Pengertian Pembuktian TEORI PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ISLAM

yang diberikan atau diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingat akan sifat maha kuasa dari pada Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum olehnya. Jadi pada hekekatnya sumpah merupakan tindakan yang bersifat religius yang digunakan dalam peradilan.

B. TEORI PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ISLAM

1. Pengertian Pembuktian

Dalam hukum Islam, pembuktian disebut juga ” Al-Itsbat, 48 yang artinya membuktikan atau menetapkan adanya suatu peristiwa, Muhamad Salam Madzkur mengartikan pembuktian dengan kata Al-Bayyinah, 49 yang artinya menjelaskan atau membuktikan, perbedaan tersebut adalah hanya karena perbedaan ruang lingkup arti kata itu sendiri, di mana di satu pihak berarti umum dan di pihak lain bersifat khusus, yang pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama. Di dalam buku Ensiklopedi hukum Islam, kata bayyinah diartikan secara etimologis berarti keterangan, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menjelaskan yang hak benar, sedangkan dalam istilah teknis, berarti alat-alat bukti dalam sidang pengadilan. 50 Selanjutnya Ibnu Al-Qayyim memberi definisi tentang al-bayyinah atau pembuktian sebagai berikut: 48 Subhi Mahmassany, Filsafat Tasyri’ fi Al-Islami, Beirut: Darul Ilmi Lil Malayin, 1380 H, h. 291 49 Muhamad Salam Madzkur, Al-Qadha’u Fi Al-Islam, Kairo: Dar an-Nahdah Al-Arabiyah, tanpa tahun, h.83 50 Abdul Aziz Dahlan , Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996, h.14 ی ی Artinya :“Pembuktian adalah suatu nama bagi segala sesuatu yang dapat menjelaskan perkara yang benar dan menampakkan nya ” Definisi yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim pun pada dasarnya tidak menitikberatkan kepada alat-alat bukti, akan tetapi meliputi segala sesuatu apapun wujudnya, maka dapat dianggap sebagai katagori alat bukti. Sedangkan menurut Subhy Mahmassany bayyinah adalah sebagai berikut: ی Artinya:“Pembuktian adalah mengemukakan alasan dan memberikan dalil suatu perkara sehingga kepada meyakinkan ”. Pendapat Subhy Mahmassany tersebut sama dengan pendapat para ahli hukum lainya bahwa pembuktian tidak terbatas pada alat-alat bukti tertentu, hanya saja ia menambahkan harus dengan keyakinan hakim, keyakinan menurutnya adalah “apa yang menjadi ketetapan atau keputusan atau dasar penelitian dari dalil-dalil itu”. 51 Dari uraian di atas dapatlah dikompromikan karena mempunyai tujuan yang sama, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainya saling kuat menguatkan, dan akan menghasilkan pengertian yang lebih sempurna, yang berarti pembuktian adalah usaha menghadirkan keterangan mengajukan alasan untuk menjelaskan yang benar dari suatu peristiwa hingga mencapai keyakinan hakim tentang dalil-dalil yang diajukan ke persidangan. Sehingga masing-masing pihak mempunyai hak yang sama dalam melakukan pertarungan hukum di muka hakim.

2. Sistem Pembuktian