Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

4 Dengan partisipasi politik kita mengacu pada semua aktivitas yang sah oleh semua warga negara yang kurang lebih langsung dimaksudkan untuk mempengaruhi pejabat pemerintah atau tindakan-tindakan yang mereka ambil. Definisi tersebut masih merupakan garis besar, tapi sudah cukup membatasi bidang kepentingan kita. Istilah itu menunjukan bahwa pada dasarnya kita berkepentingan dalam berpatisipasi politik. 9 Berhasil tidaknya demokrasi dalam mentransformasikan sikap dan perilaku masyarakat dapat merupakan suatu test terhadap seberapa jauh kekuatan penjelas dari teori kebudaya politik. teori kebudayaan politik melekat beberapa arti penting pada sikap politik, keyakinan politik, nilai dan emosi-emosi dalam menjelaskan fenomena politik. 10 Perkembangan atau dinamika kebudayaan selama 20 tahun terahir ini, baik dalam tataran ideologi, seperti ungkapan retorik, kebudayaan nasional, kebudayaan daerah atau kepribadian bangsa maupun pada tataran empiris berbagai kegiatan budaya, tentulah tidak dapat dipisahkan atau dipahami lepas dari pemahaman terhadap seting sosial politik yang berlangsung pada kurun waktu tersebut. 11 Budaya politik merupakan nilai-nilai keyakinan dan sikap-sikap emosi tentang bagaimana pemerintahan seharusnya dilaksanakan dan tentang apa yang harus dilakukan pemerintahan itu. 12 9 Roy C. Macridis dKK, Perbandingan Politik, hal.349-350 10 Roy C. Macridis dKK, Perbandingan Politik, hal.249 11 M. Karim Rusli, Dinamika Budaya dan Politik dalam Pembangunan, Yogyakarta: Tiara Wacana yoga, 1991 hal. 104 12 Bedi Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2011 hal.49-50 5 Akan tetapi budaya politik tertentu tidak dapat dihubungkan secara kuat dengan sistem politik tertentu. Budaya politik sangat luas lingkupnya seperti halnya culture 13 terutama jika subkultur juga di bahas. 14 Berdasarkan sikap, nilai-nilai, informasi, dan kecakapan politik yang dimiliki kita dapat menggolongkan orientasi- orientasi warga negara terhadap kehidupan politik dan pemerintah negaranya. 15 budaya ditempatkan dan dipahami sebagai setumpuk aturan tidak tertulis, Namun adanya pergeseran budaya politik dipercaya sebagai salah satu faktor kenapa partai Islam kalah. . 16 Berdirinya partai-partai berasas Islam di Indonesia dilihat sebagai perkembangan politik itu sendiri di Indonesia pada masa bersangkutan yang akan memungkinkan untuk melakukan penilaiaan tentang kedudukan partai, kekuatan dan kelemahan,disamping melihat para pemimpinnya serta para strukturnya itu sendiri. 17 Fenomena kekalahan partai berasaskan Islam di Indonesia meskipun mayoritas masyarakat Indonesia Islam memunculkan spekulasi adanya partisipasi 13 Dalam hal penulisan kata “culture” penulis merujuk kepada kamus istilah politik kontemporer. Kata “culture”1. Kebudayaan. 2. Kumpulan pengetahuan yang membentuk pola cirri tinggkah laku kemasyarakatan suatu masyarakat. Kebudayakan kelompok sosial di kembangkan dan di pelihara, melalui pengajaran formal dan informal, bahasa, ilmu pengetahuan, kepekaan dan keyakinan, kebiasaan, tradisi, lembaga-lembaga. Singkatnya secara keseluruhan pengaklaman sosial. Sistem politik dibentuk oleh faktor-faktor kebudayaan dan sebaliknya sistem membantu melancarkan perubahan kebudayaan dengan mempengaruhi pola-pola perilaku masyarakat. Misalnya masyarakat yang pluralistik dapat diselaraskan demi terpeliharanya lembaga-lembaga, demokratis, dan yang terahir ini kemungkinan akan memberikan wadah diman aneka warna kebudayaan berkembang subur. 14 Rusadi Kantap Prawira, Sistem Politik Indonesia, Bandung:sinar Baru Algen Sindo, 2004 hal. 30 15 Mohtar Mas’oed, perbandingan sistem politik, Yogyakarta: Gadjah Mada University, 2000 hal. 41 16 Johan O. Silalahi, Mengurai Masalah Bangsa dan Negara Jakarta: Johansfoundation, 2012 hal. 78 17 Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, Bandung: mizan, 1997 hal. 47 6 Masyarakat Muslim yang tidak selalu kearah partai berasaskan Islam, hal ini tentu mengundang wacana desakralisasi partai berasaskan Islam itu sendiri. Desakralisasi partai Islam, sejatinya merupakan proyek pengembalian makna yang sakral sebagai sakral dan yang profan. Partai berasaskan Islam yang tadinya dianggap sakral kini hendak “didesakralisasikan” alias di kembalikan di wilayah profan. Itulah yang dalam wacana sosiologi diistilahkan dengan makna “sekularisasi”, yang secara efistemologis dimaksudkan sebagai “devaluasi radikal” atau “detimologisasi” atas apa saja yang bertentangan dengan ide tauhid. Berpijak pada konsep demikian, partai berasaskan Islam itu bukan hal esensial dan substantif, serta sama sekali tidak terkait dengan ke-Islaman seseorang untuk memilih partai berasaskan Islam tertentu. Itulah sebabnya desakralisasi partai berasaskan Islam ini lebih dimaksudkan untuk membebaskan umat Islam dari politik yang bersifat partisan. Malahan, lebih dari itu proyek ini mempunyai arti penting bagi pembebasan umat dari stigma dan beban sejarah yang tidak kondusif bagi pengembangan umat Islam. Sebab, ketika Islam tersubordinasikan ke dalam partai yang cenderung mengutamakan kepentingan kelompok partai dengan berbagai aturan verbal, maka makna Islam menjadi sempit dan cenderung eksklusif. 18 Sehingga mudah terjebak pada penilaian bahwa umat Islam yang tidak menjadi anggota atau pengikut partai berasaskan Islam, dianggap sebagai “kurang Islami. 19 18 Dalam hal penulisan kata “eksklusif” penulis merujuk kepada kamus lengkap bahasa indonesia. Kata “eksklusif”berarti semata-mata 19 Deliar Noer, Mengapa Partai Islam Kalah, hal. 51-52 7 Dalam masyarakat pluralis terutama dalam konstitusi parlementer, partai dibentuk atas dasar keragaman kepentingan. Paham Marxisme Lenisme mendefinisikan partai sebagai organisasi politik di mana di dalamnya terdapat berbagai macam kelas untuk mewakili berbagai kepentingan kelompok. 20 Di permukaan kehadiran patai-partai berasaskan Islam mengesankan pengingkaran pada logika transformasi pemikiran dan praktek politik Islam yang telah berlangsung selama dua dasawarsa lebih ini. Menonjolnya bahan dan simbol politik berasaskan Islam merupakan indikasi utama kalau bukan satu-satunya. 21 Dari pengalaman masa lalu dengan seluruh implikasinya merupakan sesuatu yang tergesa- gesa tetapi jauh panggang dari api. Dalam kontek ini, penting untuk diingat bahwa masyarakat Indonesia telah berubah secara cukup berarti. Mobilitas sosial dalam bentuknya yang luas yang di alami komunitas Islam merupakan faktor penting dalam perjalanan mereka selama dua dasawarsa lebih ini. 22 Pada masyarakat Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen itu sendiri terjadi mobilitas sosial yang dialami komunitas Islam serta tingginya tingkat urbanisasi dari daerah ke kota khususnya Jakarta, yang tentunya akan mempengaruhi pada partisipasi politik masyarakat dalam pemilihan umum itu sendiri. Adanya keterkaitan antara partisipasi politik, budaya politik dan partai politik berasaskan Islam di Kecamatan Kebumen menjadi hal yang menarik untuk di kaji 20 Peter Schroder, Strategi Politik Jakarta: friedrik, 2008 hal, 347 21 Dalam hal penulisan kata “repetisi” penulis merujuk kepada kamus lengkap bahasa indonesia. Kata “repetisi” berarti ulangan, pelajaran latihan ulangan sandiwara dsb 22 Deliar Noer, Mengapa Partai Islam Kalah, hal. 33-36 8 mengenai seberapa besar tingkat kepercayaan Masyarakat Muslim Kebumen terhadap partai politik berasaskan Islam itu sendiri. Kecamatan Kebumen 23 yang memiliki luas wilayah 42,040 km2 dengan jumlah penduduk 118.956 orang penduduk laki-laki 59.728 orang dan perempuan 59.228 orang. Jarak Kecamatan Kebumen dari Kota Kebumen adalah 1,00 km. Banyaknya RT di Kecamatan Kebumen 580 dan RW sebanyak 144 yang terbagi dalam 5 Kelurahan dan 24 Desa. 24 Pola sosiologis masyarakat Kebumen, secara umum yang terkait dengan instansi keagamaan, ditemukan 1 Pesantren 109 Masjid serta 287 SurauMusola yang tersebar disetiap Kelurahan. Keterlibatan masyarakat dalam instansi perhimpunan kewargaan yang bersifat ke agamaan religious civis association hampir merata disetiap desa atau kelurahan. Atas dasar deskripsi di atas penulis akan mengkaji mengenai pertisipasi politik masyarakat Kebumen. Hal ini menjadi alasan penulis untuk menulis tugas akhir dengan judul Tingkat KepercayaanMasyarakat Muslim Terhadap Partai Politik Berasaskan Islam Studi Kasus di Kecamatan Kebumen Pada Pemilu 2014. 23 Kecam at an Kebum en m erupakan w ilayah yang m asuk dalam w ilayah administ rasi pem erit ahan Kabupat aen Kebum en dan m asuk w ilayah Propinsi Jaw a Tengah 24 www.kebumenkab.go.id 9

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Pokok masalah dalam studi ini dibatasi pada tingkat kepercayaan Masyarakat Muslim Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen terhadap PPP, PBB, dan PKS sebagai partai yang lolos kualifikasi sebagai partai peserta pemilu 2014. Dari masalah pokok di atas dapat disimpulkan menjadi tiga 3 sub masalah yang dirumuskan dengan pertanya sebagai berikut: 1. Seberapa besar tingkat kepuasandan preferensi pilihan Masyarakat Muslim terhadap partai politik berasaskan Islam? 2. Seberapa efektifkah partai politik dalam mempengaruhi partisipasi politik Masyarakat Muslim Kecamatan Kebumen? 3. Bagaimana perilaku bermedia masyarakat dalam mengakses informasi politik? Partai politik berasaskan Islam yang menjadi objek pembahasan ini adalah partai politik yang secara tegas mencantumkan dalam asasnya parta Islam dan partai politik berasas Islam yang ikut berkompetis, dalam pemilihan umum 9 April 2014, yaitu PPP, PBB, PKS. 25 Patut dikemukakan bahwa partai politik peserta pemilu yang dijadikan objek kajian dalam penelitian ini dianggap sebagai alat perubahan masyarakat. Sedangkan instrumen kuesioner dijadikan alat pengukur tingkat kepercayaan Masyarakat Muslim terhadap partai politik berasaskan Islam. 25 Muhamad IQbal dkk, Pemikiran Politik Islam Jakareta: Kencana, 2010 hal. 305-306 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini penulis memiliki tujuan di antaranya: a. Mengetahui partai politik yang paling disenangi masyarakat Muslim Kecamatan Kebumen pada pemilihan umum 9 April 2014. b. Mengetahui alasan masyarakat Muslim Kecamatan Kebumen dalam memilih partai politik pada pemilihan umum 9 April 2014. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaatnya sebagai berikut: a. Hasil penelitian ini juga bernilai signifikan bagi upaya pembaharuan strategi politik dalam pemilihan umum dan memberikan informasi dan pertimbangan bagi stake holder untuk lebih memahami mengenai persoalan-persoalan partai politik berasaskan Islam. b. Hasil penelitian ini diharapkan mampu mengungkap fenomena kekalahan partai politik berasaskan Islam.

D. Tinjauan PustakaPenelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian tentang topik masalah telah dilakukan baik yang mengkaji secara sepesifik fenomena tersebut maupun yang menyinggungnya secara umum dalam tema partai politik Islam. Berikut paparan tinjauan umum atas sebagian karya-karya penelitian tersebut. 11 Carman Ansari 2010 dengan skripsi yang berjudul Partai Islam dan Pemilu Presiden 2009. Penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor yang mendasari partai- partai berasaskan Islam mendukung SBY Boediono karena adanya kesamaan dan kesepahaman dengan partai mitra koalisi serta keterlibatan elit-elit partai Islam dalam tim sukses pemenangan SBY-Boediono. Sri Busono 2013 dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Ketaatan Beragama Terhadap Pilihan Partai Politik Islam Pada Pemilihan Umum 2009 Studi Kasus Pada Jamaah Masjid Raya Cinere Depok. Penelitian membuktikan bahwa agama tidak menjadi ukuran dan landasan dari hampir sebagian besar responden untuk menentukan pilihan politik. Analisis statistik menunjukan pengaruh ketaatan beragama terhadap partai politik Islam rendah 1,0 Muh. Samsul Anwar 2011 dengan skripsi yang berjudul Dinamika Politik Islam Sasak Tuan Guru dan Politik Pasca Orde Baru. Penelitian membuktikan bahwa kemenangan Tuan Guru sebagai gubernur NTB dalam Pilkiada 2008 tidak hanya dimenangkan karena ketokohannya dan ke-Tuan Guru-anya melainkan karena memiliki momentum yang tepat. Hal ini disebabkan karena calon-calon yang lama mayoritas didugs terlibat masalah korupsi. Penelitian lembaga survei Indonesia yang bertajuk, prospek Islam politik menjelang pemilu 2009, temuan pokok ini antara lain, secara umum, Muslim, lepas dari berbagai faktor yang mempegaruhinya, cenderung memilih partai non-Islam. 12 Serta Kecenderungan sikap elektoral ini stabil atau bahkan menguat dalam empat tahun terakhir. Dari bebrapa temuan penulis yang ada dalam tulisan skripsi, buku-buku tulisan para pakar politik ataupun lembaga survei Indonesia penulis tidak menemukan tulisan yang secara sepesifik membahas tentang tingkat kepercayaan terhadap partai politik Islam terlebih lagi yang dilakukan secara khusus di Kecamatan Kebumen. Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian ini.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Secara tipologis, penelitian penulis ini merupakan model penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sedangkan objek penelitian ini adalah 100 responden yang di ambil secara random dari total populasi di Kecamatan Kebumen. Pengambilan sampel responden pada tingkat RW dipilih empat RT secara acak dan pada tahap RT dilakukan pendataan dan menghitung jumlah Interval RTSLT = Jumlah RTSLT di Desa dibagi 2, untuk mencari responden pada tingkat KK. Setelah terpilih pada tingkat KK akan dilakukan pemilihan responden yg sudah terdaftar pada DPT pemilihan umum 2014 dengan cara menghitung interfal atau memilih responden yang dibutuhkan LkPr untuk diwawancaraidijadikan sampel penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang berasal dari konsep kuantitas “jumlah” atau bersifat himpunan besar atau frekuensi banyak. Kuantitas dapat di