baik. Dalam hal kasus-kasus seperti situs porno maupun perjudian para pelaku
melakukan hostingpendaftaran di luar negeri yang memiliki yuridiksi yang berbeda
dengan negara Indonesia sebab pornografi secara umum dan perjudian bukanlah suatu kejahatan. Di Amerika dan Eropa walaupun alamat yang digunakan berbahasa
Indonesia dan operator daripada website ada di Indonesia, sehingga kita tidak dapat melakukan tindakan apapun terhadap mereka sebab website tersebut bersifat universal
dan dapat di akses di mana saja.
2. Penindakan
Dalam penangkapan tersangka sering kali polisi tidak dapat menentukan secara pasti siapa pelakunya, karena mereka melakukannya cukup melalui komputer yang
dapat dilakukan di mana saja tanpa ada yang mengetahuinya sehingga tidak ada saksi yang mengetahui secara langsung. Hasil pelacakan paling jauh hanya dapat
menemukan IP Address dari pelaku dan komputer yang digunakan. Penyitaan barang bukti banyak menemui permasalahan karena biasanya pelapor sangat lambat dalam
melakukan pelaporan, hal tersebut membuat data serangan di log server sudah dihapus biasanya terjadi pada kasus deface, sehingga penyidik menemui kesulitan
dalam mencari log statistik yang terdapat di dalam server sebab biasanya secara otomatis server menghapus log yang ada untuk mengurangi beban server. Hal ini
membuat penyidik tidak menemukan data yang dibutuhkan untuk dijadikan barang bukti sedangkan data log statistic merupakan salah satu bukti vital dalam kasus
hacking untuk menentukan arah datangnya serangan.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan terhadap saksi dan korban banyak mengalami hambatan, hal ini disebabkan karena pada saat kejahatan berlangsung atau dilakukan tidak ada satupun
saksi yang melihat Testimonium De Auditu. Mereka hanya mengetahui setelah
kejadian berlangsung karena menerima dampak dari serangan yang dilancarkan tersebut seperti tampilan yang berubah maupun tidak berfungsinya program yang ada,
hal ini terjadi untuk kasus-kasus hacking Untuk kasus carding, permasalahan yang ada adalah saksi korban kebanyakan berada di luar negeri sehingga sangat
menyulitkan dalam melakukan pelaporan dan pemeriksaan untuk dimintai keterangan dalam berita acara pemeriksaan saksi korban. Apakah mungkin nantinya hasil BAP
dari luar negri yang dibuat oleh kepolisian setempat dapat dijadikan kelengkapan isi
berkas perkara?. E.
Berbagai KebijakanPeraturan Alat Bukti Elektronik
Pertama-tama patut dikemukakan bahwa kebijakan penanggulangan kejahatan criminal policy tidak dapat dilakukan semata-mata secara parsial dengan hukum
pidana sarana penal, tetapi harus di tempuh dengan pendekatan integralsistematik. Mengenai upaya penanggulangan kejahatan dalam bidang elektronik, dapat
dikemukakan dalam berbagai undang-undang yang telah dan belum disahkan yakni dalam bentuk rancangan undang-undang. Berbagai undang-undang tersebut adalah:
1. Undang-Undang No 7 Tahun 1971 Tentang Kearsifan
Yang dimaksud dengan arsif dalam undang-undang ini adalah: a.
Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lemaga-lembaga Negara dan badan-badan pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan
tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintah b.
Naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh badan-badan swasta danatau perorangan, dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun
berkelompok , dalam pelaksanaan kehidupan kebangsa.
2. Undang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
pada pasal-pasal berikut ini Pasal 1 ayat 2: “Transaksi elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan computer, jaringan komputer, danatau media elektronik lainya”.
Pasal 1 ayat 3: “Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpam, memproses, mengumumkan, menganalisis, danatau
menyebarkan informasi”. Pasal 1 ayat 5: “Sistem elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur
elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, danatau menyebarkan
informasi”.
Pasal 1 ayat 9: “Sertifikat elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat tanda tangan elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek
hukum para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikat elektronik”.
Pasal 1 ayat 10: “Penyelenggara sertifikat elektronik adalah badan hukum yang berfungsi sebagai sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan
mengaudit sertifikat elektronik” Pasal 1 ayat 12: “Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang diletakkan, terasosiasi atau terkait dengan informasi lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikan”.
Pasal 1 ayat 14: “Komputer adalah alat untuk memproses data elektronik, magnetic, optik, atau sistem yang melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan
penyimpanan”. 3.
Undang-Undang No 8 Tahun 1997 Tentang Dokumen Perusahaan Pasal 3: “Dokumen kerungan terdiri dari catatan-catatan, bukti pembuktian, dan
data pendukung administrasi keuangan, yang merupakan bukti adanya hak dan kewajiban serta kegiatan usahasuatu perusahaan”
Pasal 4:”Dokumen lainya terdiri dari data atau setiap tulisan yang berisi keterngan yang mempunyai nilai guna bagi perusahaan meskipun tidak terkait langsung dengan
dokuemn perusahaan” 4.
Undang-Undang No 20 Tahun 2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi
5. Rancangan Undang-Undang Transfer Dana
86
. Terdapat pada bab XIII yang untuk sementara ini memuat sebagai berikut:
a. dengan sengaja mengubah, mengaburkan, meghilangkan, menghapuskan,
sebagian atau seluruh informasi yang tercantum dalam perintah transfer dana, dengan meksud untuk mengakibatkan kerugian penerima yang berhak
danatau pihak lain dan untuk memperkaya diei sendiri danatau pihak lain
b. dengan sengaja melwan hukum, mengakses, mengambil, mengubah,
menggunakan, menggandkan dan atau melakukan tindakan lain secara tanpa hak terhadap suatu informasi perintah transfer dana dan atau sistem transfer
dana bank
6. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, khusus nya pada bagian lima
paragraf 1, paragraf 2 dan paragraf 3 menyatakan bahwa perbuatan-perbuatan dengan menggunakan alat komputer atau mediasi elektronik lainya itu dilarang.
Adapun rincian terdapat Bagian kelima paragraf 1 Tindak pidana terhadap
informatika dan telematika yaitu Penggunaan dan perusakan informasi elektronik dan domain
Pasal 373 : “Dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun dan denda paling banyak kategori 4 setiap orang yang menggunakan danatau
mengakses computer danatau system elektronik dengan cara apapun tanpa hak, dengan maksud untuk memperoleh, mengubah, merusak,atau menghilangkan
informasi dalam computer danatau sistem elektronik”.
Bagian kelima pada paragraf 2 yaitu Tanpa hak mengakses komputer dan system elektronik
Pasal 377 : “Dipidana dengan pidana penjara paling sebentar 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit 4 dan paling banyak
kataegori 5 setiap orang yang menggunakan danatau mengakses computer danatau system elektronik dengan cara apapun tanpa hak, dengan maksud
memperoleh mengubah, merusak, atau menghilankan informasi milik pemerintah yang karena status nya harus dirahasiakan atau dilindungi”.
Bagian kelima pada Paragraf 3 yaitu Pornografi Anak Melalui Komputer Pasal 379 :”Dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 tahun dan
denda kategori 4 setiap orang yang tanpa hak melakukan tindak pidana yang berkaitan dengan pornografi anak berupa”.
86
Berdasarkan draft RUU. Januari 2004
a. memproduksi pornografi dengan tujuan untuk didistribusikan melalui
system computer b.
menyediakan pornografi anak melalui suatu system komputer c.
mendistribusikan atau mengirimkan pornografi anak melalui system computer
d. membeli pornografi anak melalui suatu sitem computer untuk diri sendiri
atau orang lain. e.
Memiliki pornografi anak di dalam suatu system computer atau dalam suatu media penyimpanan data komputer
BAB IV KEKUATAN ALAT BUKTI ELEKTRONIK DALAM
HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM
A. Kekuatan Alat Bukti Elektronik Dalam Hukum Positif
Pengakuan alat bukti elektronik berawal dari perintisan oleh United Nation Commission On International Trade
UNCITRAL yang mencantumkan dalam e- commerce model law ketentuan mengenai transaksi elektronik di akui sederajat
“tulisan” di atas kertas sehingga tidak dapat ditolak sebagai bukti pengadilan. Mengacu pada UNCITRAL, ada peluang bagi Indonesia untuk menempatkan tanda
tangan atau bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah, sepanjang di tetapkan dalam undang-undang yang khusus mengatur soal transaksi elektronik
87
. Pasal 5 dan pasal 6 dalam undang-undang informasi dan transaksi elektronik menyatakan bahwa :
Pasal 5 : 1.
Informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.
2. Informasi elektronik danatau dokumen elektronik danatau hasil cetaknya
sebagaiman dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hokum acara yang berlaku di Indonesia.
3. Informasi elektronik danatau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila
menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undng-undang ini.
4. Ketentuan mengenai informasi elektronik danatau dokumen elektronik
sebagaimana dimaksud pada ayat1 tidak berlaku untuk: a.
Surat yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan
b. Surat beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat
dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
87
Didik M. Arief Mansur. dan Elisatris Gultom. Cyber Law Aspek Hukum Teknologi. h.110