82
a. Uji Koefisien Adjusted R Square
Uji  koefisien  adjusted  R  Square  dilakukan  untuk  mengetahui seberapa  besar  kemampuan  variabel  independen  dalam  menjelaskan
variabel dependen.
Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Adjusted R Square
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.755
a
.570 .553
1.896 a. Predictors: Constant, TP, TI, TA
b. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer yang diolah Tabel 4.15 menunjukkan nilai R sebesar 0,755 atau 75,5. Hal
ini  berarti  bahwa  hubungan  atau  korelasi  antara  faktor-faktor  yang mempengaruhi kualitas audit adalah kuat karena  0,50 Nilai Adjusted
R Square sebesar 0,553 atau 55,3, ini menunjukkan bahwa variabel kualitas  audit  yang  dapat  dijelaskan  oleh  variabel  independensi,
akuntabilitas  dan  profesionalisme  adalah  sebesar  55,3,  sedangkan sisanya  sebesar  0,447  atau  44,7  1-0,553  dijelaskan  oleh  faktor-
faktor lain  yang tidak disertakan dalam model  penelitian ini.  Standar Error of Estimation SEE sebesar 1,896. Makin kecil nilai SEE akan
membuat  model  regresi  semakin  tepat  dalam  memprediksi  variabel dependen.
83
b. Hasil Uji Statistik t
Uji  statistik  t  digunakan  untuk  mengetahui  ada  atau  tidaknya pengaruh  masing-masing  variabel  independen  secara  individual
terhadap  variabel  dependen  yang  diuji  pada  tingkat  signifikansi  0,05. Hasil uji statistik t  dapat dilihat pada tabel 4.16, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0,05 maka H
a
diterima
,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H
a
ditolak.
.
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik t
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 16.176
2.493 6.490
.000 TI
.252 .084
.333 2.996
.004 TA
.180 .083
.253 2.173
.033 TP
.196 .058
.306 3.400
.001 a. Dependent Variable: TKA
Sumber: Data primer  yang diolah
Hasil  uji  hipotesis  1  dapat  dilihat  pada  tabel  4.16,  variabel independensi  mempunyai  tingkat  signifikansi  sebesar  0,004.  Hal  ini
berarti  menerima  H
a1
sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  variabel independensi  berpengaruh  signifikan  terhadap  kualitas  audit  karena
tingkat signifikansi yang dimiliki variabel independensi lebih kecil dari 0,05.  Hal  ini  telah  sesuai  dengan  penelitian  Deis  dan  Giroux  1992
yang  menyatakan  bahwa  lama  waktu  auditor  melakukan  kerjasama dengan  klien  tenure  berpengaruh  negatif  terhadap  kualitas  audit,
84 dimana  tenure  merupakan  hal  yang  terkait  dengan  independensi.
Pendapat  De  Angelo  1981  yang  menyatakan  bahwa  independensi merupakan  hal  yang  penting    selain  kemampuan  teknik  auditor  juga
sesuai dengan hasil penelitian ini. Auditor harus memiliki kemampuan dalam  mengumpulkan  setiap  informasi  yang  dibutuhkan  dalam
pengambilan  keputusan  audit  dimana  hal  tersebut  harus  didukung dengan  sikap  independen.  Tidak  dapat  dipungkiri  bahwa  sikap
independen  merupakan  hal  yang  melekat  pada  diri  auditor,  sehingga independen  seperti  telah  menjadi  syarat  mutlak  yang  harus  dimiliki.
Tidak  mudah  menjaga  tingkat  independensi  agar  sesuai  dengan  jalur yang  seharusnya.  Kerjasama  dengan  klien  yang  terlalu  lama  bisa
menimbulkan  kerawanan  atas  independensi  yang  dimiliki  auditor. Belum lagi berbagai fasilitas yang disediakan klien selama penugasan
audit  untuk  auditor.  Bukan  tidak  mungkin  auditor  menjadi  “mudah dikendalikan” klien karena auditor berada dalam posisi yang dilematis.
Shockley  1981  dalam  Carey  dan  Simnett,  R.  2006:5 melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap
independensi  akuntan  publik  dimana  responden  penelitiannya  adalah kantor akuntan publik, bank dan  analis keuangan. Faktor  yang diteliti
adalah pemberian jasa konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran  KAP  dan  lama  hubungan  audit  dengan  klien.  Hasil  penelitian
ini  menunjukkan  bahwa  KAP  yang  memberikan  jasa  konsultasi manajemen  kepada  klien  yang  diaudit  dapat  meningkatkan  risiko
85 rusaknya  independensi  yang  lebih  besar  dibandingkan  yang  tidak
memberikan  jasa  tersebut.  Tingkat  persaingan  antar  KAP  juga  dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang
lebih  kecil  mempunyai  risiko  kehilangan  independensi  yang  lebih besar  dibandingkan  KAP  yang  lebih  besar.  Sedangkan  faktor  lama
ikatan  hubungan  dengan  klien  tertentu  tidak  mempengaruhi  secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Abu  Bakar  et  al.  2005  telah  melakukan  penelitian  tentang faktor-faktor  yang  mempengaruhi  independensi  auditor,  dalam
penelitiannya  terdapat  enam  hal  yang  dapat  mempengaruhi independensi  auditor,  yaitu  ukuran  KAP,  tingkat  persaingan  antar
KAP,  lamanya  waktu  audit,  besarnya  audit  fee  yang  diterima  KAP, pemberian  jasa  konsultasi  manajemen  oleh  KAP,  dan  keberadaan
komite audit. Hasil  uji  hipotesis  2  dapat  dilihat  pada  tabel  4.16,  variabel
akuntabilitas mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,033. menerima H
a2
sehingga dapat dikatakan bahwa variabel akuntabilitas berpengaruh signifikan  terhadap  kualitas  audit  karena  tingkat  signifikansi  yang
dimiliki  variabel  akuntabilitas  lebih  kecil  dari  0,05.  Jika  auditor memiliki  motivasi  atau  dorongan  dalam  menyelesaikan  suatu
pekerjaan maka pekerjaan tersebut  akan dikerjakan sungguh-sungguh, sehingga  auditor  akan  mencurahkan  seluruh  usaha  dan  daya  pikirnya,
dengan  begitu  pekerjaan  selesai  tepat  pada  waktunya.  Penelitian  ini
86 mendukung penelitian yang dilakukan oleh Mardisar et al. 2007, Dan
Cloyd 1997. Hasil  uji  hipotesis  3  dapat  dilihat  pada  tabel  4.16,  variabel
profesionalisme mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001. Hal ini berarti  menerima  H
a3
sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  variabel profesionalisme berpengaruh signifikan terhadap  kualitas audit karena
tingkat  signifikansi  yang  dimiliki  variabel  profesionalisme  lebih  kecil dari 0,05. Hubungan antara profesionalisme dan kualitas audit bersifat
positif.  Profesionalisme  pada  hakikatnya  merupakan  suatu  sikap  yang dimiliki  oleh  seseorang  yang  melaksanakan  pekerjaan  sesuai  dengan
profesinya, sikap tersebut meliputi: kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan  sesuai  dengan  keahlian  dan  kompetensi  yang  dimiliki  pada
bidangnya,  kemampuan  menyelesaikan  pekerjaan  tepat  pada waktunya,  kemampuan  dalam  hal  memecahkan  masalah  dan
kemampuan  meminimalisir  kesalahan.  Dalam  hal  ini  seorang  auditor yang bekerja memberikan jasa kepada klien harus betul-betul bersikap
profesional  agar  pekerjaan  yang  dilaksanakan  memberikan  hasil  yang maksimal.  Tentunya  dengan  profesi  tersebut,  auditor  menemukan
banyak  tantangan,  seperti  intimidasi  dari  klien  ataupun  dari  sesama rekan  seprofesi.  Dalam  hal  ini  tingkat  profesionalisme  auditor  dapat
terlihat,  terlebih  lagi  ketika  pekerjaan  yang  dilakukan  menyangkut kualitas  audit  yang  dihasilkan.  Semakin  profesional  seorang  auditor,
maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkan. Jadi, ada semacam
87 sikap  yang  mendorong  auditor  untuk  bekerja  sesuai  dengan
keahliannya. Penelitian ini mendukung penelitian Lavin 1976 dalam alim  2007,  Ussahawanichakit  2008  dan  Baotham  2007  yang
menyatakan  bahwa  profesionalisme  berpengaruh  secara  signifikan terhadap kualitas audit.
c.  Hasil Uji Statistik F