BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umat Islam adalah umat terakhir yang hadir di muka bumi ini dan diakui Allah Swt. hingga Hari Kiamat nanti. Untuk umat yang terakhir ini, Allah Swt. mengutus seorang nabi
termulia yang ditujukan bukan hanya untuk umat manusia, tetapi juga untuk semesta alam termasuk bangsa jin.
Meskipun umat Islam adalah umat terakhir, tetapi mereka sebagai umat terbaik yang ada di antara umat-umat lain yang ada di muka bumi. Gelar umat terbaik inilah yang Allah
berikan khusus kepada umat Nabi Muhammad Saw., sebagaimana yang tertuang dalam surah Ali Imran 3 ayat 110.
+ ,- .
“Kalian umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuik umat manusia, karena kalian menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman
kepada Allah. Seandainya Ahlu Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, tetapi di kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.”
Akan tetapi, gelar umat terbaik ini tidak hanya sebatas gelar kebanggaan yang dimiliki
umat Islam tanpa ada tindak lanjutnya. Dengan menyandang gelar tersebut, berdasarkan ayat di
atas, ada konsekuensi logis yang harus dijalani oleh umat terbaik ini, yaitu menjalankan amar makruf nahi munkar,
1
atau bisa diistilahkan dengan berdakwah.
2
Dengan konsekuensi tersebut, tidak heran kalau kemudian Rasulullah Saw. sebagai nabi dan rasul umat ini menjalani dan mengawali dakwah Islam selama puluhan tahun dengan
merasakan manis dan getirnya. Perjalanan dakwah yang beliau lakukan selama 23 tahun. Setelah diangkat menjadi rasul, beliau memulai dakwahnya di Mekah secara sembunyi-sembunyi lalu
terang-terangan selama 13 tahun. Kemudian, beliau berdakwah di Madinah selama 10 tahun yang telah mencapai hasil maksimal sehingga kita dapat merasakan buah manis dakwah beliau
hingga saat ini.
3
Dakwah Islam yang dilakukan Rasulullah kepada umatnya sangat bijaksana dan patut untuk dicontoh. Setiap kali Rasulullah Saw. melangsungkan dakwahnya, beliau selalu melihat
kondisi serta situasi yang sesuai dengan kebijakan umat mad`u: komunikan serta berbicara pada bidang yang mereka pahami. Telah menjadi sunatullah bahwa manusia mempunyai pola
berfikir yang berbeda, mulai dari tingkat kecerdasan, perasaan, tabiat, sikap, sifat dan tingkah laku, serta keinginan bakatnya.
Landasan inilah yang mengharuskan nabi Muhammad saw untuk mengambil langkah dalam memilih metode yang sesuai dengan obyeknya. Sebagaimana Fathiykan mengatakan
bahwa “untuk mempengaruhi suatu obyek harus memilih metode yang sesuai dengan taraf kecerdasan“.
4 5
1
Ibnu Katsir, Tafs r al-Qur’ânil Azh m,Semarang: Putra Semarang, t.t., h. 410
2
M. Munir, S.Ag., M.A. dkk., Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006, h. xi; Strategi dakwah: A. Fakih Kurniawan, “Sebuah Perenungan atas Konstruksi Transformative Nilai Islam,” artikel diakses pada 5 April 2008
dari http:lingkarfakih.blogspot.com200711strategi-dakwah-sebuah-perenungan-atas. html
3
Masa dakwah Rasulullah Saw. selama 23 tahun ini sebenarnya setelah waktu tersebut dibulatkan. Sebenarnya, masa dakwah Rasulullah tidak persis demikian. Menurut Ali Mustafa Yaqub, waktu perjalanan dakwah
Rasulullah Saw. adalah 22 tahun, 5 bulan, dan 9 hari. Lih. Ali Mustafa Yaqub, Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, [Jakarta: Pustaka Firdaus, 1997], h. 18.
4
Fathiyakan, Bagaimana Kita Memanggil kepada Islam, Jakarta: Bulan bintang, 1997 , h. 36
Sebagai umatnya kita wajib untuk meneruskan dakwah Nabi Muhammad Saw., yaitu dengan mengajak manusia untuk selalu mengerjakan yang makruf dan meninggalkan yang
mungkar, sesuai dengan ajaran Islam. Muhammad Ahmad al-Dawi mengatakan, “Merupakan kewajiban sebagian manusia untuk melaksanakan dakwah, mengajak kepada jalan yang makruf
dan mencegah segala kemungkaran. Dalam berdakwah memang membutuhkan ketangguhan serta kekuatan hingga ajaran agama tidak tersia-siakan dan mencelakakan manusia, sebab
hakikat dakwah sebenarnya adalah membina dan mempersatukan seluruh umat manusia serta menyelamatkan mereka dari kesengsaraan dunia dan akhirat.”
6
Menyadari akan pentingnya dakwah sebagai pembinaan umat manusia ke arah tercapainya kebahagian dunia dan akhirat kelak, maka sudah selayaknya kegiatan dakwah harus
mendapat perhatian serta penanganan khusus dan serius dengan menggunakan metode dan sarana-sarana yang dapat diterima oleh sasaran dakwah tersebut.
Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa kegiatan dakwah harus terus berkembang dan harus dikemas dengan berbagai metode serta sarana yang khusus agar lebih efektif demi
tercapainya tujuan dakwah, sehingga dakwah dapat diterima oleh semua kalangan. Saat ini, banyak kita temui di hampir setiap media, baik media elektronik maupun
media cetak, ragam cara dan media yang dilakukan para aktivis dakwah dalam menyampaikan seruan tentang kebaikan untuk tetap mengikuti aturan agama. Hal tersebut bisa dikatakan
dakwah kekinian atau dakwah kontemporer. Pada dakwah kontemporer, salah satu ustad yang cukup sering menjalankan aktivitas
dakwahnya adalah Ustaz Syukur. Beliau merupakan alumni UIN Universitas Islam Negeri
5
Pendapat yang diutarakan oleh Fathiyakan sesuai dengan ungkapan Arab yang menyatakan,
, 123 4 5
Bertuturkatalah dengan orang lain sesuai dengan kemampuan daya pikir mereka.
6
Muhammad Ahmad Al–Dawi , Buku Pintar Para Da`i, Surabaya: Dua ilmu, 1995, h .6.
Syarif Hidayatullah, Jurusan Filsafat, Fakultas Ushuluddin, 2000. Selain itu, beliau adalah salah seorang kepercayaan atau asisten Ustaz Arifin Ilham, Pimpinan Mejelis Zikir Az-Zikra, dan
pembimbing Jamaah Umrah Selatour.
7
Dengan kapasitas pendidikan dan status tersebut, tentu saja aktivitas dakwah dai muda yang satu ini perlu diperhitungkan, apalagi beliau juga pernah
belajar di Pondok Pesantren Al-Hamidiyah, Depok, Bogor, Jawa Barat. Media televisi, radio, dan majalah adalah tempat dimana Ustadz Syukur menuangkan
curahan tenaga dan pikirannya dalam berdakwah. Perjalanan dakwah dai yang satu ini tidak hanya berkutat di wilayah lokal, tetapi juga nasional, bahkan beliau pernah merambah sampai
luar negeri. Meskipun beliau telah cukup sering dalam berdakwah di media, baik televisi maupun
majalah bahkan beliau telah berdakwah sampai ke negeri Macau Cina, namun kesan glamoritas dan komersilitas seorang dai yang banyak kita jumpai di televisi hampir tidak melekat di Ustaz
Syukur. Oleh karena itu, berdasarkan pengalaman dan kepribadian beliau, Penulis tertarik untuk
mengkaji kiprah dakwah beliau selama ini. Dan untuk selanjutnya, tema tersebut Penulis angkat
ke dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Dakwah Kontemporer Studi Deskriptif Analisis Kiprah Dakwah Ustaz Drs. Muhammad Abdul Syukur Yusuf.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah