Sistem Pembuktian TEORI PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ISLAM

ی ی Artinya :“Pembuktian adalah suatu nama bagi segala sesuatu yang dapat menjelaskan perkara yang benar dan menampakkan nya ” Definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim pun pada dasarnya tidak menitikberatkan kepada alat-alat bukti, akan tetapi meliputi segala sesuatu apapun wujudnya, maka dapat dianggap sebagai katagori alat bukti. Sedangkan menurut Subhy Mahmassany bayyinah adalah sebagai berikut: ی Artinya:“Pembuktian adalah mengemukakan alasan dan memberikan dalil suatu perkara sehingga kepada meyakinkan ”. Pendapat Subhy Mahmassany tersebut sama dengan pendapat para ahli hukum lainya bahwa pembuktian tidak terbatas pada alat-alat bukti tertentu, hanya saja ia menambahkan harus dengan keyakinan hakim, keyakinan menurutnya adalah “apa yang menjadi ketetapan atau keputusan atau dasar penelitian dari dalil-dalil itu”. 51 Dari uraian di atas dapatlah dikompromikan karena mempunyai tujuan yang sama, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainya saling kuat menguatkan, dan akan menghasilkan pengertian yang lebih sempurna, yang berarti pembuktian adalah usaha menghadirkan keterangan mengajukan alasan untuk menjelaskan yang benar dari suatu peristiwa hingga mencapai keyakinan hakim tentang dalil-dalil yang diajukan ke persidangan. Sehingga masing-masing pihak mempunyai hak yang sama dalam melakukan pertarungan hukum di muka hakim.

2. Sistem Pembuktian

51 Mahmassany, Filsafat Tasyri’ fi Al-Islami,., h. 292 Terlintas dalam pikiran kita bahwa dari berbagai teori pada bab-bab sebelumnya yaitu tentang konsep teori pembuktian menurut hukum positif, begitu lengkapnya hingga pada akhirnya yaitu tentang sistem pembuktian. Lalu bagaimanakah dengan konsep hukum acara Islam ? Kalau kita amati bersama, dalam hukum acara Islampun menganut sistem pembuktian berdasarkan undang- undang secara negatif negatief wettelijk. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikasi pada masa Rasulullah, sahabat dan para ulama, indikasi-indikasi tersebut adalah: a. bahwa ternyata seluruh alat bukti yang dianggap sah oleh fuqaha berorientasi kepada memperkuat keyakinan hakim, untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan alat-alat bukti yang mengarah kepada keyakinan hakim yaitu: 1 Kesaksian pengertian persaksian, sebagaimana dikemukakan oleh Wahbah Zahaili adalah sebagai berikut: ﺏ + ,- . 0 1 2 3 4 5 6- “Persaksian adalah suatu pemberitahuan pernyataan yang benar untuk membuktikan suatu kebenaran dengan lafadz syahadat di depan pengadilan” . 52 Penggunaan saksi sebagai alat pembuktian untuk suatu jarimah merupakan cara yang lazim dan umum. Karena nya persaksian merupakan cara pembuktian yang sangat penting dalam mengungkapkan suatu jarimah. Dasar hukum untuk persaksian sebagai bukti terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunah. Dalam Al-Qur’an antara lain tercantum dalam: 52 Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillahu, Damaskus: Dar Al-Fikri, 1989, Juz VI.h.388 1. Surah Al-Baqarah ayat 282    + , .02 342 5  789 : ; = 5 8 ? AB 7 C4DE FG  H 5DIJK L FG  H +M 58NO P “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu, jika tidak ada dua orang lelaki maka boleh seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridai, supaya jika seorang lupa, seorang lagi mengingatkannya”. QS. Al-Baqarah: 282 2. Surah At-Thalaq ayat 2:  7 M Q RS  T+U V W 7 X Y FZ [? +,- “….Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena allah..” QS. Ath-Thalaq: 2 Sebagaimana diketahui kesaksian merupakan alat bukti yang bersifat personal .0 , oleh karenanya benar atau salahnya keterangan yang dikemukakan para saksi, sepenuhnya diserahkan kepada keyakian hakim. Dalam hubungan ini ada satu kaidah fiqhiyah yang menyatakan: “Pada dasarnya tidak dapat ditetapkan sesuatu yang disaksikan atau diceritakan oleh saksi, kecuali berdasarkan keyakinan atau dugaan yang dipegang teguh oleh syara’ sesuai dengan dasar tersebut”. 53 2 Petunjuk ی Pengertian Qarinah menurut Wahbah Zuhaili adalah sebagai berikut: 53 Jalal Al-Din Al-Sayuti, Al-Sybah Wa Alnadzair Fi Al-Furu’, Mesir: musthafa muhamad,t.p.,, h.39 1 23 4567 8 9:ﺥ 9 ﺵ ? A B C A? D EB ی “Qarinah adalah setiap tanda petunjuk yang jelas yang menyertai sesuatu yang samar, sehingga tanda tersebut menunjukkan kepadanya” . 54 Qarinah merupakan alat bukti yang diperselisihkan oleh para ulama untuk tindak pidana pembunuhan dan penganiayaan. Untuk jarimah-jarimah yang lain, seperti hudud, qarinah banyak digunakan. Dalam jarimah zina, misalnya qarinah sudah dibicarakan, baik kegunaanya maupun dasar hukum nya. Salah satu contoh qarinah dalam jarimah zina adalah adanya kehamilan dari seorang perempuan yang tidak bersuami. Dalam jarimah syarbul khamr meminum minuman keras, yang dapat dianggap sebagai qarinah, misalnya bau minuman keras dari mulut tersangka. Dalam tindak pidana pencurian, ditemukanya barang curian di rumah tersangka merupakan suatu qarinah yang menunjukkan bahwa tersangkalah yang mencuri barang tersebut. 55 Petunjuk yang diketahui oleh hakim selam dalam sidang atau luar sidang merupakan indikasi yang menguatkan keyakinan hakim. 56 Karena hanya berdasarkan indikasai tersebut hakim tidak dapat mengambil keputusan kecuali apabila ia telah yakin bahwa peristiwa itu telah terjadi. Hal ini sesuai dengan definisi qarinah itu sendiri berupa “tanda-tanda untuk memperoleh keyakinan”. 3 Pengakuan Terdakwa 78 54 Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillahu.h 391 55 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, cet. Ke-I.h.244 56 Teori Pembuktian Menurut Fiqh Jinayat Islam, Penerjemah: Drs. Usman Hasyim, Yogyakarta: Andi Offset, 1984, Cet. Ke-1, h.96 Menurut arti bahasa adalah penetapan, sedangkan menurut syara’, pengakuan didefinisikan sebagai berikut: ? F GGG 1ﺏ I 63 9 ﺡ 3? ﺥ KB 93 ﺵ 57 “Pengakuan menurut syara adalah sesuatu pernyataan yang menceritakan tentang suatu kebenaran atau mengakui kebenaran tersebut”. Dasar hukum tentang iqrar pengakuan ini terdapat dalam Al-Qur’an, Sunah, dan Ijma’.adapun sumber dari Al-Qur’an 1. Surah An-Nisa’ ayat 135 \ ]Y , ? _ L` . ab DcdeH f ? [? A  +Dd g 7  7 a . f 5 O P GGGG L M “ Wahai orang-orang beriman, jadilah kami oprang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu….” QS.An-Nisaa’:135 Penyaksian seseorang atas dirinya sendiri ditafsirkan sebagai suatu pengakuan atas perbuatan yang dilakukannya. 58 2. Surah Ali Imran Q H K O 7 h? iYN 8 j W kC_ ? Llm V R0Y lDJ n + p qTrT J ? 3S 3s t =uv w + r ; _ Ll x p f yLp5cu_ l P S Tr 5 7 zr O 7 PA  + aQ M{5  H } 5 7 P S T 7 + r 8 V FYZ 57 Abd al-Qadir Audah, At-Tasyri’ Al-Jinaiy Al-Islamiy,Beirut: Dar Al-Kitab Al-A’rabi, t,tp.h.303 58 Muslich,hukum pidana islam,h.,.228 “ Dan ingatlah, ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah Kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya,Allah berfirman: Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu? mereka menjawab: Kami mengakui. Allah berfirman: Kalau begitu saksikanlah hai para Nabi dan Aku menjadi saksi pula bersama kamu . Pengakuan yang dapat diterima sebagai alat bukti adalah pengakuan yang jelas, terperinci, dan pasti. Sehingga tidak bisa ditafsirkan lebih kecuali perbuatan pidana yang dilakukanya. Kejelasan dan rincian dari pengakuan tersebut didasarkan kepada sunah Rasulullah saw, ketika beliau mengintrogasi Ma’iz yang mengaku berzina dan mengulangi pengakuan nya itu sebanyak empat kali, dalam introgasinya nabi menyatakan: 4 F8 ﻥ OPQ R2 F S02T U 4K ? ی 8V W? ? “ Barangkali engkau hanya menciumnya, atau meremas-remasnya, atau hanya memandangnya? Ma’iz menjawab: Tidak, ya Rasulullah”. Hadist Riwayat Bukhari 59 Selain persyaratan pengakuan di atas, selain itu untuk syarat sah nya pengakuan adalah bahwa pengakuan harus benar dan tidak dipaksa terpaksa, pengakuan yang demikian harus timbul dari orang yang berakal dan mempunyai kebebasan pilihan.dengan demikian, pengakuan yang datang dari orang gila, atau hilang akal nya, dan orang yang dipaksa hukum nya tidak sah dan tidak dapat diterima. 60 b. Bahwa dalam hukum Islam, terdapat prinsip yang tidak dapat diabaikan dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelaku tindak pidana, prinsip ini menyatakan 59 Muhamad Ibn Ismail Al-Kahlani, Subul As-Salim, Mesir: Maktabah Mustafa al-baby al-halaby. 1960, Juz IV.h.8 60 Muslich,hukum pidana islam,h.230 bahwa hukuman had harus dihindari manakala terdapat “keragu-raguan”. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqhiyah. L? 5 ﺏ G Artinya :“Hukuman had harus dihindari berdasarkan keragu-raguan” . Pengakuan syubhat di sini adalah seluruh keadaan yang menyebabkan keraguan-raguan bagi hakim untuk memutuskan perkara, baik ditinjau dari segi maksud dilakukan tindak pidana Xﻥ Y 5.F , ataupun karena syarat- syarat yang ditentukan tidak dipenuhi. Seperti mendakwakan seorang berbuat zina, berdasarkan bukti dua orang saksi saja. Sedangkan trdakwa tidak mengakui dakwaan itu. Atau melakukan pencurian dalam keadaan kelaparan merajalela atau melakukan pencurian harta milik orang hanya sendiri. Dalam keadaan seperti ini, hakim tidak dapat menjatuhkan had melainkan mengalihkan kepada hukuman ta’zir yang merupakan pendidikan bagi mayarakat

3. Alat-Alat Bukti