Metode dan Tujuan Dakwah

kaumnya apabila mereka telah lembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” QS. At-Taubah [9]: 122 Golongan kedua menafsirkan kata min pada surah Ali Imran ayat 104 berfungsi sebagai penjelasan atau keterangan . Dengan demikian, dakwah menjadi kewajiban setiap individu fardhu ain. Hukum ini diperkuat dengan Al-Qur’an surah Ali Imran ayat 110. + ,- . “Kalian umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia, karena kalian menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik. Selain itu, menurut golongan yang kedua, hukum fardhu ain ini juga diperkuat dengan hadis Nabi Saw, di atas yang terdapat kata man , yang berarti bahwa dakwah tersebut mesti dilakukan oleh setiap individu muslim.

C. Metode dan Tujuan Dakwah

Secara etimologi, kata metode berasal dari dua kata, yaitu meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian, arti metode ialah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. 12 12 M. Munir, S.Ag., M.A., dkk., op. cit., h. 6 Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi, dari sekian banyak ayat Al-Qur’an yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu ayat yang memuat sandaran dasara dan fundamen pokok bagi metode dakwah. 13 Ayat yang dimaksud adalah ayat, L 1 Fﺡ 7 F: U : L51 ;- 4 V7 ی2 ;- K “Ajaklah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihatpelajaran yang baik, dan debatlah dengan cara yang lebih baik. Sesuangguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. An-Nahl [16]: 125 Berdasarkan ayat di atas, terdapat tiga prinsip yang berhubungan dengan metode dakwah, yaitu: 14 a. Dakwah bil hikmah, yaitu dakwah dengan perkataan yang jelas, tegas, benar, serta dapat membedakan antara yang hak dan yang batil. Metode ini cocok untuk mereka yang mempunyai daya nalar yang tinggi dan memiliki kemampuan lebih dalam menangkap makna yang disampaikan dan bersikap kritis. b. Dakwah bil mau’izhah hasanah, yaitu dakwah dengan tutur kata yang membawa kepada kebaikan melalui penyampaian kabar gembira, peringatan, kisah-kisah terdahulu, dan berbagai perumpamaan. 13 Muhammad Husain Fadhlullah, Metodologi Dakwah dalam Al-Qur’an, Jakarta: Lentera Basritama, 1997, h. 38 14 Fakhruddin ar-Razi, Mafâtîh al-Ghaib, yang diakses dari http:www.altafsir.com c. Dakwah bil mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran dengan cara yang baik dengan argumentasi yang kuat, tanpa menyinggung perasaan. Metode ini cocok bagi kaum intelektual yang menyukai hal-hal yang bersifat rasional. Sementara itu, menurut Quraish Shihab, agar dakwah mencapai target yang diinginkan Al-Qur’an mempunyai metode yang jitu, yaitu: 15 a. Mengemukakan kisah-kisah yang bertalian dengan salah satu materi. Maksud kisah di sini ialah kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an. b. Nasihat dan panutan yang disampaikan dengan dengan bahasa yang menyentuh. Demikian juga dalam berdakwah. Namun, yang perlu diingat, sebaik apa pun nasihat kuranglah sempurna jika tidak disertai dengan keteladanan. c. Pembiasaan yang digunakan Al-Qur’an untuk mendidik manusia agar terbiasa akan sesuatu, baik untuk meninggalkan maupun mengerjakannya. Adapun mengenai tujuan dakwah, Toto Tasmara sebagai pakar komunikasi pernah menyampaikan, tujuan dakwah adalah menegakkan ajaran Islam kepada setiap insan, baik secara individu maupun masyarakat, sehingga ajaran tersebut mampu mendorong suatu perbuatan yang sesuai dengan ajaran tersebut. 16 Sementara itu, menurut Shiddiq Amin dalam Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi menjelaskan bahwa tujuan dakwah ialah memahami, mengimani, menilai antara hak dan batil, mengamalkan, dan mengajarkan ajaran Islam. 17

D. Media dan Materi Dakwah