untuk mengungkapkan semua informasi yang material mengenai keadaan bisnisnya termasuk keuangan, aspek hukum, manajemen dan harta kekayaannya kepada
masyarakat. Informasi yang diberikan ini harus merupakan informasi yang dijamin kebenarannya. Apabila informasi yang material yang seharusnya diketahui investor
ternyata tidak diungkapkan seluruhnya atau salah dalam mengungkapkannya sehingga menimbulkan kerugian bagi investor, maka emiten wajib bertanggung
jawab atas kerugian yang diderita investor. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa terdapat suatu mekanisme transparansi dan adanya jaminan atas kebenaran
informasi yang secara implisit terkandung unsur perlindungan bagi investor.
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping yang lain-lain, seperti asas dan standar untuk mengetahui batasan-batasan yang diteliti. Oleh karena
itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu sari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu
sesuatu yang di hasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam fikiran penelitian untuk keperluan analitis.
26
Kerangka konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan untuk sebagai dasar penelitian
hukum.
27
Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua dubius dari suatu istilah yang dipakai. Oleh
26
Satjipto Rahardjo, Op.Cit, hlm. 306
27
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 7
Universitas Sumatera Utara
karena itu dalam penelitian ini didefinisikan beberapa konsep dasar agar secara operasional diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, yaitu : a.
Analisis Yuridis : penyelidikan terhadap suatu peristiwa berdasarkan
hukum atau menurut hukum.
28
b. Tugas : Yang wajib dikerjakan atau ditentukan untuk
dilakukan; pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang
29
c. Tanggung jawab : keadaan wajib menanggung segala sesuatunya kalau
ada sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan
d. Notaris : Pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
danatau dikehendaki oleh yang berkepentingan, untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
tanggal pembuatan aktanya, menyimpan minutanya, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain
atau orang lain, yang ditetapkan oleh Undang-undang.
30
e. Perseroan Terbatas
: Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,melakukan kegiatan
28
Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 2007, hlm. 32
29
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, hlm. 1215
30
Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
Universitas Sumatera Utara
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya.
31
f. Listing : Pencatatan efek di papan bursa efek
g. Pasar Modal : Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri.
32
h. Prinsip
Keterbukaan :
Pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik dan pihak lain yang tunduk pada
Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi
material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap efek
dimaksud dan atau harga dan efek tersebut.
33
i. Due Diligence : Kewajiban mutlak bagi pihak yang berkepentingan
untuk memverifikasi keakuratan dari prinsip keterbukaan yang berhubungan dengan sekuritas
perusahaan dan merupakan standar untuk penyelidikan dan penelitian yang merupakan bahagian dari proses
persiapan penawaran umum yang akan dilakukan oleh perusahaan, oleh karena itu sebahagian pihak
menafsirkan due diligence itu dengan “penelitian yang mendalam.
34
31
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas untuk selanjutnya disebut UUPT
32
Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin., Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab, Jakarta: Salemba, 2001, hlm. 1
33
Pasal 1 angka 26 UUPM
34
Asril Sitompul, Due Diligence dan Tanggung Jawab Lembaga-Lembaga Penunjang Pada Proses Penawaran Umum, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 2
Universitas Sumatera Utara
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian