Ayat di atas menjanjikan bagi siapa saja yang terus beristighfar dan bertobat akan mendapatkan berbagai kenikmatan dan kesenangan selama hidupnya di dunia, sebagaimana hal
ini disebutkan dalam sabda Rasulullah berikut ini.
3w1 0 C p 5 0 O xK 5
1 .H- hr WF:ی yﺡ
“Siapa yang biasa membaca istighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari segala kesempitan, emmeberikan kesenangan dalam segala kesusahannya, dan
memberinya rezeki dari arah yang tidak dia duga.” HR. Abu Dawud
C. Media Dakwah Ustaz Syukur
Kurang lebih sudah empat belas abad lamanya agama Islam tumbuh di muka bumi. Dengan waktu yang lumayan lama itu, Islam tidaklah lekang dimakan masa dan tidaklah tutup
usia. Islam tetap senantiasa ada hingga akhir zaman nanti. Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman dengan tetap berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai
warisan yang ditinggalkan Nabi Muhammad Saw. Dalam sejarah perkembangan Islam di Indonesia, kita kenal berbagai dakwah yang dilakukan oleh para wali, khususnya para Wali
Songo. Dalam aktivitas dakwah beliau, mereka kerap menggunakan media dalam berdakwah demi efektifitas dan kesuksesan dakwah yang mereka lakukan. Misalnya, media wayang yang
digunakan oleh Sunan Kali Jaga. Berkaca kepada dakwah yang dilakukan oleh para ulama dahulu, khususnya para Wali
Songo, rasanya tidak salah kalau Ustaz Syukur kemudian menggunakan media cetak ataupun elektronik sebagai media dakwahnya. Namun, di era modern seperti ini, masih saja ada sebagian
umat Islam yang justru menilai benda-benda elektronik sebagai sesuatu yang tidak boleh
digunakan dalam aktivitas keagamaan. Jangankan televisi, speaker untuk media adzan saja mereka tidak memperkenankannya. Lalu, bagaimana sebenarnya kita mesti menyikapi
pandangan demikian? Dalam Kitâb azd-Dzikr wa ad-Du’â` f Dhau’ al-Kitâb wa as-Sunnah, Abdul Razaq bin
Abdul Muhsin al-Badr menerangkan bahwa era modern seperti ini berbagai perangkat teknologi canggih bisa dimanfaatkan untuk berdakwah, seperti internet.
47
Semuanya sah-sah saja digunakan untuk media dakwah. Hal senada juga diungkapkan oleh Djamalul Abidin yang
menjelaskan bahwa dalam era modernisasi ini, para dai harus mampu menyesuaikan diri dengan mempergunakan dan memanfaatkan media elektronik ataupun media cetak.
48
Dengan demikian, dakwah yang dilakukan oleh Ustaz Syukur yang acap kali menggunakan media televisi atau radio tidaklah menyimpang dari aturan Islam. Yang terpenting,
materi dan tujuan dakwah yang disampaikan oleh beliau tidaklah bertentangan dari ajaran Al- Qur’an ataupun As-Sunnah. Apalagi, para ulama yang telah hadir jauh sebelum kehadiran beliau
tidak sedikit yang memanfaatkan aneka media, seperti televisi atau radio. Selain media elektronik yang beliau manfaatkan untuk menjalankan aktivitas dakwahnya, beliau juga
memanfaatkan media cetak. Misalnya, di majalah Hidayah beliau berposisi sebagai konsultan zikir yang mengisi dan menjawab berbagai pertanyaan seputar masalah zikir. Kemudian, di
majalah Az-Zikra beliau berperan sebagai redaktur ahli. Itulah media-media yang senantiasa dimanfaatkan oleh Ustaz Syukur dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Bagaimana pun juga,
dalam era modern arus globalisasi yang penuh dengan dunia teknologi, seorang dai harus bisa memanfaatkan berbagai media untuk efektifitas dan mendapatkan hasil maksimal dakwahnya.
47
Abdul Razaq bin Abdul Muhsin al-Badr, Kitâb azd-Dzikr wa ad-Du’â` f Dhau’ al-Kitâb wa as- Sunnah,
Arab Saudi: Wizarah asy-Syu`un wa al-Auqaf wa ad-Da’wah wa al-Irsyad, 2002, h. 31
48
Djamalul Abidin, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Jakarta: Gema Insani Press, 1996, h. 122
Dalam menyikapi dakwah tersebut yang menggunakan media elektronik ataupun cetak, rasa- rasanya kita bisa merujuk pendapat para ulama seperti yang telah penulis kemukakan di atas.
D. Kiprah Dakwah Ustaz Syukur