BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang penjelasan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika penulisan.
BAB II: KAJIAN PUSTAKA
Pembahasan mengenai spiritualitas dan kinerja karyawan.
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
Meliputi pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual variabel dan operasional variabel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data yaitu
metode dan instrument penelitian, teknik uji instrument, teknik analisis data dan prosedur penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN ,
Terdiri dari hasil penelitian, uji persyaratan dan pengujian hipotesis.
BAB V : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Karyawan
2.1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah penampilan hasil karya personal baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu
maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun structural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi Ilyas, 2002.
Menurut Helfert dalam Rivai 2009 kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau
prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki. Kinerja merupakan suatu
istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau keseluruhan tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode dengan referensi pada sejumlah
standar seperti biaya-biaya masa lalu yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya. Sedangkan
menurut Mulyadi adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Definisi kinerja karyawan yang dikemukakan bambang Kusriyanto adalah ”perbandingan hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan
waktu lazimnya per jam. Eausino Cardosa Games mengemukakan definisi kinerja karyawan sebagai ” ungkapan seperti output, efisiensi serta efektivitas
sering dihubungkan dengan produktivitas”. Selanjutnya kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya Mangkunegara, 2000.
Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability A, motivasi atau motivation M dan peluang atau opportunity O, yaitu :
Kinerja = f A x M x O
Artinya kinerja merupakan fungsi dan kemampuan, motivasi dan peluang Robbins, 2001.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai kinerja di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa kinerja adalah kemampuan seseorang dalam mencapai
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.1.2 Aspek-Aspek Kinerja Karyawan
Menurut Robbins 2001 Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability A, motivasi atau motivation M dan peluang atau
opportunity O, yaitu kinerja = f A x M x O.
© 2007 Prentice Hall Inc. All rights reserved.
Performance = f
A x M x O
Source: Adapted from M. Blumberg and C.D. Pringle, “The Missing Opportunity Organizational Research: Some Implications for a Theory of Work Performance,”
Academy of Management Review, October 1982, p. 565. in
E X H I B I T 6–9
Gambar 2.1 Dimensi Kinerja Sumber: Organisational Behavior
Leading and Managing in Australia and New Zeland 3
rd
Ed. 2001.
1. Aspek kemampuan Ability
Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnely 2000, ability ialah karakter yang menyebabkan seseorang mampu melakukan sesuatu baik secara psikologis
maupun fisiologis. Menurut Keith Davis dalam Mangkunegara 2000 kemampuan terdiri dari knowledge + skill sehingga ability termasuk pendidikan
yang memadai untuk pekerjaan dan terampil dalam mengerjakan tugas sehari- hari. Dengan demikian perlu juga untuk menempatkan karyawan sesuai dengan
keahliannya.
2. Aspek Motivasi Motivation
Robbins 1992 mengatakan salah satu dari pengertian definisi tanpa mengurangi makna substansinya ialah bersemangat untuk melakukan sesuatu,
dan merupakan kondisi yang disebabkan oleh kemampuan bertindak untuk kepuasan beberapa kebutuhan. Menurut Mangkunegara 2000 Motivasi
diartikan sebagai suatu attitude pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja situation di lingkungan organisasinya.
3. Aspek Peluang Opportunity
Peluang merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-rintangan yang mengendalakan karyawan itu Rivai, 2005. Mangkunegara 2000 memiliki
pendapat yang sama dengan teori konvergensi dari Willian Stern yang mengatakan bahwa kinerja terkait dengan lingkungan organisasinya. Lingkungan
organisasi yang dimaksud ialah kondisi fisik meliputi sistem kerja, peraturan. Dan perlengkapan kerja meliputi sistem upah dan pelatihan.
2.1.3 Faktor-Faktor Kinerja Karyawan
Proses kinerja dalam sebuah perusahaan atau organisasi dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Rivai 2005 berikut adalah faktor-faktor yang
terkait dengan kinerja, yaitu:
a. Kebutuhan yang dibuat pekerja.
Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri ialah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa
suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan kebutuhannya
b. Tujuan yang khusus.
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan organisasi untuk dicapai. Setiap organisasi, tim ataupun individu dapat menentukan tujuannya sendiri. Sesuai
dengan jenjang organisasi yang dimiliki, selanjutnya tujuan yang dirumuskan dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang lebih rendah. Apabila orang
mengetahui dan memahami apa yang diharapkan dari mereka dan mengambil bagian dalam membentuk harapan tersebut, mereka akan memberikan usaha
terbaiknya untuk mendapatkannya Wibowo, 2007.
c. Komitmen
Menurut Wibowo 2007 bawahan akan meningkat kinerjanya apabila mempunyai komitmen terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Umpan balik
Umpan balik memungkinkan pengalaman yang diperoleh dari pekerjaan oleh individu dipergunakan untuk memodifikasi tujuan organisasi. Dengan
demikian, umpan balik juga dapat dipergunakan untuk meninjau kembali perencanaan kinerja Wibowo, 2007.
e. Situasi
Kinerja suatu organisasi juga dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau situasi kerja dimana situasinya dapat memberikan kenyamanan sehingga
mendorong kinerja karyawan. Juga termasuk bagaimana kondisi hubungan antarmanusia di dalam organisasi, baik antara atasan dengan bawahan maupun
diantara rekan sekerja Wibowo, 2007.
f. Pembatasan.
Sistem penilaian memerlukan standar kinerja yang mencerminkan seberapa jauh keberhasilan sebuah pekerjaan telah berhasil dicapai. Agar
efektif, standar perlu berhubungan dengan hasil yang diinginkan dari tiap pekerjaan. Hal tersebut dapat diuraikan dari analisis pekerjaan dengan
menganalisis hubungannya dengan kinerja karyawan saat sekarang. Untuk menjaga akuntabilitas karyawan, harus ada peraturan-peraturan tertulis dan
diberitahukan kepada karyawan Rivai, 2009.
g. Ketekunan.
Menurut Robert dan John 2006 banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan individual, usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi
yang diterimanya. Sebagian unit SDM dalam organisasi ada untuk menganalisis dan menyampaikan bidang ini. Peran yang sebenarnya dari unit
SDM dalam organisasi ”seharusnya” tergantung pada apa yang diharapkan oleh manajemen atas. Sehubungan dengan fungsi manajemen manapun,
aktivitas manajemen SDM harus dikembangkan, di evaluasi, dan diubah bila perlu sehingga mereka dapat memberikan kontribusi pada kinerja kompetitif
organisasi dan individu di tempat kerja.
Menurut A. Dale Timple dalam Mangkunegara 2000, faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disporsisional
yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang, misalnya seseorang itu tipe pekerja keras. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang yang berasal dari lingkungan seperti perilaku, sikap dan tindakan- tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja dan iklim organisasi.
Faktor internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang mempengaruhi kinerja seseorang.
Menurut Mangkunegara 2000,Kinerja individu akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja work effort dan dukungan
organisasi.
2.1.4 Langkah-langkah peningkatan kinerja
Robert Bacal dalam Mangkunegara 2000 menerangkan 24 dua puluh empat poin praktis untuk meningkatkan kinerja karyawan sebagai berikut:
1. Membuat pola pikir yang modern.
Pimpinan harus meninggalkan cara dan gagasan lama tentang cara menyelesaikan pekerjaan, seperti mengancam, membujuk, mengintimidasi,
menyalahkan, menyerang kepribadian dan sikap karyawan. Pimpinan menggunakan pola pikir yang modern dengan tujuan mengoptimalkan
keberhasilan karyawan atau kelompok kerja dengan memberikan panutan dalam hal waktu dan usaha, membegi tanggung jawab dengan komunikasi dua
arah dan menemukan kebijaksanaan karyawan. 2.
Kenali manfaat. Para manajer biasanya cenderung melompati proses manajemen kinerja
karena belum mengerti akan manfaatnya. Padahal manajemen kinerja dapat digunakan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan karyawan berkontribusi
bagi sasaran kelompok kerja, sehingga dapat mengurangi pengawasan, meningkatkan produktivitas, dan tindakan mendokumentasikan masalah
maupun penyelesaiannya.
3. Kelola kinerja
Yang paling
penting ialah
merencanakan kinerja
dan mengkomunikasikannya berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data yang
dimiliki termasuk rintangan-rintangan atau hambatan yang telah dan akan dihadapi.
4. Bekerjalah bersama karyawan.
Karyawan merupakan kontributor sejajar dalam proses manajemen kinerja, karena karyawan harus menjadi peserta aktif dan antusias dengan
menjalankan setiap proses kerja sesuai dengan ketentuan yang telah diinformasikan sehingga keterlibatannya akan membangun rasa memiliki dan
tanggung jawab. Dalam hal ini, karyawan tidak merasa diperintah sehingga konfrontasi atau konflikpun akan berkurang.
5. Rencanakan secara tepat dengan sasaran jelas.
Perencanaan kinerja yang tepat dan sasaran yang jelas sehingga dapat diukur dalam hasil pencapaiannya sehingga karyawan mengerti tujuan mana
yang paling penting dan yang kurang penting untuk menentukan prioritas pekerjaan yang akan dilakukan.
6. Satukan sasaran karyawan.
Keseluruhan proses manajemen kinerja akhirnya akan menjadi usaha yang sia-sia bila sasaran dan tanggung jawab karyawan tidak langsung
dihubungkan dengan sasaran dan misi kelompok kerja. Logikanya adalah bila tiap karyawan mencapai sasaran maka kelompok kerjanya juga mencapai
sasaran yang ditugaskan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh
organisasi secara keseluruhan, sehingga semua karyawan akan terlibat, dan memperoleh lebih banyak kepuasan dalam melakukan pekerjaannya.
7. Tentukan insentif kinerja.
Insentif sedikit berbeda dengan imbalan yang akan selalu diberikan bila karyawan melakukan kinerja normal, sedangkan insentif bila melakukan
pekerjaan dengan kinerja yang luar biasa. Bentuk insentif bisa berupa bonus, pertimbangan promosi, atau sedikit kenaikan upah.
8. Jadilah orang yang mudah ditemui.
Komunikasi yang dilakukan secara dua arah merupakan tulang punggung manajemen kinerja yang efektif dimana komunikasi harus diarahkan pada
pengenalan dan pemecahan bukannya untuk menyalahkan. Dengan demikian, karyawan percaya dan dengan tanggapan pada setiap masalah yang dilakukan
akan didapatkan informasi terus menerus yang berguna untuk menghilangkan hambatan-hambatan pada proses pekerjaan untuk mencapai sasaran organisasi
yang telah ditetapkan. 9.
Berfokuslah pada komunikasi. Komunikasi merupakan bagian penting untuk membangun relasi dan
menciptakan suatu kerjasama yang harmonis. 10.
Lakukan tatap muka. Penggunaan teknologi seperti sistem informasi berbasis computer yang
dikembangkan memang bermanfaat untuk mempercepat proses pekerjaan yang dilakukan. Tetapi, jangan sampai program computer mengurangi
interaksi langsung antar karyawan baik untuk atasan mapun untuk bawahan,
karena program computer hanya berguna untuk menyimpan informasi dan data yang relevan serta mempercepat proses kerja.
11. Hindarkan resiko pemeringkatan.
Pemeringkatan tidak selalu berhubungan dengan perilaku spesifik sehingga akan bersifat subjektif dan kadang tidak memberikan informasi yang
spesifik. Karena itu jelaskan arti dari setiap peringkat sebelum pemerngkatan dilakukan dan diskusikan maknanya sera tanyakan pemahamannya pada
setiap karyawan mengenai pemeringkatan tersebut. 12.
Jangan lakukan penggolongan. Penggolongan karyawan sebagai salah satu ukuran produktivitas tidaklah
lumrah, karena sistem ini dalam jangka pendek akan mendorong sebagian karyawan untuk bekerja lebih keras, aktif dan sebagian lagi sebaliknya,
sehingga akan mengganggu kerja karyawan lain. 13.
Persiapkan penilaian. Peninjaun kinerja harus dipersiapkan secara detail mulai dari sistem
manajemen kinerja, seperti deskripsi pekerjaan, tanggung jawab kerja, rencana kerja yang terlaksana berdasarkan dokumentasi yang ada dan terkait
satu sama lain. 14.
Awali tinjauan secara benar. Penilaian kinerja bagi karyawan merupakan pengalaman yang tidak
menyenangkan, karena menganggap penilaian tidak membantu karyawan dalam mencapai sasaran pekerjaan. Oleh karena itu, ciptakanlah iklim dimana
karyawan merasa nyaman, aman dan mau mengerti tentang penilaian kinerja.
15. Kenali sebab.
Analisis penyebab kenapa kinerja tidak maksimal sehingga diketahui dengan cepat masalahnya untuk diperbaiki atau dioptimalkan secara akurat.
16. Akui keberhasilan.
Karyawan yang berhasil harus diperhatikan, diakui, dan dihargai sehingga akan terus melakukannya, memberikan kontribusi dan rela berkorban untuk
pekerjaan yang dilakukan secara maksimal. 17.
Gunakan komunikasi yang kooperatif. Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang kooperatif akan
mengurangi konflik dan karyawan tidak merasa bersalah sehingga dapat bekerja dengan rasa aman, nyaman dan tenang.
18. Berfokuslah pada komunikasi dan hasil.
Sikap dan kepribadian karyawan tidak akan mempengaruhi keberhasilan kerja, karena sikap tidak dapat diamati langsung. Oleh sebab itu, perhatian
utama harus ditujukan untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja yang merupakan hasil dan perilaku karyawan.
19. Perjelas kinerja.
Karyawan memerlukan umpan balik yang tetap dan spesifik seputar kinerja, sehingga dapat diketahui saat mana kinerjanya sangat baik dan dapat
ditingkatkan. 20.
Perlakukan konflik dengan apik. Ketidaksetujuan dan konflik adalah hal yang normal dalam hubungan
antara dua belah pihak dan justru sebenarnya khawatir bila tidak pernah
terjadi konflik atau ketidaksetujuan. Oleh karena itu, bila hal tersebut terjadi, jangan gunakan faktor kekuasaan tetapi identifikasi masalah lebih awal untuk
dapat mempercepat proses pemecahan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik.
21. Gunakan disiplin bertahap.
Mendisplinkan karyawan bukan berarti menghukum karyawan, tetapi merupakan proses untuk menjaga agar karyawan tetap bertanggung jawab
terhadap tindakannya dengan menerapkan konsekuensi, seperti percobaan, penurunan pangkat atau skorsing secara bertahap sesuai dengan jenis
pelanggaran yang dibuat. 22.
Kinerja dokumen. Dokumentasi setiap informasi tentang kinerja karyawan baik itu
mengenai kinerja, catatan-catatan permasalahan kinerja maupun tindakan indispliner yang dapat digunakan untuk bahan kajian dan perbaikan bagi
karyawan maupun atasan. 23.
Kembangkan karyawan. Di tempat kerja yang terus mengalami perubahan, keahlian yang
dibutuhkan bagi keberhasilan karyawan pun akan berubah sepanjang waktu. Untuk itu, kembangkanlah karyawan sesuai dengan keahliannya.
24. Tingkatkan terus sistem kerja.
Tingkatkan terus sistem manajemen kinerja sehingga tidak merusak kredibilitas manajemen dengan memodifikasinya sesuai dengan hambatan
yang ditemui selama perencanaan kinerja dilaksanakan.
2.2 Spiritualitas
2.2.1 Pengertian Spiritualitas
Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia yang berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan dan
mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan,
pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-nilai suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama secara khusus
Swinton and Pattison dalam Gilbert, 2007.
Salah satu kajian yang paling menarik adalah dalam buku seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah karya Michael H.Hart dimana ia menyusun 100
anak manusia yang diyakininya menentukan arahnya sejarah. Perlu ditegaskan, mereka-mereka itu bukanlah manusia-manusia dalam artian ”terbesar”, tetapi paling
berpengaruh dalam sejarah satu parameter yang paling efektif. Hasil kerja Hart itu memberikan hasil untuk 6 tokoh teratas adalah : Nabi Muhammad, Issac Newton,
Nabi Isa, Budha, Kong Hu Cu, dan St. Paul. Lima dari enam tokoh teratas itu adalah tokoh-tokoh agama, para pemimpin spiritual. Jelaslah bahwa manusia yang
menentukan arahnya sejarah adalah manusia yang memiliki kualitas spiritual tinggi. Nggermanto, 2001
Berdasarkan beberapa definisi mengenai spiritualitas di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa spiritualitas adalah aspek penting berupa semangat atau energi
dalam diri seseorang yang dapat memberikan makna secara signifikan dan mengarahkan hidup seseorang untuk mencapai eksistensi diri.
2.2.2 Aspek-Aspek Spiritualitas
Swinton and Pattison dalam Gilbert 2007 menjelaskan tentang dimensi spiritualitas, yaitu:
1. Meaning
Makna
Signifikansi ontology dalam hidup, m embuat dan merasakan situasi kehidupan
juga m encapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup Swinton dan Pattison
dalam Gilbert, 2007 . Danah zohar dan Ian Marshall 2005 mengatakan bahwa
kesadaran diri berarti mengetahui apa yang diyakini oleh seseorang dan mengetahui hal apa yang sungguh-sungguh akan mendorong yang paling dalam dari dirinya dan
juga kesadaran akan tujuan hidup yang paling dalam dari diri seseorang.
2. Connected Tersambung atau terhubung
Swinton dan Pattison dalam Gilbert 2007 menjelaskannya sebagai h ubungan
yang terjalin dengan diri, orang lain, dan Tuhan kekuatan terbesar . Shilston 2003
menuliskan bahwa jika seseorang bisa fokus, menjaga komunikasi dan mampu merencanakan maka hal tersebut akan membantunya dalam menyeimbangkan kinerja
maksimum.
3. Transcendence
Transenden
Swinton dan Pattison dalam Gilbert 2007 menjelaskannya sebagai pengalaman dan apresiasi di luar diri
, serta m emperluas batas-batas diri. Danah Zohar dan Ian
Marshall 2005 menjelaskannya sebagai rasa keterpanggilan untuk melayani sesuatu yang lebih besar dibandingkan dengan dirinya sendiri dan berterima kasih kepada
orang lain
4. Value Nilai
Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan kebenaran, keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali didiskusikan sebagai nilai
akhir Swinton dan Pattison dalam Gilbert, 2007. Value didefinisikan sebagai bagian dari kepercayaan yang mengatur tentang cara berperilaku dalam memenuhi
keinginan terdalamnya. Puncak dari sebuah nilai ialah kerjasama dan dukungan yang dirasakan terutama dengan relasi, produktif dan kinerja inovatif yang berimplikasi
pada kegembiraan orientasi keinginan dan kebutuhan diri sendiri Rokeach dalam Robert, 2004.
5. Becoming
Menjadi
Swinton dan Pattison dalam Gilbert 2007 menjelaskannya mengembangkan tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman, termasuk rasa yang ada dan bagaimana
seseorang tersebut mengetahui dan mendapatkannya. Dalam Danah zohar dan Ian Marshall 2005 menyebutnya sebagai rekontekstualisasi, yaitu sistem-sistem yang
membingkai ulang perkembangan internal ketika melaksanakan rekontekstualisasi mempelajari ulang batas-batas dan sifat lingkungan mereka.
2.2.3 Faktor-faktor spiritualitas
Swinton dan Pattison dalam Gilbert 2007 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi spiritualitas yaitu:
The Diamond of Self and Others
Gambar 2.2 The Diamond of Self and Others Gilbert 2005
Dari gambar di atas, dimana penjelasannya ialah bahwa pada dasarnya diri seseorang itu memiliki empat keterkaitan, yaitu:
1. Diri : Identitas, kesadaran, berpusat pada nilai-nilai inti, memperoleh
keseimbangan antara yang sedang dan akan terjadi. 2.
Di luar dirinya : Tuhan, filosofi, dan sistem nilai 3.
Orang lain : Keluarga, teman, kolega, dan jaringan dukungan 4.
Dunia fisik: Pemandangan, pemandangan laut, dunia animal mineral dan bunga, dll.
Supriyono 2007 menyebutkan bahwa kecerdasan spiritual adalah sebuah paradigma bepikir yang menjadikan diri seseorang menjadi kecil dibandingkan
keluasan alam semesta. Buzan dalam Supriyono 2007 menyusun 10 konsep dasar yang menjadi kunci tingginya kecerdasan spiritual, yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran menyeluruh. Buzan mengawali konsep kecerdasan
spiritual dengan pemahaman bahwa setiap individu manusia adalah sebuah keajaiban. Untuk menjadi cerdas spiritual, pemahaman akan apa dan bagaimana
dirinya sendiri sebagai individu manusia sudah cukup untuk mengantarkan seseorang akan kesadaran kecerdasan spiritual yang mendasar.
2. Menggali nilai-nilai. Nilai adalah panduan untuk bertindak atau bersikap yang
berasal dari diri sendiri tentang menjalani hidup dan mengambil keputusan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, dan kehormatan adalah beberapa contoh dari niai-
nilai kehidupan seseorang. 3.
Visi dan panggilan hidup. Visi adalah kemampuan berpikir atau merencanakan masa depan dengan bijak dan imajinatif, menggunakan gambaran mental tentang
situasi yang dapat dan mungkin terjadi pada masa yang akan datang.
4. Belas kasih. Buzan menulis bahwa belas kasih kepada diri sendiri jauh lebih berat
daripada belas kasih kepada orang lain.. setiap orang perlu hormat kepada diri sendiri, menolong diri sendiri, sayang kepada diri sendiri, dan bertanggung jawab
untuk menolong diri sendiri agar menjadi yang terbaik. Dengan cara inilah, seseorang dapat mengungkapkan belas kasih terhadap orang lain.
5. Memberi dan menerima. Prinsip ini mengantarkan seseorang untuk selalu
menunjukkan sikap hangat, jujur, murah hati, dan mengalah kepada orang yang dicintai disayangi. Inilah implikasi dari semangat kemurahan hati.
6. Kekuatan tawa. Selera humor merupakan salah satu kualitas utama kecerdasan
spiritual. Tawa akan menghilangkan rasa stress, meningkatkan kesejahteraan secara umum dan menambah jumlah teman. Tawa dapat menciptakan kehidupan yang lebih
bahagia, ceria dan semangat. 7.
Menjadi kanak-kanak kembali. Konsep ini bukanlah berarti tingkah laku kekanak- kanakan, melainkan seseorang harus mempunyai pandangan polos seperti anak kecil
yang berupa : energi dan semangat tanpa batas, cinta tak bersyarat, kegembiraan, spontanitas, dan keceriaan, semangat petualang, kejujuran, kepercayaan, kebenaran,
kemurahan hati, keingintahuan, rasa penasaran, keheranan dan kekaguman. 8.
Kekuatan ritual. Ibadah rutin yang dijalankan seseorang akan menjadi pintu pembuka bagi kepekaan hati nurani menuju kepada kebaikan .
9. Ketenteraman, dimana maksudnya ialah kondisi dimana seseorang bebas dari
kecemasan, kekacauan atau kesedihan.
10. Cinta. Cinta terhadap diri sendiri, sesama dan jagad raya dapat dianggap
sebgai tujuan hidup dan spiritual paling akhir. Hidup adalah cinta, dan cinta adalah kehidupan.
2.3 Kerangka Berpikir
Kinerja karyawan tentunya dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi kinerja dan kemajuan perusahaan. Kinerja karyawan sebagai salah satu modal
terpenting bagi keberlangsungan sebuah perusahaan, karena kinerja karyawan pun turut menentukan tingkat produktivitas perusahaan. Semakin produktif pekerja pada
perusahaan tempat dimana ia bekerja, maka akan semakin membantu mempertahankan keberadaan perusahaan dalam dunia bisnis. Pun dengan persaingan
yang semakin ketat.
Perusahaan sebagai organisasi, tentunya terdiri dari beberapa komponen, dan karyawan termasuk salah satu komponen terpentingnya. Karena karyawan sumber
daya manusialah yang bisa berproduktivitas dan memiliki kinerja yang tinggi. Untuk mendapatkan produktivitas tinggi, suatu ketetapan mutlak bahwa perusahaan harus
mengupayakan karyawannya menjadi produktif dan hal tersebut dapat tercermin dari kinerja karyawan yang ditunjukkan.
Karyawan tentunya memiliki potensi-potensi yang jika dikembangkan maka akan menghasilkan manfaat bagi perusahaan dalam pengembangannya. Beberapa hal
tentu saja berhubungan dengan upaya mengembangkan potensi guna menghasikan
kinerja yang baik pada diri karyawan. Dan peneliti berasumsi bahwa spiritualitas termasuk salah satunya.
Spiritualitas dalam diri seseorang memberikan makna kepada setiap individu untuk membuat hidup menjadi lebih bermakna. Dengan menerapkan unsur
spiritualitas dalam perusahaan kepada karyawannya, maka hal tersebut tentu akan memunculkan perasaan memiliki terhadap perusahaan dimana ia bekerja. Sehingga
pekerjaan yang harus ia lakukan tidak semata-mata dinilai sebagai sebuah keharusan yang akan dijalani dengan terpaksa, melainkan karena sudah merasa memiliki akan
perusahaan itu, maka ia akan bekerja dengan menunjukkan kinerja yang baik, sesuai dengan visi dan misi perusahaan dimana ia bekerja. hal tersebut didukung dengan
pemahaman bahwa bekerja bagi karyawan bukan hanya sekedar menjalani kewajiban, tetapi lebih kepada pemaknaan hidup yang lebih mendalam.
Spiritualitas dengan dimensi-dimensi yang dimiliknya yaitu: Meaning, connectede, transcendence, value
dan becoming dimana dengan menerapkan spiritualitas, berarti perusahaan telah memanusiakan manusia, yang memang modal
utama dari perusahaan itu ialah seorang manusia yang masih bisa terus dikembangkan potensinya untuk terus memiliki kinerja yang baik.
Spiritualitas:
•
Meaning
•
Connected
•
Transendence
•
Value
•
Becoming Kinerja
2.4 Hipotesis
• Ha = Ada hubungan antara
spiritualitas Meaning, connected, transcendence, value, becoming
dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali. •
Ho = Tidak ada hubungan antara spiritualitas Meaning, connected,
transcendence, value, becoming dengan kinerja karyawan PT. Heriromadiali.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran data tersebut, serta penampilan hasilnya. Arikunto, 2002.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Gay dalam Sevilla 1993 mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai
kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang
berjalan dari pokok suatu penelitian. Jenis penelitian yang digunakan menggunakan penelitian korelasi, yaitu penelitian yang dirancang untuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Penelitian korelasi digunakan untuk menentukan besarnya arah
hubungan Sevilla, 1993.
3.2 Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi Dalam Arikunto, 2000 mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi atau objek penelitian yang bervariasi. Jadi, variabel ialah
objek penelitian yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Dalam penelitian ini terdapat 2 dua variabel yaitu: variabel bebas independent variable dan variabel terikat dependent variable. Arikunto
2002 mendefinisikan variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau mengakibatkan hasil, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau hasil dari penelitian. Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah:
Dependent Variable variable terikat : Kinerja karyawan
Independent Variable Variabel Bebas : Spiritualitas
3.2.1 Definisi konseptual
a. Spiritualitas diartikan sebagai aspek penting dalam eksistensi manusia
yang berhubungan dengan struktur yang memberikan makna secara signifikan dan mengarahkan hidup seseorang dan dapat membantu seseorang menghadapi
perubahan dalam hidup. Hal ini dikaitkan dengan pencarian makna, tujuan, pengetahuan diri, hubungan yang bermakna, cinta dan kesadaran akan nilai-
nilai suci. Ini mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan sistem agama secara khusus Swinton and Pattison, dalam Gilbert, 2007.
b. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability A,
motivasi atau motivation M dan peluang atau opportunity O, yaitu kinerja = f A x M x O Robbins , 2001.
3.2.2 Definisi Operasional
a. Kinerja dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan
menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali yang didasarkan atas teori Robbins dengan meliputi aspek fungsi interaksi
antara kemampuan atau ability A, motivasi atau motivation M dan Peluang atau opportunity O.
b .
Spiritualitas dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh dengan menggunakan skala likert dari sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali
yang didasarkan atas teori Swinton dan Pattison dengan meliputi aspek Meaning
, Value, Transendence, Connected, dan Becoming.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Arikunto 2002 menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karyawan PT.
Heriromadiali yang berjumlah 180 karyawan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi , misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu
Sugiyono, 2009.
Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang karyawan PT. Heriromadiali. Hal tersebut berdasarkan teori Gay seperti yang dikutip Sevilla
1993 subjek dalam penelitian korelasional minimum 30 tiga puluh subjek. Untuk Try Out dalam penelitian ini, dipilih subyek sebanyak 30 orang karyawan
PT. Heriromadiali yang nantinya tidak akan dilibatkan kembali dalam field test.
3.3.3 Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling
, yaitu metode yang memberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel
Arikunto, 2002. Teknik ini digunakan apabila anggota populasi dianggap hmogen dan dikatakan seerhana simple karena pengambilan sampel anggota
poulasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada di populasi Sugiyono, 2009.
3.4 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan metode non tes, sedangkan instrumen yang digunakan berupa
skala. Yaitu sejumlah pernyataan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan mengenai pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui
Arikunto, 2002. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala model Likert, dimana variabel yang di ukur dijabarkan menjadi indikator
variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument yang dapat berupa pernyataan Sugiyono,
2009. Skala yang digunakan dalam penelitian ini berupa skala kinerja karyawan dan skala spiritualitas. Kedua skala tersebut disusun oleh peneliti
dengan menggunakan pembagian dua kategori item pernyataan, favorabel dan unfavorabel dengan menentukan bobot nilai.
Tabel 3.1 Nilai Skor Jawaban
Kategori Pilihan Favorable
Unfavorable Sangat Setuju SS
4 1
Setuju S 3
2 Tidak Setuju TS
2 3
Sangat Tidak Setuju STS 1
4
3.4.2 Instrumen Penelitian
Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Spirtualitas dan Skala Kinerja karyawan.
Tabel 3.2 Blue Print Spiritualitas
Aspek Indikator Favorabel
Unfavorabel Jumlah
Makna ontologis terhadap kehidupan
1,2 3,4 4 Membuat dan merasakan situasi
kehidupan 5,6,7 8,9,10 6
Meaning
Mencapai eksistensi diri yang berasal dari tujuan hidup
11,12 13,14 4 Value
Kepercayaan dan standar yang dihargai harus berurusan dengan
kebenaran, keindahan, nilai pikir, objek atau perilaku, dan seringkali
didiskusikan sebagai nilai akhir. 15,16,17
18,19,20 6
Pengalaman dan apresiasi di luar diri
21,22 23,24 6 Transcend
ence Memperluas batas-batas diri
25,26,27 28,29,30
6 Connected
Hubungan yang terjalin dengan diri sendiri, orang lain dan Tuhan
kekuatan terbesar 31,32,33,
34, 35,36,37
38,39,40,4 1,42,43,44
6
Becoming Mengembangkan tuntutan hidup atas refleksi dan pengalaman,
termasuk rasa yang ada dan bagaimana seseorang tersebut
mengetahui dan mendapatkannya. 45,46,47 48,49,50
6
Total 25 25
50
invalid item pasca try out
Tabel 3.3 Blue Print Kinerja Karyawan
Aspek Indikator Favorabel
Unfavorabel Jumlah
Wawasan yang sesuai jabatan 1,2
3,4 4
Terampil dalam mengerjakan tugas
5,6,7 8,9,10 6 Kemampuan
Ability
Ditempatkan sesuai dengan Keahlian
11,12 13,14 4 Memahami tujuan utama
organisasi 15,16,17 18,19,20
6 Mendapatkan penghargaan
21,22 23,24
4 Motivasi
Motivation
Kebutuhan pribadi terpenuhi 25,26
27,28 4
Sistem kerja 29,30,31
32,33,34 6
Peraturan organisasi 35,36,37
38,39,40 6
Perlengkapan kerja memadai 41,42,43
44,45,46 6
Peluang Opportunity
Pembekalan 47,48,49 50,51,52
6 Total
26 26 52
invalid item pasca try out
3.4.3 Teknik Uji Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini teknik uji instrumen penelitian yang dilakukan ialah
a. Uji Validitas
Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan pengkorelasian skor item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item dengan skor total
menghasilkan korelasi yang rendah, maka item dinyatakan gugur atau
dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat menghasilkan skor yang tingi maka item tersebut dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai alat
ukur.
Untuk menguji tingkat validitas, peneliti menggunakan uji korelasi product moment. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil
output SPSS 16,0.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah keterercayaan menunjuk kepada pengertian apakah sebuah instrument dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari
waktu ke waktu. Jadi, kata kunci untuk syarat kualifikasi suatu instrument pengukur adalah konsistensi, Nurgiyantoro, 2004. Tes dikatakan reliabilitas
tinggi apabila skor tampak tes itu berkorelasi dengan skor murninya sendiri.
Tabel 3.4 Kaidah Reliabilitas Guilford
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel 0,9
Reliabel 0,7 – 0,9
Cukup Reliabel 0,4 – 0,7
Kurang Reliabel 0,2 – 0,4
Tidak Reliabel 0,2
Dari hasil uji reliabilitas skala spiritualitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach
diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,799. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari Guildford diketahui
bahwa 0,799 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti bahwa skala spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam criteria reliabel.
Sedangkan hasil uji reliabilitas skala kinerja karyawan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach diperoleh koefisien reliabilitas sebesar
0,873. Kemudian setelah dibandingkan dengan kaidah reliabilitas dari Guildford diketahui bahwa 0,873 berada di kategori 0,7 – 0,9 yang berarti
bahwa skala spiritualitas pada penelitian ini termasuk dalam kriteria reliabel.
3.4 Teknik Analisa data
Setelah data terkumpul, data diberi kode untuk mengklasifikasikan data sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data. Saat masih di lapangan, data
disunting untuk meneliti kembali kelengkapan data yang dikumpulkan. Editing ini dilakukan dengan cara meneliti setiap daftar pernyataan skala
yang telah diisi untuk memastikan kelengkapan pengisian, konsistensi, dan relevansi pilihan pernyataan serta keterbatasan pengisian responden.
Selanjutnya data dimasukkan ke komputer untuk dilakukan analisis lebih lanjut dengan menggunakan SPSS untuk di analisa dengan menggunakan uji
regresi berganda.
3.5 Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variable penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan
gambaran dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun, dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
spiritualitas dan skala kinerja yang kemudian dilakukan pengecekan pembimbing terlebih dahulu. Setelah skala dikatakan baik, maka penulis
melakukan uji coba try out instrument dan langkah selanjutnya ialah mendatangi lokasi untuk penelitian yaitu PT. Heriromadiali.
2. Pengujian alat ukur try out
Sebelum penelitian ini dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan uji instrumen kepada 30 orang karyawan PT. Heriromadiali yang kemudian tidak
diikutsertakan dalam penelitan yang sesungguhnya. Try out dilaksanakan pada tanggal 25 mei 2010.
3. Tahap pelaksanaan penelitian
Penelitian ini melibatkan 60 responden dari jumlah populasi sebanyak 180 orang karyawan PT. Heriromadiali. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
sejak tanggal 29 mei 2010 sampai dengan 1 juni 2010.
4. Tahap pengolahan data
Setelah data terkumpul, dilakukan pengkodean dan scoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. Kemudian dilakukan penghitungan dan
memasukkan data yang diperoleh pada computer. Selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan metode statistic melalui komputer dengan
bantuan program SPSS versi 16,0. Langkah terakhir adalah membuat laporan dan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB IV PRESENTASI DAN ANALISA DATA