuk
menambah penghasilan keluarga setiap harinya, sehingga kegiatan sosial kemasyarakatan seperti gotong royong, penyuluhan kesehatan hampir tidak pernah
diikuti, begitu juga dengan perlengkapan sarana kebersihan di tempat tinggalnya hanya sebagian kecil yang ada tong sampah.
Anggapan mereka adalah sarana tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah. Di samping itu kebijakan dari pemda setempat tentang kebersihan tidak
tegas, sehingga masyarakat mengabaikan visi kota bersih, indah dan nyaman. Hal tersebut seharusnya diupayakan ketentuan yang tegas dalam menciptakan kebersihan
di lingkungan tempat tinggal, dengan mewajibkan masyarakat harus mempunyai tong sampah tiap rumah, wajib setiap anggota keluarga melakukan gotong royong dan
wajib membayar iuran kebersihan yang telah ditetapkan oleh pemda Kecamatan Bangkinang.Sementara masyarakat yang mempunyai pendapatan yang tinggi yang
berpartisipasi sebanyak 18 orang dari jumlah responden 26 orang. Dari analisis peneliti bahwa yang pendapatannya tinggi tingkat partisipasinya
lebih tinggi pula, hal ini disebabkan karena umumnya kebutuhan keluarga responden relatif terpenuhi, sehingga upaya yang bersifat kebersihan dilingkungan sebagian
besar mereka lakukan dan diikuti, seperti adanya perlengkapan pengelolaan sampah di rumah mereka masing-masing. Jika ada kegiatan gotong-royong yang dilakukan
pihak Kecamatan mereka ikut bersama-sama dalam melakukan kegiatan gotong-
Universitas Sumatera Utara
royong, jika dari KK dan ibu rumah tangga berhalangan, maka salah satu dari unsur keluarga mereka utus, dan sebagian dari mereka ada yang mengupah orang dari
lingkungan tempat tinggalnya untuk melakukan kegiatan tersebut. Upaya lain yang dilakukan adalah kesadaran mereka untuk ikut serta dalam
penyuluhan tentang pola hidup bersih dan sehat yang dilakukan oleh institusi kesehatan dan lingkungan hidup.
Sejalan dengan penelitian tersebut berdasrkan tingkat pendapatan menurut pendapat Sutiyati 1999, bahwa partisipasi dapat diwujudkan dalam bentuk
sumbangan spontan berupa uang dan barang.Seseorang yang mampu memberikan sumbangan materi berupa uang dan barang menunjukan kemampuan penghasilan
yang dimilikinya lebih dari cukup.Jika dikaitkan dengan program kesehatan lingkungan dalam hal ini pengelolaan sampah maka partisipasi ibu rumah tangga
dalam hal ini di wujudkan dalam bentuk pemberian sumbangan atau iuran setiap bulannya kepada pengelola kebersihan di lingkungan tersebut, walupun wujud dari
partisipasi itu tidak di lakukan dalam bentuk sumbangan tenaga atau gotong royong. Berkaitan dengan pendapatan tersebut dapat penulis analisis bahwa partisipasi
ibu rumah tangga dalam hal pengelolaan sampah akan lebih mudah termotivasi jika pendapatan keluarganya sebagai kebutuhan pokok telah memadai, sehingga apapun
yang diterapkan oleh pemda sebagai upaya menciptakan kebersihan lingkungan dapat dilaksanakan dan diakomodir oleh masyarakat yang mempunyai pendapatan yang
memadaisebagai salah satu faktor.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3. Pengaruh Pekerjaan terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan ibu rumah tangga yang tidak bekerja berjumlah 64 orang 64.0, yang berpartisipasi sebesar 9
14.1.Ibu rumah tangga yang bekerja berjumlah 36 orang 36.0, yang berpartisipasi sebanyak 14 orang 38.9. Dari pekerjaan tersebut dapat dilihat
bahwa ibu rumah tangga tidak bekerja yang paling dominan tidak berpartisipasi yaitu sebanyak 55 orang 85,9. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara
pekerjaan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah dengan nilai p =0.0100.05 artinya status pekerjaan seseorang menentukan tingkat
partisipasinya. Hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa tingkat pekerjaan
berpengaruh secara positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien menunjukkan angka sebesar 0,15 strata artinyatingkat pekerjaan
menunjukkan 1 strata. Dengan meningkatnya faktor lain tetap akan meningkat partisipasi sebesar 0.15 strata terhadap pengelolaan sampah. Pengaruh tersebut kecil
karena menurut peneliti sebagian besar ibu yang tidak bekerja melakukan kegiatan di luar untuk menambah penghasilan keluarga karena sebagian besar mempunyai
penghasilan rendah. Tingkat partisipasi ibu rumah tangga jika dikaitkan dengan pekerjaan di
Kecamatan Bangkinang rendah.Hal ini dapat dilihat semakin tidak bekerjanya ibu
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga maka semakin tidakberpartisipasi dibandingkan dengan ibu yang bekerja.Hal ini dapat dilihat dari 64 responden yang tidak bekerja yang tidak
berpartisipasi sebanyak 44 orang. Dari analisis peneliti dilapangan umumnya ibu rumah tangga yang tidak
bekerja sebagian besar tingkat pendapatan dan pendidikannya rendah,hal ini menyebabkan responden tidak peduli terhadap program yang telah diupayakan oleh
Pemda setempat, begitu pula dengan informasi dari media elektronik tidak didapatkan karena sebagain besar tidak memiliki fasilitas elektronik seperti televisi, sehingga
tidak dapat menerima informasi-informasi yang bersifat edukasi terrhadap responden. Demikian juga dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga wawasan responden
sangat minim. Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala
kebutuhan akan dapat terpenuhi. Menurut Sedarmayati 2001 yang di kutip oleh hardywinoti 2007 pekerjaan yang disertai dengan pendidikan dan keterampilan akan
mendorong kemajuan setiap usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan baik, pendapatan individu, kelompok maupun pendapatan nasional.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas ini maka ada kecendrungan ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang dalam berpartisipasi dan kaitannya dengan
pekerjaan sangat erat.Hal ini di karenakan ibu yang tidak bekerja memanfaatkan aktivitasnya dalam memperoleh penghasilan.Penghasilan yang rendah atau tidak
tentu terdapat rasa tidak aman yang besar terhadap kesediaan makanan, tempat
Universitas Sumatera Utara
tinggal dan pelayanan kesehatan sehingga aktivitas yang menyangkut tentang Program kesehatan yang dalam hal ini kebersihan lingkungan terabaikan.Untuk
meningkatkan tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah jika dilihat dari status pekerjaan maka perlu di biasakan untuk berperilaku hidup sehat.
Sesuai dengan pendapat Soeroto 1986 di kutip Salsabila 1999 dimana pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri dan orang lain, baik
orang melakukan dengan dibayar atau tidak. Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan. Pendapatan ini memberikan kepadanya dan keluarganya untuk
mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas.
Sejalan dengan pendapat diatas dapat peneliti jelaskan bahwa orang yang produktif dan bekerja maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam
pembangunan. Ibu rumah tangga yang aktif dalam pembangunan di kecamatan Bangkinang dapat diartikan selalu mempunyai kesempatan atau waku dalam
melakukan kegiatan program kebersihan lingkungan yang telah diprogram oleh pemerintah daerah.Sementara ibu rumah tangga yang tidak bekerja selalu
mengupayakan kebutuhan pokok keluarganya agar dapat hidup lebih tenang dan nyamana, sehingga mengenyampingkan hal yang tidak menghasilkan bagi dirinya
dan keluarganya, termasuk melakukan kegiatan gotong royong, membayar iuran kebersihan dan membeli fasilitas pengelolaan sampah salah satunya.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pengaruh Faktor Sosial Budaya 5.2.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam
Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengetahuan ibu rumah tangga dengan kategori tidak baik paling dominan berjumlah 42 orang 42.0, yang berpartisipasi
sebesar 11 orang 26.2,kategori kurang baik berjumlah 24 orang 24.0 yang berpartisipasi sebesar 0 0.0, kategori baik berjumlah 34 orang 34.0, yang
berpartisipasi sebesar 12 35.3. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah
dengan nilai p =0.0060.05 artinya ada hubungan pengetahuan ibu rumah tanggadengan partisipasi dalam pengelolaan sampah.
Hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan berpengaruh secara negatif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan
sampah.Koefisien menunjukkan angka sebesar -0.121 strata.Pengetahuan tersebut tidak searah dengan partisipasi, artinya jika tingkat pengetahuan ibu sebagian besar
baik, atau hanya sebagian kecil saja yang berpengetahuan tidak baik dan kurang makadapat diestimasi tingkat partisipasinya sebesar 0.12 strata
Partisipasi ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang rendah sebanyak 11 orang yang berpartisipasi dari 42 responden dengan kategori tidak baik.Sedangkan
yang kategori baik sebanyak 12 orang yang berpartisipasi.
Universitas Sumatera Utara
Jika dilihat dari jawaban responden tentang pengetahuan, banyak yang menjawab dengan jawaban tepat Ya, yaitu pengetahuan tentang sampah yang
menjawab bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi sebanyak 92 orang 92, sedangkan yang menjawab tidak tepat Tidak tentang manfaat sampah
yang menjawab contoh sampah yang bisa dijadikan pupuk adalah daun-daunan, sisa makanan dan sampah yang bisa membusuk sebanyak 46 orang 46.
Dari hasil penelitian dilapangan dapat peneliti analisis bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tidak baik tingkat partisipasinya rendah.Tetapi
ada juga responden dengan tingkat pengetahuannya tinggi memiliki partisipasi rendah. Dari jawaban pertanyaan diatas hanya 2 pertanyaan yang frekuensinya
dominan yaitu pertanyaan nomor 1 dan pertanyaan nomor 4, sedangkan pertanyaan lain yang meliputi topik tentang manfaat sampah dengan sistim 3 Rreuse, reduce,
recycle dampak negatif sampah jawaban responden relatif sama antara yang tepat dan tidak.
Jika dikaitkan dengan pertanyaan di atas, hal ini disebabkan karena responden memiliki pengetahuan yang minim, artinya pengetahuan yang rendah tidak diikuti
dengan partisipasi dalam bentuk tindakan seperti melaksanakan gotong royong, hal lain yang menyebabkan masyarakat yang berpengetahuan rendah tidak berpartisipasi
karena jarang sekali dilakukan penyuluhan kesehatan oleh petugas, sebagai informasi yang harus diterima oleh masyarakat untuk menambah pengetahuannya dan agar
mereka termotivasi. Begitu juga dengan responden yang memiliki pengetahuan baik
Universitas Sumatera Utara
tapi tidakpeduli terhadap kesehatan lingkungan, hal ini disebabkan karena umumnya mereka adalah pendatang sehingga walaupun mereka mengetahui dampaknya tapi
karena mereka tidak merasa itu daerah tersebut merupakan bagian dari lingkungan mereka sehingga mereka tidak perduli, walaupun hanya sebagian kecil saja dari
responden yang memliki pengetahuan tinggi tapi tidak berpartsipasi. Hal ini sejalan denganpendapat Notoatmodjo 2005, Pengetahuan adalah
informasi yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu dan keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas tertentu baik secara mental maupun
fisik. Menurut Tailor dikutip Notoatmodjo 2005, kebudayaan sebagai keseluruhan
yang komplek yang didalamnya terkandung nilai ilmu pengetahuan, kepercayaan, dan kemampuan seni, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan
yang di dapat manusia sebagai anggota masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut diatas ini maka ibu rumah tangga di Kecamatan
Bangkinang dalam berpartisipasi dan kaitannya dengan pengetahuan sangat erat.Hal ini di karenakan ibu yang pengetahuannya rendah tidak membiasakan dirinya untuk
ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan lingkungan rumahnya dan kesehatan masyarakat di lingkungannya.
Untuk meningkatkan tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah jika dikaitkan dengan pengetahuan maka harus didasari bahwa
masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk mengenal dan memecahkan masalah
Universitas Sumatera Utara
kesehatan yang di hadapinya, mengigat sebagian besar masalah kesehatan dalam hal ini kesehatan lingkungan di sebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri.
Sejalan dengan pendapat Hendrick L. Blum 1974, status kesehatan individu atau masyarakat di tentukan oleh beberapa faktor di antaranya perilaku.Perilaku yang
berasal dari individu itu sendiri.Perilaku ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang tentang pengelolaan sampah masih sangat rendah artinya ibu rumah tangga
mengetahui tentang pengelolaan sampah tetapi perilaku dalam melaksanakan program kebersihan lingkungan masih sangat rendah.Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian di lapangan bahwa perilaku mengabaikan hidup bersih di lingkungannya sudah membudaya atau belum memperdulikan kebersihan lingkungan di sekitarnya.
Melihat dari beberapa teori dan pendapat yang mendefenisikan tentang pengetahuan yang dijabarkan diatas maka pengetahuan masyarakat dalam
pengelolaan sampah yaitu kemampuan masyarakat terhadap semua tingkatan pengetahuan, mulai dari tahu, memahami, hingga dapat mengevaluasi materi-materi
yang telah ditetapkan sebagai pengetahuan tentang pengelolaan sampah. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah
menurut Notoadmodjo 2007, harus memahami dalam arti suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Mengaplikasikan dalam arti kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau
kondisi riil.Analisis dalam arti kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau
Universitas Sumatera Utara
suatu objek ke dalam komponen-komponen.Sistesis dalam arti menunjuk kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru.
5.2.2. Pengaruh Kebiasaaan terhadap Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar
Hasil penelitian menunjukan bahwa kebiasaan ibu rumah tangga dengan
kategori tidak baik paling dominan berjumlah 63 orang 63.0, yang berpartisipasi sebesar 19 orang 30.2. Kategori baik berjumlah 37 orang 37.0, yang
berpartisipasi sebesar 4 10,8. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan dengan partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah dengan
nilai p =0.0480.05 artinya ada hubungan kebiasaan ibu rumah tangga dengan partisipasi dalam pengelolaan sampah.
Hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa kebiasaan berpengaruhsecara positif terhadap partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah.Koefisien
menunjukkan angka tersebut sebesar 0,18 strata artinya tingkat kebiasaan menunjukkan 1 strata. Dengan meningkatnya faktor lain tetap akan meningkat
partisipasi sebesar 0.18 strata terhadap pengelolaan sampah. Jika dilihat pengaruh tersebut kecil, hal ini disebabkan karena sebagian besar ibu yang mempunyai
kebiasaan tidak baik dengan tingkat partisipasinya yang relatif tinggi dibanding ibu yang mempunyai kebiasaan baik dengan tingkat partisipasi yang sangat rendah pula.
Tingkat partisipasi ibu rumah tangga dikaitkan dengan kebiasaan di Kecamatan Bangkinang rendah yaitu sebanyak 19 orang yang berpartisipasi dari 63
Universitas Sumatera Utara
responden dengan kategori yang mempunyai kebiasaan tidak baik, sedangkan kategori baik sebanyak 4 orang yang berpartisipasi.Hal ini dapat di lihat semakin
sangat tidak baik kebiasaannya dalam pengelolaan sampah maka semakin rendah partisipasinya.
Jika dilihat dari jawaban responden tentang kebiasaan, jawaban yang dominan menjawab dengan jawaban tepat selalu, yaitu menjawab pertanyaan tentang sampah
sisa makanan yang selalu diberikan ke ternak, sebanyak 21 orang 21, sedangkan yang menjawab tidak tepat Tidak tentang jawaban dari pertanyaan yang
kebiasaanmasyarakat melakukan gotong- royonguntuk mengatasi maslah sampah sebanyak 28 orang 28.0.
Dari hasil penelitian dilapangan dapat peneliti analisis bahwa responden yang mempunyai kebiasaan yang tidak baik tingkat partisipasinya rendah.Tetapi ada juga
responden dengan dengan kebiasaan baik memiliki partisipasi rendah. Dari jawaban pertanyaan diatas hanya 2 pertanyaan yang frekuensinyadominan yaitu pertanyaan
nomor 3dengan jawaban yang tidak tepat dan pertanyaan nomor 7 dengan jawaban yang tepat.Sedangkan pertanyaan lain yang meliputi topik tentang kebiasaan tentang
pengelolaan sampah oleh ibu rumah tanggamasyarakat jawaban responden yang lebih dominan dengan jawaban kurang tepat yang diberi skor 1.
Jika dikaitkan dengan pertanyaan di atas kebiasaan ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah di Kecamatan Bangkinang dimulai dari unsur kelompok kecil
yaitu keluarga, artinya kebiasaan ibu rumah tangga dalammenciptakan lingkungan
Universitas Sumatera Utara
bersih dan sehat belum terlaksana sebagaimana mestinya.Begitu juga dengan masyarakat, hal ini tercermin dari kebiasaan membuang sampah kadang-kadang pada
tempatnya, hanya sebagian kecil anggota keluarga yang peduli tentang kebersihan, sebagian besar masyarakat kadang-kadang melakukan gotong-royong, sebagian besar
kurang mendukung terhadap aturan dan penyuluhan tentang kebersihan, dan sebagai besar kadang-kadang memisahkan sampah basah dan kering.
Dapat penulis analisis disini bahwa kebiasaan yang tidak baik dalam hal hidup bersih dan sehat sudah membudaya oleh ibu rumah tangga di Kecamatan
Bangkinang.Begitu juga kebiasaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam menciptakan kebersihan lingkungan tidak dibiasakan kepada anggota keluarganya,
sehingga anggota keluarga tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan baik di sekitar tempat tinggal maupun di lingkungannya.
Selain itu masyarakat Kecamatan Bangkinang hanya berharap dari petugas kebersihan setempat, ini karena mereka sudah membayar iuran kebersihan setiap
bulannya. Disamping itu Kecamatan Bangkinang terletak di Kota Bangkinang, dan masyarakat yang tinggal sebagian pendatang, sehingga dengan demikian kepedulian
tentang kebersihan lingkungan kerap terabaikan. Oleh Karena itu perlu di upayakan hal yang paling mendasar dari tradisi
tersebut yaitu adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, sehingga dapat merubah pola pikir dan tradisi dari yang tidak baik
menjadi baik dan yang tidak sehat menjadi sehat.
Universitas Sumatera Utara
Seharusnya lingkungan sehat di mulai dari perilaku hidup bersih dan sehat PHBS dimana semua perilaku kesehatan yang di lakukan atas kesadaran semua
anggota keluarga dan masyarakat, sehingga keluarga dan masyarakat itu sendiri dapat menolong dirinya dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.Oleh karena
itu kesehatan perlu di jaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan Noeroni, 2010.
Kebiasaan dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas ini maka ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang dalam berpartisipasi dan kaitannya dengan kebiasaan sangat erat.Hal ini
disebabkan ibu rumah tangga yang kebiasaan baik dalam pengelolaan sampah tidak mengubah pola berpikirnya dari yang tidak menciptakan lingkungan sehat menjadi
lingkungan sehat dan ikut peduli tentang kesehatan lingkungan. Untuk meningkatkan tingkat partisipasi ibu rumah tangga terhadap
pengelolaan sampah jika dilihat dari kebiasaan maka harus diubah norma-norma mengenai kebiasaan hidup pada masyarakat tersebut sehingga kebiasaan berperilaku
hidup sehat menjadi tradisi yang melekat pada kelompok ibu-ibu rumah tangga dan begitu seterusnya dilakukan secara turun temurun.
Universitas Sumatera Utara
Sejalan dengan hal tersebut diatas, sesuai dengan pendapat Anderson 2007, mengatakan program dan pelayanan sebaiknya direncanakan agar tersedia, dapat di
terima dan sesuai dengan budaya masyarakat yang menerima pelayanan. Kompetensi budaya menuntut para praktisi dan sistem pelayanan untuk memahami persepsi klien
keluarga dan masyarakat terhadap kebutuhan kesehatan mereka.Kebiasaan ibu rumah tangga di Kecamatan Bangkinang tentang pengelolaan sampah mempunyai kebiasaan
yang baik artinya ibu rumah tangga terbiasa dalam menggelola sampah tetapi mereka tidak merasa ikut bertanggung jawab terhadap kepedulian tentang kebersihan
lingkungan di daerahnya, sehingga mencerminkan tingkat partisipasinya rendah. Hal ini dapat penulis jabarkan bahwa kebiasaan ibu rumah tangga di
Kecamatan Bangkinang sudah dilakukan sejak lama yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh ibu rumah tangga dalam menciptakan kebersihan lingkungan tidak dibiasakan
kepada anggota keluarganya, sehingga anggota keluarga tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan baik di sekitar tempat tinggal maupun di lingkungannya.
Oleh Karena itu perlu di upayakan hal yang paling mendasar dari tradisi tersebut yaitu adanya informasi yang di teruskan dari generasi ke generasi baik
tertulis maupun lisan, sehingga dapat merubah pola pikir dan tradisi dari yang tidak baik menjadi baik dan yang tidak sehat menjadi sehat.
Universitas Sumatera Utara
5.3. Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Bangkinang Kabupaten Kampar