peningkatan tajam sehingga menjadi 1154 kasus. Serangan besar-besaran yang dilakukan para hacker dan diarahkan ke berbagai portal, website dan perusahaan
yang berbasis di Amerika Serikat telah mengakibatkan para penyedia akses layanan internet menolak memberikan akses internet selama beberapa jam, di mana masalah
ini mencapai puncaknya pada tanggal 8 dan 9 Februari 2000.
Ketiga, masalah pengelolaan dan eksploitasi informasi perkembangan dan
kemajuan yang dicapai bidang teknologi informasi misalnya dalam hal transmisi, penyimpanan dan pemerosesan teks, suara, gambar, atau bentuk-bentuk data yang
lain termasuk-Teleconference-telah merubah apa yang selama ini dianggap tidak mungkin dilakukan di dalam konteks realis, menejemen informasi. diperkenalkannya
metode digital dan penggunaan media-media elektronik telah memberikan sejumlah keuntungan dan manfaat. Namun di sisi yang lain juga telah memunculkan berbagai
macam masalah baru yang sama sekali belum pernah dialami pada masa-masa sebelumnya.
77
C. Alat Bukti Elekronik
Dipandang dari segi pihak-pihak yang berperkara pencari keadilan, adalah alat atau upaya yang bisa dipergunakan oleh pihak-pihak yang berperkara untuk
meyakinkan hakim di muka pengadilan. Dipandang dari segi pengadilan yang memeriksa perkara. Alat bukti artinya adalah alat atau upaya yang bisa di pergunakan
oleh hakim untuk memutus perkara. Jadi alat bukti tersebut diperlukan oleh pencari keadilan maupun pengadilan.
78
Suatu persengketaan atau perkara tidak bisa
77
Ibid.,hlm. 28
78
Rohan. Rasyid. Hukum Acara Peradilan Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2002,cet.ke-9.hlm.144
diselesaikan tanpa adanya alat bukti, artinya kalau gugatan penggugat tidak berdasarkan alat bukti maka perkara tersebut akan diputus juga oleh hakim tetapi
dengan menolak gugatan karena tidak terbukti. Sistem pembuktian di era teknologi informasi sekarang menghadapi tantangan
besar yang memerlukan penanganan serius, khususnya dalam kaitan dengan upaya pemberantasan kejahatan dunia maya cybercrime. Hal ini muncul karena bagi
sebagian pihak jenis-jenis alat bukti yang selama ini di pakai untuk menjerat pelaku tindak pidana tidak mampu lagi dipergunakan dalam menjerat pelaku-pelaku
kejahatan di dunia maya cybercrime.
79
Sementara itu, pesatnya teknologi informasi melalui internet telah mengubah aktivitas-aktivitas kehidupan yang semula perlu dilakukan secara kontak fisik, kini
dengan menggunakan cyberspace, aktivitas keseharian dapat dilakukan secara virtual atau maya. Masalah pelik yang dihadapi penegak hukum saat ini adalah bagaimana
menjaring cybercrime yang mengusik rasa keadilan tersebut dikaitkan dengan ketentuan pidana yang berlaku.
Dalam hukum acara pidana, dikenal 5 lima alat bukti yang sah sebagaimana diatur dalam pasal 184 ayat 1 KUHAP. Di luar alat-alat bukti ini, tidak dibenarkan
dipergunakan sebagai alat bukti untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Hakim ketua sidang. Penuntut umum, Terdakwa atau Penasehat hukum terikat dan terbatas
hanya di perbolehkan mempergunakan alat-alat bukti ini saja. Mereka tidak leluasa mempergunakan alat bukti yang dikehendakinya diluar alat bukti yang di tentukan
79
Didik M. Arief Mansur. dan Elisatris Gultom. Cyberlaw Aspek Hukum Teknologi Informasi
.Bandung: PT Refika Aditama, 2005, h. 97
dalam pasal 184 ayat 1 KUHAP, sebagaimana yang telah dibahas dalam pembahasan sebelumnya.
Dalam pengungkapan suatu perkara pidana, paling tidak ada tiga hal yang tidak dipisahkan karena menyangkut keabsahan atau validitas suatu putusan pengadilan,
yaitu: sistem pembuktian yang dianut oleh hukum acara, alat bukti dan kekuatan pembuktian, serta barang bukti yang akan memperkuat alat bukti yang dihadirkan
dalam persidangan. Sehingga membuktikan berarti memberi kepastian kepada hakim tentang adanya peristiwa-peristiwa tertentu, baik dalam hukum acara perdata maupun
dalam hukum acara pidana, pembuktian memegang peranan sentral
80
Lalu bagaimanakah dengan alat bukti elektronik. Bisakah dijadikan sebagai alat bukti yang sah? Dalam undang-undang No 8 Tahun 1997
81
tentang dokumen perusahaan telah mulai menjangkau ke arah pembuktian data elektronik, walau
undang-undang ini tidak mengatur masalah pembuktian. Namun melalui undang- undang ini, pemerintah berusaha mengatur pengkuan atas microfilm dan media lainya
alat penyimpan informasi yang bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan,
misalnya Flash Disk, Compact Disk-Read Only Memory CD-ROM dan Write-One- Read-ManyWORM
82
yang diatur dalam pasal di bawah ini. Pasal 12 undang-undang dokumen perusahaan tersebut berbunyi sebagai
berikut: 1
Dokumen perusahaan dapat dialihkan kedalam microfilm atau media lainya
80
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika Divisi Perguruan Tinggi,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003,h.419
81
http:www.budi.insani.co.id
82
Undang-Undang Dokumen Perusahaan No 8 Tahun 1997,Jakarta: PT Sinar Grafika
2 Pengalihan dokumen perusahaan kedalam microfilm atau media lainya
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat dilakukan sejak dokumen tersebut dibuat atau diterima oleh perusahaan yang bersangkutan.
3 Dalam mengalihkan dokumen perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1, pimpinan perusahaan perusahaan wajib mempertimbangkan kagunaan naskah asli dokumen yang perlu tetap disimpan karena
mengandung niai tertentu demi kepentinan perusahaan atau demi kepentingan nasional.
4 Dalam hal dokumen perusahaan yang dialihkan kedalam microfilm atau
saranan lainya adalah naskah asli yang mempunyai kekuatan hukum pembuktian otentik dan masih mengandung kepentingan hukum tertentu,
pimpinan perusahaan wajib tetap menyimpan naskah asli tersebut.
Ternyata dalam perkembangannya pemerintah memfokuskan bahwa pentingnya pengaturan terhadap transaksi dalam dunia maya cyber space, oleh karena itu
pemerintah mengesahkan undang-undang yang berkaitan terhadap pengawasan, aktivitas dunia maya tersebut dengan mengeluarkan kebijakan baru dengan Undang-
Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
83
. Yang menguatkan bahwa alat bukti elektronik itu sudah bisa untuk di jadikan alat bukti
dalam peradilan Indonesia. Seperti dalam dalam pasal 1 ayat 1 :
“Informasi elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange EDI, surat elektronik electronic mail, telegram, teleks, telecopy atau
sejenis nya, huruf, tanda, angka, kode akses, symbol, atau perforasi yang telah diolah yang memiliki arti atau dapat di pahami oleh orang yang mampu memahaminya”.
Pasal 1 ayat 4 yang berbunyi: “Dokumen elektronik adalah setiap informasi elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat ditampilkan, danatau didengar melalui
computer atau system elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode akses,
symbol, atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat di pahami oleh orang yang mampu memahaminya”.
83
Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transsaksi Elektronik, Depkominfo, Republik Indonesia
Pasal 5 ayat 1 yang berbunyi: “Informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah”
C. Modus Operandi Dalam Kejahatan Dunia Maya CyberCrime