15
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa weeding atau penyiangan adalah subjek tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna, bahan
pustaka yang telah usang isinya, edisi terbaru sudah ada dan bahan pustaka sudah terlalu rusak. Tujuan dari penyiangan adalah membuat koleksi lebih dimanfaatkan
sebagai informasi yang akurat, relevan, up to date dan memudahkan pemakai dalam menggunakan koleksi.
Hal selanjutnya yang tak kalah penting untuk dikaji adalah masalah prosedur penyiangan. Prosedur adalah sebuah cara sistematis dan terpikir secara
baik untuk mencapai tujuan; prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Menurut Kusnanto 2011, 26 dalam melakukan kegiatan penyiangan bahan pustaka, ada
bebrapa prosedur yang harus dilakukan, yaitu: 1.
Pustakawan bersama dengan pihak terkait lainnya mengadakan pemilihan bahan pustaka yang perlu dikeluarkan dari koleksi berdasarkan
pedoman penyiangan yang telah ditetapkan.
2. Pustakawan menyusun daftar koleksi yang akan dikeluarkan dari rak
3. Buku-buku yang akan dikeluarkan dari rak buku, kartu-kartunya
dikeluarkan dari buku yang bersangkutan dan kartu katalognya ditarik dari lacijajaran catalog.
4. Buku-buku yang dikeluarkan diberi tanda “dikeluarkan dari koleksi
perpustakaan” sebagai bukti bahwa buku tersebut bukan lagi milik perpustakaan
5. Apabila bahan pustaka tersebut masih layak untuk digunakan
eksemplarnya terlalu banyak namun isi belum “out of date” dapat disisihkan untuk bahan penukaran atau hadiah
6. Jika bahan pustaka dirasakan masih banyak dicari dan digunakan pemakai,
maka buku tersebut hanya disimpan di gudang weeding stock 7.
Untuk bahan pustaka yang akan dimusnahkan hendaknya memperhatikan peraturan yang berlaku berkaitan dengan penghapusan barang milik
negara, terutama untuk perpustakaan yang bernaung di bawah pemerintah.
Menurut Darwanto 2012, 2 Penyiangan harus dilakukan secara berkala
dan berkelanjutan, minimal lima tahun sekali untuk koleksi buku. Sebaiknya perpustakaan membuat peraturan tertulis tentang penyiangan koleksi perpustakaan
untuk dipakai sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan ini.
2.3.2 Stock Opname
Dalam kegiatan manajemen koleksi suatu perpustakaan didasarkan pada profil seleksi dan kebutuhan pengguna akan bahan pustaka tersebut. Salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan adalah stock opname. Stock opname yakni
16
kegiatan pemeriksaan koleksi perpustakaan secara menyeluruh apakah koleksi itu masih sesuai dengan catatan yang dimiliki.
Menurut Sulistyo-Basuki 1991, 235 , stock opname adalah “Pemeriksaan fisik terhadap buku yang tercatat milik
perpusakaan”. Sebelum melakukan kegiatan ini perlu dipertimbangkan terlebih dahulu pelayanan apa yang dibutukan dan kapan waktu yang tepat untuk
melakukan kegiatan stock opname agar tidak mengganggu pelayanan yang disediakan oleh perpustakaan kepada penggunaanya.
Stock opname dilakukan karena perpustakaan akan mengalami perubahan keadaan koleksi Karen rentang waktu yang lama. Perubahan koleksi terjadi pada
berbagai macam dan meliputi kualitas dan kuantitas koleksi yang semakin menurun. Berdasarkan buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi 2004
perubahan kualitas koleksi perpustakaan dapat dilihat pada keadaan sebagai berikut :
a. Jumlah koleksi tidak sesuai dengan buku induk kerena terjadi
kehilangan koleksi akibat ulah pengguna atau ulah pustakawan sendiri.
b. Keadaan fisik koleksi telah usang dan sudah tidak layak pakai
sehingga harus mendpat perawatan dari perpustakaan. Menurut Yulia 2010 tujuan dilakukan kegiatan stock opname adalah:
1. Mengetahui keadaan koleksi bahan pustaka yang ada di
perpustakaan. 2.
Mengetahui jumlah buku juduleksemplar koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifikasi dengan tepat.
3. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang menandakan
kondisi koleksi bahan pustaka. 4.
Untuk mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak ada katalognya.
5. Untuk mengetahui bahan pustaka yang dinyatakan hilang.
6. Untuk mengetahui dengan tepat kondisi bahan pustaka, apakah
dalam keadaan rusak atau tidak lengkap. Keuntungan diadakan stock opname yaitu:
1. Dapat disusun dari daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah
tidak sesuai dengan subjek, tahun, kondisi bahan pustaka dan susunan bahan pustaka yang muthakir.
2. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati oleh
pengguna informasi. Hal ini berarti stock opname digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.
3. Mengetahui tingkat hilangnya bahan pustaka di perpustakaan.
4. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi dan baik.
5. Mudah membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.
17
Adapun kerugian stock opname adalah dapat mengganggu kenyamanan pengguna. Kenyamanan pengguna dapat dilihat pada penagihan buku yang sedang
dipinjam. Kenyamanan pengguna dapat juga dilihat pada perturan tidak adanya
pelayanan pada pengguna selama kegiatan stock opname berlangsung.
2.3.3 Shelving