BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Fashion Style
Fashion style dimulai dari tahun 1920. Tahun 1920 merupakan abad baru ketika dunia fashion kembali dengan pandangan berbeda. Inovasi terbaru muncul
dari designer dunia. Seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan warna, serta gaya yang mementingkan karakter seorang putri. Dari sinilah dunia fashion
style mulai berkibar. Memasuki tahun 1930-an, perkembangan fashion sedikit agak lambat, hingga akhirnya memasuki perang dunia kedua 1940-1946, dari
yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga mempunyai sisi estetika atau sisi cantik.
4
Fashion berasal dari bahasa inggris yang artinya cara, kebiasaan atau mode. Perkembangan fashion tidak lepas dari pengaruh informasi, karena
informasi merupakan sarana seseorang untuk bisa mengetahui lebih jelas tentang fashion.
5
Tuntutan kebutuhan gaya hidup semakin berkembang, turut berdampak pada berlangsungnya modernisasi fashion dari waktu ke waktu. Pakaian sendiri
tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang fashion, pakaian, atau busana pun sudah banyak dilakukan dari
berbagai perspektif. Pakaian tak hanya berfungsi secara ragawi belaka, misal melindungi dan menjaga kesehatan tubuh, atau sekedar untuk tampil menarik dan
keren, tapi juga punya fungsi lain diluar urusan raga.
4
http:mycc.forumotiion.com
browsing pada tanggal 12 Juli 2012 Pukul 22.13 WIB
5
http:adhe-fashion.blogspot.com Browsing Pada Tanggal 13 Juli 2012 Pukul 01.14
13
Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”.
Polhemus dan procter menunjukan bahwa dalam masyarakat kontemporer Barat, istilah ‘fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah ‘dandanan’, ‘gaya’,
dan ‘busana’ Polhemus dan Procter. 1978:9.
6
Semua fashion dan pakaian adalah untuk mendekorasi atau mempercantik tubuh. Seperti dinyatakan Wilson, fashion secara umum diasosiasikan dengan
“Wanita”, memang benar wanita atau feminin, dipresentasikan dalam masyarakat kontemporer sebagai makhluk yang dekat dengan seni kosmetika, diasosiasikan
dengan tampilan luar dan sangat mempedulikan, bila tak terus menerus terobsesi, dengan penampilan.
7
Bisa dinyatakan fashion menjadi argument yang paling jelas dan tampaknya menjadi niscaya dan tidak bisa dihindari lagi, pada organisasi sosial
dan ekonomi yang ada di dunia. Ini akan benar-benar menjadi prestasi untuk mengklaim bahwa satu hal yang tak terhindarkan, sesuatu yang muncul mengikuti
realitas sosio ekonomi. Dalam pandangan Simmel, Flugel, serta Polhemus dan Procter, fashion adalah suatu produk masyarakat dengan lebih dari satu kelas di
dalamnya dan tempat terjadinya gerak diatas antara kelas-kelas baik yang mungkin maupun yang didambakan.
8
Wilson menunjukkan, “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima” Wilson,1990:209.
Fashion, pakaian dan busana memunculkan sistem penandaan signifikansi yang menjadi tempat pembentukan dan pengkomunikasian tatanan sosial. Fashion,
6
Barnard Malcolm. Fashion sebagai komunikasi cara mengkomunikasikan identitas sosial seksualitas, kelas dan gender. Yogyakarta Bandung: jalasutra. 1996, h. 12-33
7
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender, YogyakartaBandung: Jalasutra, 1996 h, 12-13
8
Barnard Malcolm. Fashion sebagai komunikasi cara mengkomunikasikan identitas sosial seksualitas, kelas dan gender. Yogyakarta Bandung: jalasutra. 1996. h. 26
14
pakaian dan busana dapat bekerja dengan berbagai cara yang berbeda, namun memiliki kesamaan bahwa beberapa diantaranya merupakan tempat tatanan sosial.
Fashion, pakaian dan busana dapat dianggap sebagai salah satu makna yang digunakan oleh sekelompok sosial dalam mengkomunikasikan identitas mereka.
9
B. Pakaian Menurut Islam