8. Drs. M. Pardede
1966 - 1967 9.
Letkol Laurimba Saragih 1967 - 1974
10. Kol. Sanggup Ketaren
1974 - 1979 11.
Kol. Drs. MJT. Sihotang 1979 - 1984
12. Drs. Jabanten Damanik
1984 - 1989 13.
Drs. Zulkifli Harahap 1980 - 1994
14. Drs. Abu Hanifah
1994 - 2000 15.
Drs. Marim Purba 2000 - 2005
16. Drs. Nabari Ginting Msi
2005 - 2005 17.
Ir. R.E. Siahaan 2005 - 2010
18. Hulman Sitorus, SE
2010 - sampai sekarang
3.2 Keadaan Masyarakat Kota Pematang Siantar
Pematang Siantar yang tahun 1970-an mendapat julukan sebagai kota pelajar di Provinsi Sumatera Utara, jumlah sekolah dari SD sampai Perguruan Tinggi
semakin meningkat diharapkan mampu memenuhi SDM daerah lebih progressif dan maksimal dengan tersedianya sumber daya dan potensi yang tersedia yang dapat
memajukan Pematang Siantar dan Kabupaten simalungun menjadi lebih baik. Masalah kelistrikan dan Infrastruktur merupakan masalah yang sangat penting,
seringnya pemadaman listrik menjadi faktor penghambat perkembangan perekonomian di daerah ini. Infrastruktur jalan-jalan menuju ke daerah maupun
sarana umum lainya dirasakan masih sangat tertinggal. Kinerja aparat Pemerintahan yang buruk menjadi faktor utama kemunduran di daerah ini, KKN menjadi virus yang
Universitas Sumatera Utara
sangat bahaya yang menjakiti para birokrat yang ada di Pemerintahan. Perombakan, penggantian sistem serta aparatnya dapat membantu kebuntuan perkembangannya. Di
harapkan generasi muda dapat berkiprah berperan serta lebih dan lebih lagi demi kemajuan bersama.
Dalam bidang pemerintahan, kota yang berumur 130 tahun pada tanggal 24 April 2001, pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan
kelestarian lingkungan kotanya. Pada waktu siang atau malam hari kehidupan di kota ini sepertinya tak pernah surut dilihat dari aktivitas masyarakatnya. Dengan udaranya
yang sejuk dan airnya yang bening dimana-mana, kehidupan di kota ini aman dan kondusif menghidupkan perekonomian masyarakatnya.
Dengan keadaan tersebut, kota Pematang Siantar mempunyai nilai positif tersendiri untuk berinvestasi karena disamping aman, tertib dan tentram, jumlah
penduduk yang relatif banyak dan bahan baku yang mencukupi khususnya yang berasal dari daerah interland. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, Pematang
Siantar berpenduduk 240.831 jiwa yang menjadikannya kota kedua terbesar setelah Medan, ibu kota Sumatera Utara. Penduduknya termasuk heterogen dengan 49,6
dari etnis Toba, 14,2 dari etnis Jawa dan 11,43 dari etnis Simalungun. Etnis lain kurang dari 10 masing-masing dari Melayu, Mandailing, Cina, Minang, Karo, dan
lain-lain. Dari jumlah penduduk tersebut, terdapat angkatan kerja sekitar 85.000 jiwa dengan 86 yang bekerja. Sektor industri yang menjadi tulang punggung
perekonomian kota yang terletak di tengahtengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 1999 yang mencapai
Universitas Sumatera Utara
Rp 1,5 trilyun, pangsa sektor industri mencapai 38 atau Rp 593 milyar. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22
atau Rp 335 milyar. Dari ketiga kegiatan di sektor ini, subsektor perdagangan memberikan pemasukan sampai Rp 300 milyar.
Hasil industri andalan Kota Pematang Siantar adalah rokok putih filter dan nonfilter serta tepung tapioka. Pada tahun 2000, dengan tenaga kerja sebanyak 2.700
orang, NV Sumatra Tobacco Trading Company STTC, produsen rokok yang berdiri sejak 1952, smenghasilkan 11,06 milyar batang rokok putih filter dan 75 juta batang
rokok putih nonfilter. Dari seluruh hasil produksi rokok filter tersebut 88,14 dijual ke luar negeri terutama ke Malaysia, negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur,
dengan nilai ekspor mencapai Rp 345 juta. Sisanya sebesar 11,86 rokok putih filter dan seluruh hasil produksi rokok putih nonfilter dijual di dalam negeri dengan nilai
penjualan mencapai Rp 83 milyar. Sementara itu, Taiwan menjadi negara tujuan penjualan tepung tapioka yang diproduksi kota ini. Tahun lalu, volume ekspor tepung
tapioka mencapai 3,8 ton dan tepung Modified Starch mencapai 2,7 ton. Keseluruhan nilai penjualan ekspor kedua jenis komoditas ini mencapai Rp 12,9 milyar.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Sarana Dan Prasarana Kota Pematang Siantar