Latar Belakang IMPLAN PADA ZIGOMA

Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009.

BAB 3 IMPLAN PADA ZIGOMA

Keberhasilan implan pada maksila tergantung pada kualitas dan jumlah tulang yang tersedia, terutama pada pasien dengan kehilangan tulang maksila yang banyak. Setelah dilakukan maksilektomi sering diperlukan rekonstruksi orofasial. Implan pada zigoma yang diperkenalkan beberapa tahun yang lalu, menawarkan alternatif berharga sebagai prosedur tambahan. 3 Dengan perkembangannya implan pada zigoma diharapkan penggunaannya pada rahang atas dapat dilakukan apabila tulang alveolar tidak mencukupi untuk penempatan implan gigi. 13

3.1 Latar Belakang

Dr. Per-Ingvar Bränemark et al. memperkenalkan implan pada zigoma pada tahun 1999 sampai 10 tahun lamanya, dimana pada waktu itu 164 implan ditanamkan pada tulang zigoma dengan tingkat keberhasilan mencapai 97. 14,15 Implan pada zigoma didesain untuk merehabilitasi maksila yang atropi, atau rahang atas yang telah direseksi karena alasan onkologi, ataupun karena hilangnya tulang akibat trauma. Bränemark et al. menggunakan implan pada zigoma untuk kemungkinan mengurangi prosedur pencangkokan tulang pada pasien yang mempunyai masalah permanen dengan sedikitnya jumlah tulang dan kemungkinan perawatan dengan waktu tersingkat tanpa kehilangan harapan untuk keberhasilan perawatan. 14,15,16 Penggunaan implan pada zigoma dapat menghindari tindakan pencangkokan tulang, mempersingkat waktu perawatan dan mengurangi cacat muka. 15,17 Pada tahun Nelly : Penggunaan Implan Zigoma Pada Rehabilitasi Pasca Maksilektomi Sebagian, 2009. 2001, Widmark memperoleh tingkat keberhasilan sebesar 74 setelah 3-5 tahun pada pasien yang menggunakan pencangkokan tulang dan implan konvensional, dimana perawatan dengan implan yang ditanamkan pada zigoma memberikan tingkat keberhasilan sebesar 87. Implan pada zigoma juga telah digunakan untuk bagian posterior maksila yang atropi atau pada kasus dengan pneumatisasi pada sinus maksilaris dengan sisa tulang puncak hanya tinggal 3 mm, sehingga menghindari penggunaan pencangkokan tulang pada area posterior. 15 Pada tahun 1993, Aparacio et al. menyebutkan kemungkinan memasukkan dental implan ke dalam tulang zigoma. Pada tahun 1997, Weischer et al. menyebutkan penggunaan zigoma sebagai struktur pendukung didalam rehabilitasi pasien setelah maksilektomi. Mengikuti deskripsi Bränemark, pada tahun 2001, Uchida et al. menganjurkan penggunaan implan dengan angulasi 43,8 akan mengurangi tingginya resiko perforasi fossa infratemporal atau area lateral maksila, jika angulasinya lebih vertikal, 50,6 atau lebih, akan meningkatkan resiko perforasinya dasar orbital. 15

3.2 Definisi