Gambaran Umum Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU)
1
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA (IAIN – SU)
Kertas Karya
Oleh:
NURHARISMA DEWI C
0922010028
PROGRAM STUDI D-3 PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang mana karena rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammmad SAW, semoga kita mendapatkan pertolongannya dikemudian hari kelak (Amin). Kertas karya ini berjudul “Gambaran Umum Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU)”
Penulisan kertas karya ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan pada Diploma III Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak DR. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd. selaku Ketua Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Eva Rabita, M. Hum. Selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.
4. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos., M.I.Kom. selaku dosen pembaca penulis yang telah membantu penyempurnaan kertas karya ini.
5. Seluruh staf pengajar di Program Studi D-III Perpustakaan yang telah mendidik penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.
6. Ibu Retno Sayekti M.L.I.S selaku Kepala Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara yang telah mengizinkan penulis melakukan observasi dan mengumpulkan data sehingga penulisan kertas karya ini dapat terselesaikan.
7. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda tercinta Jemmy Carelsz SH dan Ibunda Tersayang Siswaty serta abang Alfon Dores Carelsz S.Kom, Indra Pramana S.Sos dan Kakak Ance Prayasti S.Pd dan Ikke Faulisa untuk semua dukungan yang tiada pernah berakhir kepada penulis.
8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa D-III Perpustakaan yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
(3)
3
9. Buat sahabat-sahabat penulis yang selalu setia memberikan semangat dan mendengarkan keluh-kesah penulis serta siap memberikan saran buat penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna disebabkan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, ilmu serta pengalaman penulis dalam hal ini. Untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima saran serta kritik yang dapat menyempurnaan kertas karya ini.
Akhir kata penulis berharap semoga kertas karya ini membawa manfaat bagi setiap orang yang membacanya. Semoga Allah SWT memberikan Rahmat dan Hidayat-Nya kepada kita semua. Amin
Medan, Oktober 2012
Penulis
Nurharisma Dewi C Nim : 092201028
(4)
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penulisan ... 2
1.3 Ruang Lingkup ... 3
1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perpustakaan ... 4
2.2 Pengertian Perpustakaan Tinggi ... 5
2.3 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 6
2.3.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 6
2.3.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi ... 8
2.4 Organisasi dan Staf ... 10
2.4.1 Organisasi ... 10
2.4.2 Staffing ... 12
2.5 Koleksi ... 13
2.6 Pengadaan ... 15
2.7 Pengolahan ... 18
2.8 Pelayanan Pengguna ... 22
2.8.1 Sistem Pelayanan Pengguna ... 23
2.8.2 Jenis – jenis Pelayanan Terbuka ... 25
2.8.2.1 Layanan Sirkulasi ... 25
2.8.2.2 Layanan Referensi ... 26
2.8.2.3 Layanan Digital ... 26
2.8.2.4 Layanan Terbitan Berseri ... 27
2.9 Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Pustaka ... 27
2.9.1 Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka ... 29
2.9.1.1 Faktor Lingkungan ... 29
(5)
5
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IAIN – SU
3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan IAIN – SU ... 34
3.2 Tujuan, Visi, dan Misi Perpustakaan IAIN – SU ... 35
3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan IAIN – SU ... 36
3.4 Staf Perpustakaan IAIN – SU ... 37
3.5 Koleksi Perpustakaan IAIN – SU ... 39
3.6 Pengadaan ... 40
3.7 Pengolahan ... 41
3.7.1 Klasifikasi ... 41
3.7.2 Katalogisasi ... 42
3.7.3 Pelabelan dan Penyelesaian Fisik Akhir ... 42
3.7.4 Penyusunan Buku di Rak (Shelving) ... 44
3.8 Pelayanan Pengguna Pada Perpustakaan IAIN – SU ... 45
3.8.1 Pelayanan Sirkulasi ... 45
3.8.2 Pelayanan Referensi ... 47
3.8.3 Pelayanan Komputer... 47
3.8.4 Pelayanan Fotocopy ... 47
3.9 Pemeliharaan Bahan Pustaka ... 48
3.9.1 Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ... 48
3.9.2 Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan IAIN – SU ... 49
3.9.3 Perbaikan Bahan Pustaka Perpustakaan IAIN – SU ... 49
3.9.4 Penyiangan (Weeding) ... 50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 52
4.2 Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN
(6)
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan semakin banyaknya informasi yang dibutuhkan serta semakin banyak pula berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia. Ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi merupakan kajian prinsip pengetahuan yang selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Keseimbangan diantaranya menuntut manusia untuk melangkah maju menguasai perkembangan yang ada. Unit informasi terkait pun harus mampu berbicara lebih dalam persaingan memberikan layanan maksimal kepada pengguna. Salah satu unit tersebut adalah perpustakaan.
Perpustakaan adalah institusi/lembaga yang menyediakan koleksi bahan perpustakaan tertulis, tercetak dan terekam sebagai pusat sumber informasi yang diatur menurut sistem dan aturan yang baku dan didayagunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan rekreasi intelektual bagi masyarakat.
Menurut Reitz dalam Hasugian (2009: 70) mendefenisikan bahwa; “Perpustakaan adalah sekumpulan koleksi buku atau bahan lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara untuk penggunaan/kebutuhan (membaca, konsultasi, belajar, meneliti), dikelola oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
Dan dalam buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004: 3) bahwa; “Perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penunjang perguruan tinggi, yang bersama-sama dengan unsur yang lainnya, berperan serta dalam melaksanakan tercapainya visi dan misi perguruan tingginya”.
Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan membantu tercapainya tujuan perguruan tinggi. Perpustakaan Nasional mendefenisikan perpustakaan perguruan tinggi sebagai perpustakaan yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan tinggi yang layanannya diperuntukkan sivitas akademika perguruan tinggi yang bersangkutan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, semakin baik perpustakaan perguruan tinggi di suatu universitas maka semakin baik pula
(7)
7
perguruan tinggi tersebut. Karena itu perpustakaan merupakan salah satu aspek terpenting dalam menjalankan tujuan perguruan tinggi.
Dilihat dari tujuannnya, perpustakaan perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian masyarakat dalam rangka menjalankan Tri Dharma Perguruan tinggi. Oleh karena itu dari segi koleksi, koleksi perguruan tinggi haruslah benar-benar sesuai dengan kebutuhan penggunanya, hal ini untuk mendukung pencapaian tujuan dan pelaksanaan Tri Dharma tersebut.
Selain itu perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat informasi bagi pengguna dalam lingkungan perguruan tinggi itu sendiri. Terlebih pada zaman sekarang setiap manusia memerlukan informasi setiap saat, dan perpustakaan merupakan pusat informasi yang dibutuhkan oleh manusia. Sehingga pengguna perpustakaan perguruan tinggi dapat menemukan informasi yang diperlukan dengan berkunjung ke perpustakaan perguruan tinggi. Dalam hal ini tentulah para pengguna perpustakaan perguruan tinggi sangat membutuhkan perpustakaan perguruan tinggi yang relevan dan telah memenuhi persyaratan. Berdasarkan kepentingan pengguna dan bagaimana berjalannya suatu perpustakaan perguruan
tinggi, maka penulis memilih judul “Gambaran Umum Perpustakaan Institut
Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU)”.
1.2Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :
a) Untuk mengetahui bagaimana keadaan Perpustakaan IAIN-SU sebagai
salah satu perpustakaan perguruan tinggi.
b) Untuk mengetahui pemanfaatan Perpustakaan IAIN-SU bagi
(8)
8 1.3Ruang Lingkup
Sesuai dengan judul yang telah diambil penulis, maka ruang lingkup yang akan di bahas dalam penulisan kertas karya ini adalah :
1. Keadaan Perpustakaan IAIN-SU secara umum.
2. Pengolahan bahan pustaka pada Perpustakaan IAIN-SU
3. Pengadaan bahan pustaka pada Perpustakaan IAIN-SU
4. Pelayanan pengguna pada Perpustakaan IAIN-SU
5. Gambaran tata kerja Perpustakaan IAIN-SU
1.4Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan kertas karya ini penulis akan mengumpulkan data serta informasi yang relevan dengan permasalahan yang akan dibahas dengan melakukan metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Library Research (Penelitian Kepustakaan)
Penulis mengumpulkan dan mempelajari buku-buku bacaan, tulisan ilmiah dan bahan lainnya yang dapat menjadi rujukan dalam pembahasan masalah
2. Field Research (Penelitian Lapangan)
a. Wawancara
Penulis melakukan wawancara langsung dengan kepala perpustakaan, pengguna perpustakaan, maupun para staf perpustakaan.
b. Pengamatan Langsung
Penulis melakukan pengamatan langsung pada Perpustakaan IAIN-SU.
c. Penelusuran Online
Penulis melakukan pencarian selain melalui bacaan juga melalui online
(9)
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perpustakaan
Perpustakaan berasal dari kata dasar pustaka, dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustaka artinya kitab, buku. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan library. Istilah ini berasal dari kata librer atau libri yang artinya buku. Dari kata latin tersebut terbentuklah istilah librarius; tentang buku. Dalam bahasa
asing lainnya, perpustakaan disebut dengan bibliotheca dari bahasa Belanda,
biblia yang berarti tentang buku dan kitab yang berasal dari Yunani. Sedangkan menurut istilah yang diketahui dalam kehidupan sehari-hari perpustakaan adalah sebuah ruangan yang menyimpan buku dan terbitan lainnya seperti majalah,
laporan, pamflet, prosiding, manuskrip atau naskah, lembaran musik, dan
berbagai karya audiovisual seperti film, slide, kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro seperti mikrofilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque) dan disimpan dengan susunan tertentu agar dapat digunakan oleh pengguna tanpa bertujuan untuk dijual.
Menurut Rancangan Undang-Undang Perpustakaan pada Bab I pasal 1 menyatakan Perpustakaan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan tercetak dan terekam, mengelolanya dengan cara khusus guna memenuhi kebutuhan intelektualitas para penggunanya melalui beragam cara interaksi pengetahuan
Reitz dalam Hasugian (2009: 70) mendefenisikan bahwa; “Perpustakaan
adalah a collection or group collections of books and/or other materials
organized and mantained for use reading, consultation, study, research, are staffed by librarians and other personal trained to provide services to meet user needs”.
Melalui defenisi ini dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sekumpulan koleksi buku atau bahan lainnya yang diorganisasikan dan dipelihara untuk penggunaan/kebutuhan (membaca, konsultasi, belajar, meneliti), dikelola oleh pustakawan dan staf terlatih lainnya dalam rangka menyediakan layanan untuk memenuhi kebutuhan pengguna.
(10)
10
Melalui pengertian-pengertian yang telah dijabarkan di atas, disimpulkan beberapa poin seperti berikut:
1. Perpustakaan sebagai unit kerja.
2. Perpustakaan sebagai tempat pengumpul, penyimpan, dan pemelihara
berbagai koleksi bahan pustaka.
3. Bahan pusaka itu dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara
tertentu.
4. Bahan pustaka digunakan oleh pengguna secara berkelanjutan. 5. Perpustkaan sebagai sumber informasi.
2.2 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Dalam Undang-undang No. 43 Tahun 2007 tentang Pepustakaan dalam pasal 1, disebutkan bahwa Perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Sedangkan perpustakaan perguruan tinggi (PPT) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bersama-sama dengan unit lain melaksanakan Tri Dharma PT (Perguruan Tinggi) melalui menghimpun, memilih, mengolah, merawat serta melayankan sumber informasi kepada lembaga induk khususnya dan masyarakat akademis pada umumnya. (Pedoman PPT, Jakarta: Dirjen DIKTI, 1994, hal. 3) Adapun yang termasuk dalam PT meliputi universitas, institut, sekolah tinggi, akademi, politeknik dan atau PT lain yang sederajat.
Perpustakaan perguruan tinggi sering di sebut sebagai jantung perguruan tinggi, karena perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat kegiatan belajar mengajar dan dalam melakukan pusat penelitian.
Reitz dalam Hasugian (2009 : 79) menyatakan bahwa ; “ Perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut, A library or library system established, administered, and funded by a university to meet the information, research, and curriculum needs of its students, faculty, and staff”. Yang berarti bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang dibangun, diadministrasikan dan didanai
(11)
11
oleh sebuah universitas agar dapat memenuhi kebutuhan kurikulum baik itu untuk para mahasiwa, perguruan tinggi itu sendiri maupun staf pengajarnya.
Menurut Pamuntjak (2000 : 4) perpustakaan perguruan tinggi ialah perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas, perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi.
Oleh karena itu di lihat dari kebutuhan penggguna perpustakaan perguruan tinggi baik itu untuk staf pengajar maupun para mahasiswa, perpustakaan perguruan tinggi merupakan pusat informasi bagi pengguna dalam lingkungan perguruan tinggi itu sendiri.
Banyak usaha-usaha yang telah dilakukan dalam meningkatkan kinerja perpustakaan, namun masih sedikit pihak-pihak yang merasa tertarik dan peduli khususnya penyelenggara Negara dan masyarakat pada umumnya. Untuk itu perlu diberlakukan Undang-undang khusus tentang perpustakaan, yang telah dibuat oleh Perpustakaan Nasional RI yaitu Rancangan Undang-Undang Sistem Nasional Perpustakaan (RUU-SNP), yang sudah memperoleh rekomendasi Menteri Kehakiman dan HAM.
2.3 Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.3.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian yang inti dari suatu perguruan tinggi. Oleh karena itu tujuan perpustakaan perguruan tinggi harus bersumber dan sejalan dengan tujuan perguruan tinggi yang tecantum dalam Tridharma Perguruan Tinggi serta tujuan-tujuan khusus dari perpustakaan perguruan tinggi itu sendiri. Seperti dalam memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dan akan lebih baik apabila perpustakaan perguruan tinggi terdapat berbagai perpustakaan bagian seperti pada setiap fakultas, departemen atau jurusan, pusat kajian dan sebagainya. Karena dengan adanya bagian-bagian perspustakaan tersebut akan dapat saling membantu untuk mendukung pencapaian tujuan dari perpustakaan pusat atau induk itu sendiri. Namun dalam segi pengelolaan, disetiap perpustakaan
(12)
12
perguruan tinggi memiliki sistem yang berbeda-beda. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang harus dapat dicapai sesuai degan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah dilihat dari segi pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dalam pembahasan bukunya, Pamuntjak (2000: 5) menyatakan bahwa; "Tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah membantu perguruan tinggi dalam menjalankan program pengajaran".
Menurut Yuven (2010: 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut;
1. Dalam menunjang pendidikan dan pengajaran maka Perpustakaan
Perguruan Tinggi bertujuan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi utuk mahasiswa dan dosen sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
2. Dalam menunjang penelitian maka kegiatan Perpustakaan Perguruan
Tinggi adalah mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan menyebarluaskan informasi bagi peneliti baik intern institusi atau ekstern di luar institusi.
3. Dalam menunjang pengabdian masyarakat maka Perpustakaan
Perguruan Tinggi melakukan kegiatan dengan mengumpulkan, mengolah, menyimpan, menyajikan dan melakukan tugas rutin untuk mengadakan, mengolah dan merawat pustaka serta mendayagunakan untuk kepentingan civitas academika pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Karena itu tujuan penyelenggaraan perpustakaan perguruan tinggi adalah untuk memberikan pelayanan inormasi dan bahan lainnya untuk pemenuhan kebutuhan informasi masyarakat penggunanya, guna mendukung pelaksanaan program perguruan tingginya.
(13)
13
Menurut Brindley dalam Agus (2009: 1) tujuan perpustakaan perguruan tinggi pada umumnya adalah:
1. Menyediakan akses yang mudah dan cepat kelokasi yang ada serta koleksi
khusus untuk menunjang program institusi yaitu pembelajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
2. Menyediakan akses cepat untuk mendapatkan koleksi yang lebih luas dan
data terekam dari luas perpustakaan.
3. Menyediakan beragam jasa informasi untuk menunjang kebutuhan kelompok
penelitian masyarakat perguruan tinggi lainnya.
4. Mengembangkan penanganan informasi dan kemampuan perpustakaan dan
mendorong pengguna untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan dan sumber informasi yang dimiliki perpustakaan.
2.3.2 Fungsi Perpustakaan Perguruan Tinggi
Agar mencapai tujuan dengan sempurna, perpustakaan perguruan tinggi harus dapat menjalankan fungsinya dengan baik.
Adapun fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000: 5) adalah sebagai berikut:
a) Pusat pelestarian ilmu pengetahuan b) Pusat belajar
c) Pusat pengajaran d) Pusat penelitian
e) Pusat penyebaran Informasi
Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus menjalankan fungsinya dengan baik. Adapun fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2004: 3) adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Edukasi Perpustakaan
Yang merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan pembelajaran setiap program studi,
(14)
14
koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi Informasi Perpustakaan
Merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi Riset Perpustakaan
Menyediakan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4. Fungsi Rekreasi
Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi Publikasi Perpustakaan
Perpustakaan juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya yakni sivitas akademika dan staf non-akademik.
6. Fungsi Deposit Perpustakaan
Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh pengguna perpustakaan perguruan tinggi yang bersangkutan.
7. Fungsi Interpretasi Perpustakaan
Bahwa perpustakaan melakukan kajian dan memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang dimilikinya untuk membantu pengguna dalam melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Sesuai dengan pendapat di atas, dapat menyimpulkan bahwa perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam melaksanakan program Tri Dharma perguruan tinggi. Dalam melaksanakan tujuannya, perpustakaan perguruan tinggi juga manjalankan
(15)
15
fungsinya yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset, fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.
2.4 Organisasi dan Staf 2.4.1 Organisasi
Menurut Sutarno NS (2006: 46) organisasi adalah “suatu bentuk kerja
sama antara sekelompok orang berdasarkan suatu keterikatan (perjanjian)untuk mencapai suatu tujuan bersama yang tertentu”. Dan perpustakaan merupakan suatu satuan kerja organisasi, badan atas lembaga.
Dan menurut Suwarno (2010: 80) alangkah baiknya apabila sebuah perpustakaan memiliki hal-hal berikut ini dalam pengorganisasian, yaitu;
1. Adanya organisasi.
2. Dalam surat keputusan pendiriannya harus (setidaknya) tercantum secara jelas tugas, fungsi, wewenang, tanggung jawab dan struktur organisasinya.
3. Surat keputusan itu merupakan landasan hukum konsideran, pertimbangan
tentang pembentukan perpustakaan.
Menurut Suwarno (2010: 80) menyatakan bahwa berikut ini merupakan kebutuhan pokok perpustakaan sebagai unit kerja;
1. Gedung (ruangan)
Gedung dan ruangan digunakan untuk menampung koleksi pembaca, layanan, kegiatan pengolahan bahan pustaka dan kegiatan administrasi. Dan perpustakaan tersebut harus dilengkapi dengan berbagai sarana, prasarana, perabot, dan perlengkapan yang di perlukan, serta persyaratan-persyaratan standar bagi perpustakaan.
2. Koleksi bahan pustaka
Koleksi bahan pustaka merupakan hal yang paling dibutuhkan untuk suatu perpustakaan, karena melalui koleksi bahan pustaka perpustakaan menjadi lebih dikenal sebagai pusat informasi, pendidikan, penelitian, dan pengembangan ilmu pengetahuan.
3. Perlengkapan dan perabot
Perlengkapan dan perabot yang diperlukan oleh perpustakaan sekurang-kurangnya adalah rak yang digunakan sebagai penyimpanan bahan pustaka,
(16)
16
meja baca, kursi untuk pegawai perpustakaan dan pengunjung perpustakaan, lemari katalog, serta lemari penyimpanan bahan pustaka. Perlengkapan ini ditujukan agar tugas-tugas dan fungsinya dapat berjalan.
4. Mata anggaran atau sumber pembiayaan
Hal ini diberlakukan agar menjadi sarana untuk menjamin tersedianya anggaran pendapatan dan belanja setiap tahun.
5. Tenaga kerja
Tenaga kerja adalah pelaksana kegiatan di perpustakaan. Tenaga kerja ini meliputi kepala perpustakaan, dan tenaga administrasi yang harus memenuhi persyaratan dan kualifikasi karena perpustakaan merupakan salah satu pekerjaan yang bersifat fungsional.
Suatu organisasi akan berjalan baik apabila terdapat prinsip-pinsip yang menjadi landasan geraknya. Prinsip-prinsip tersebut menurut Lasa HS (2005: 277) adalah:
1. Perumusan tujuan
Tujuan organisasi harus jelas dan diketahui oleh seluruh elemen yang terkait dalam oganisasi itu. Dengan tujuan tertentu, aktivitas-aktivitas yang dilakukan akan mengarah pada tujuan yang telah dirumuskan itu
2. Pembagian Kerja
Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi, perlu adanya pembagian tugas yang jelas. Tanpa pembagian tugas yang jelas, akan terjadi tumpang tindih pekerjaan dan dari sini akan terjadi pemborosan
3. Pembagian wewenang
Dengan kekuasaan yang jelas pada masing-masing orang/kelompok dalam suatu ogasnisasi, maka dapat dihindarkan terjadinya benturan kepentingan dan tindakan. Hal ini dimungkinkan karena setiap orang akan mengetahui batas-batas wewenang untuk bertindak
4. Kesatuan Komando
Dalam sistem organisasi yang baik harus ada kesatuan komando/perintah agar tidak terjadi kebingungan di tingkat pelaksana. Oleh karena itu, dalam sistem organisasi perpustakaan perlu dihindarkan adanya dualisme pengaruh dan
(17)
17
kekuasaan dalam berbagai tingkat manajerial, baik pada manajer puncak, manajer menengah
5. Koordinasi
Koordinasi merupakan proses pengintegrasian tujuan pada satuan-satuan yang terpisah dalam suatu lembaga untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi ini sangat penting bagi suatu lembaga untuk menyatukan langkah, mengurangi benturan tugas, dan mengurangi timbulnya konflik internal
Pengorganisasian menurut Lasa HS (2005: 275) merupakan penyatuan langkah dari seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh elemen-elemen suatu lembaga. Penyatuan langkah ini penting agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
Menurut Lasa HS (2005: 278) “Struktur Organisasi adalah mekanisme formal untuk pengelolaan diri dengan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab berbeda-beda.Oleh karena itu, struktur oganisasi yang baik akan mencakup unsur-unsur spesialisasi kerja, strukturisasi, sentralisasi, dan koordinasi.
2.4.2 Staffing
Staf merupakan sumber daya manusia yang paling dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan perpustakaan perguruan tinggi. Staf memiliki pean yang dinamis dalam pelaksanaan seluruh kegiatan kerja, sehingga perpustakaan dapat befungsi sesuai dengan peranannya di perguruan tinggi. Karena itu baik atau tidaknya layanan informasi sebuah perpustakaan ditentukan dari layanan staf yang bersangkutan.
Dalam hal ini maka pengelolaan yang baik pada suatu perpustakaan, diperlukan staf yang memliki tingkat pendidikan, keahlian dan keterampilan masing-masing staf. Seperti pada perpustakaan peguruan tinggi maka staf atau pustakawan diminya memliki spesialisasi dalam bidangnya, yaitu perpustakaan. Dan staf yang menjalankan kegiatan-kegiatan pada perpustakaan disebut dengan pustakawan.
(18)
18
Fungsi staf sangatlah penting bagi sebuah perpustakaan. Oleh karena itu, harus mampu menempatkan seorang staf sesuai dengan tempatnya. Kumar (2003: 80) membagi staf ke dalam 3 kategori :
The staff in a library may be divided into the following three categories: a) Professional
b) Supporting (administrative)
c) Supporting (technical) / para professional
Maksud dari defenisi diatas adalah, bahwa staf di perpustakaan dapat dibagi dalam 3 kategori:
a) Profesional, yaitu staf dengan pendidikan ilmu perpustakaan b) Administrasi, yaitu seperti sekretaris dan asisten pustakawan
c) Pendukung teknis pelayanan perpustakaan seperti petugas shelving,
sirkulasi, dll.
2.5 Koleksi
Koleksi perpustakaan adalah semua bahan pustaka yang dikumpulkan, diolah, dan disimpan untuk disajikan kepada masyarakat guna memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi.
Dan dilihat dari wadah atau penciptaannya, koleksi perpustakaan terdiri dari:
1. Bahan Tercetak (Printed)
Koleksi ini adalah seperti buku, majalah, surat kabar, tesis, skripsi, selebaran, dan lain sebagainya yang dicetak berbasis kertas
2. Bahan Terekam (Recorded)
Koleksi yang termasuk dalam ciptaan ini adalah berupa kaset, video, disket, CD-ROOm, bahan pandang dengan (audio visual), kit, realita, multimedia, dan lain sebagainya yang direkam dalam berbagai media misalnya di tasa pita magnetik
3. Bahan Terpasang (Online)
Bahan Terpasang atau online yang dimaksud adalah dimana secara fisik tidak ada di perpustakaan, tetapi dapat diakses melalui jaringan teknologi informasi. Seperti E-Books, E-Journals. Dari segi koleksi inilah maka kita
(19)
19
dapa mengenal istilah perpustakaan maya (virtual library), perpustakaan
elektronik (electronics library), perpustakaan digital (digital library), dll
Koleksi merupakan faktor yang paling terpenting dalam suatu perpustakaan. Karena koleksi merupakan suatu gambaran dari baik atau burukkah perpustakan tersebut. Oleh sebab itu perpustakaan wajib memberikan informasi yang sesuai dengan jenisnya dan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Terlebih unuk perpustakaan perguruan tinggi. Pengguna perpustakaan perguruan tinggi adalah pengguna yang tidak pernah habisnya dalam mencari informasi, seperti para dosen yang mencari bahan untuk kegiatan ajar-mengajarnya atau untuk penelitian dalam pekerjaan dibidangnya, mahasiswa dalam membutuhkan materi pembelajaran selain yang didapatkannya melalui ajar-mengajar di kelas tentulah mereka akan memperluas ilmu tersebut atau pengetahuan tersebut melalui perpustakaan.
Karena itu koleksi yang disediakan oleh perpustakaan khususnya perpustakaan perguruan tinggi haruslah mencukupi kebutuhan penggunanya agar dapat menunjang keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah perguruan tinggi. .
Koleksi yang telah dibina sesuai dengan jenisnya maka akan berguna bagi pemakainya dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Karena itu perpustakaan haruslah menyediakan berbagai jenis layanan. Seperti akses informasi, tenaga, waktu, petunjuk, maupun sarana lainnya. Pendayagunaan koleksi sangat diperlukan karena kegiatan ini merupakan upaya perpustakaan dalam merumuskan berbagai ketentuan/kebijakan. Kebijakan yang akan diterapkan pada layanan; merancang dan menyiapkan sitem layanan yang tepat beserta sarana dan
prasarananya. Karena itulah diperlukannya pembinaan koleksi dan
pendayagunaanya agar termanfaatkan dengan baik.
Sutarno NS (2006: 85) menyatakan bahwa pembinaan koleksi perpustakaan mencakup :
1. Perumusan kebijakan agar koleksi perpustakaan sesuai dengan keperluan
pemakai dengan jumlah bahan pustaka yang selalu mencukupi. Karena akan terlihat mutu sebuah perpustakaan melalui pembinaan koleksi.
(20)
20 2. Penjabaran kebijakan dalam bentuk :
a) Menyusun rencana operasional pembinaan koleksi. Seperti
merencanakan kebutuhan koleksi, sistem dan metode pengadaan, pengolahan, penyusunan, sera penyediaan anggaran yng diperlukan.
b) Menghimpun alat selesi bahan pustaka. Kegiatan ini adalah
mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan dipakai dalam proses penyeleksian dan penentuan bahan pustaka yang akan diadakan. Seperti katalog penerbitan, bibliografi, abstrak dan indeks, brosur terbitan terbaru dan dalam terbitan tambahan.
c) Survey minat pemakai. Kegiatan ini pada dasarnya adalah membuat
instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat laporan hasil survey untuk mengetahui bidang/subjek yang diminati pemakai, jenis bahan pustaka yang diperlukan. Survey minat pemakai yang dapat dilakukan penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh pustakawan dengan para pemakai potensial yang rajin ke perpustakaan.
d) Melakukan survey bahan pustaka. Kegiatan ini adalah mengamati
langsung keberadaan bahan pustaka di toko buku, pameran dan perpustakaan lainnya untuk mendapatkan informasi dalam terbitnta buku-buku yang baru, buku-buku yang sudah lama namun masih diperlukan oleh perpustakaan, tukar-menukar antar perpustakaan dll.
e) Membuat dan menyusun desiderata. Kegiatan ini adalah membuat
deskripsi bahan pustaka dalam bentuk kartu atau daftar dan disusun menurut aturan tertentu unuk digunakan sebagai bahan seleksi bahan pustakan dalam pengadaan
2.6 Pengadaan
Dengan berkembangnya teknologi tentunya setiap perpustakaan akan mengikuti perkembangan tersebut. Dikarenakan agar perpustakaan mampu memberikan informasi yang terbaru bagi penggunanya. Baik itu dalam segi koleksi terbaru setiap kurun waktu tertentu. Karena itu diperlukan kegiatan
(21)
21
pengadaan koleksi agar dapat menunjang kegiatan-kegiatan perpustakaan agar lebih baik.
Pengadaan itu sendiri merupakan salah satu bagian dari pekerjaan perpustakaan yang mempunyai tugas mengadakan dan mengembangkan koleksi-koleksi yang menghimpun informasi dalam segala macam bentuk, seperti buku, majalah, brosur, tukar menukar maupun pembelian.
Dalam kegiatan pengadaan koleksi-koleksi bisa didapat melalui pembelian atau sumbangan dll. Namun koleksi-koleksi tersebut harus diseleksi berdasarkan relevansinya dengan jenis perpustakaan, kemtakhirannya, informasi yang terbaru.
Pustakawan yang melakukan pengadaan hendaklah memaksimalkan kegiatan pengadaan tersebut, agar koleksi-koleksi perpustakaan dapat dimanfaatkan dengan baik. Dalam buku pedoman perpustakaan perguruan tinggi (2004: 53) dinyatakan bahwa alat bantu yang biasa digunakan untuk memilih bahan pustaka adalah:
1. Silabus mata kuliah 2. Bibliografi
3. Tinjauan dan resensi
4. Pangkalan data perpustakaan lain 5. Sumber-sumber lain dari internet.
Alat bantu tersebut merupakan sumber dari gambaran koleksi yang diinginkan. Dari sumber internet misalnya, selain dalam bentuk tercetak perpustakaan juga dapat memiliki koleksi noncetak seperti berlangganan e-journal
aau e-books.
Menurut HS(2002: 10) bahwa kriteria pengadaan bahan pustaka harus berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Relevansi
Untuk pembelian dan penerimaan koleksi perpustakaan hendaknya selalu dikaitkan dengan tujuan perpustakaan yang bersangkutan
2. Perundangan dan peraturan pemerintah
Pengelola perlu memerhatikan pandangan, peraturan maupun kebijakan pemerintah pusat atau daerah tentang penerbitan dan perbukuan Indonesia
(22)
22
3. Penulis
Perpustakaan harus hati-hati dalam pembelian buku karena penulis sering memasukkan ide atau pemikiran yang idak sejalan dengan pola pemikiran ajaran-ajaran Islam dengan kurikulum yang berlaku
4. Penerbit
Karya cetak yang dipilih harus merupakan produk penerbit dengan standar kualitas yang tinggi dan reputasi yang baik khususnya dalam penyajian materi 5. Kualitas Materi
Yang perlu diperhatikan dalam kalimat materi adalah tentang fisik buku seperti kualitas kertas, penjilidan, maupun tata letak lay out. Dari sini dapat diketahui buku asli atau bajakan
6. Sistematika Penulisan
Sebuah buku harus mengikuti tata cara penulisan yang berlaku, seperti pembagian bab, penomoran, pemilihan huruf besar dan kecil, dan sebagainya. Buku yang tidak sistematika akan membingungkan pemakainya.
7. Tahun Terbit
Dalam pemilihan buku terutama buku-buku pelajaran hendaknya dipilih buku terbitan terbaru karena kandungan isi buku terbitan lama mungkin sudah tidak sesuai dengan kerikulum yang berlaku.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memperoleh bahan pustaka dengan pembelian, hadiah, tukar menukar, titipan dan penerbitan sendiri.
1. Pembelian
Melalui pembelian bahan pustaka adalah salah satu cara yang efektif dan efisien. Melalui pembelian, koleski yang dibutuhkan dapat diindetifikasikan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan bebas menentukan pilihan bahan pustaka. Dalam melakukan kegiatan ini, pustakawan tentu memerlukan dana/anggaran . dan pustakawan hendaklah menggunakan dana/anggaran sebaik-baiknya. Dan cara-cara pembelian bahan pustaka adalah:
a) Pemesanan langsung kepada penerbit
(23)
23
b) Pemesanan melalui agen
Pemesanan ini dilakukan apabila bahan pustaka yang dipesan dalam jumlah banyak dan diterbitkan lebih dari satu penerbit
c) Pemesanan secara tetap
Pemesanan ini dilakukan untuk bahan pustaka yang diterbitkan secara berseri/berkala, seperti jurnal, najalah, dll
2. Sumbangan atau Hadiah
Selain pembelian koleksi bahan pustaka juga dapat diperoleh melalui sumbangan atau hadiah. Sumbangan atau hadiah bisa didapat dari departemen pendidikan atau perpustakaan lain yang telah menjalin kerja sama antar perpustakaan.
3. Tukar-menukar
Tukar-menukar ini biasanya dilakukan oleh 2 perpustakaan atau lebih yang telah menjalin kerjasama. Hal ini dilakukan apabila terdapat koleksi yang memiliki kelebihan eksemplar atau apabila perpustakaan tidak mendapatkan bahan pustaka yang diinginkan sehingga meminta bantuan dengan perpustakaan lain.
4. Titipan
Apabila sebuah perpustakaan atau instansi lain melakukan penitipan bahan pustakanya ke sebuah perpustakaan maka harus terjalin kesepakatan antar dua belah pihak agar tidak terjadi kesalah pahaman di kemudian hari.
5. Penerbitan Sendiri
Penambahan koleksi dengan penerbitan sendiri diperoleh dari terbitan lembaga induknya. Perpustakaan hendaknya dijadikan sebagai pusat penyimpanan
(depository) semua terbitan lembaga induknya. Koleksi yang diperoleh melalui lembaga induk yang bersangkutan akan sangat membantu kelancaran tugas lembaga ilmiah dalam penyebaran informasi yang diterbitkan lembaga tersebut.
2.7 Pengolahan
Menurut Kumar (2003: 135) mengenai pengolahan bahwa:
First of all easing of the back and cutting open of the pages is done. Next classification and cataloguing take place. This is followed by stamping,
(24)
24
tagging, date labeling, pocket fixing and fixing ownership slip. The completion work is carried out. After this checking of classification and cataloguing take place. Finally catalogue cards are filed.
Maksud dari pernyataan diatas adalah dalam melakukan pengolahan bahan pustaka adalah pertama-tama memeriksa kembali bahan pustaka, selanjutnya melakukan proses klasifikasi dan katalogisasi, kegiatan ini dilanjutkan dengan memberi stempel, memberi label pustaka, memberi kantong peminjaman, dan slip kepemilikan, setelah itu memeriksa kembali klasifikasi dan katalogisasinya dan terakhir membuat kartu katalog.
Menurut Sutarno NS (2006: 179) pengolahan adalah pekerjaan yang diawali sejak koleksi diterima di perpustakaan samapai dengan penempatan di rak atau di tempat tertentu yang telah disediakan. Untuk kemudian siap digunakan oleh pengguna.
1. Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan dalam hal penginventarisasian bahan pustaka ke dalam buku induk. Seperti pencatatan dalam kolom induk dari mulai nomor urut, tanggal, sumber, (pembelian, hadiah, tukar-menukar dll), nomor inventaris, pengarang, judul, penerbit, tahun terbit, jumlah (judul, eksemplar), nomor kelas, bahasa, jenis koleksi (fiksi, nonfiksi, referensi) dan keterangan. Selain itu setiap buku atau bahan pustaka lainnya harus dicap aau distempel agar menandakan bahwa bahan pustaka tersebut milik perpustakaan.
Selain itu pendataan bahan pustaka dapat didata menggunakan komputer, dan pada kegiatan ini alangkah baiknya pabila perpustakaan telah menggunakan otomasi perpustakaan. Dengan menggunakan otomasi perpustakaan tentu akan lebih memudahkan baik itu pustakawan dalam kegiatan inventarsisasi maupun pengguna dalam pencarian bahan pustaka.
(25)
25
Berikut merupakan contoh kolom inventarisasi suntuk bahan monograf:
Tgl No. Indu k
Pengarang Judul +Kolasi Judul Seri Kota Terbit; Penerbit Tahu n
Bahasa Jumlah
Harga Asal
Buku No. Klas In Asing Judul Eks
5-1 2010
1/D/
2010 ANDRES
Budidaya Petani ii,31p.:Ilu
s.;27 cm
- Yogyakarta
: Kanisius 2009 v - 1 5 - Hadiah
633.875 And
b
Sumber : Partini (2000: 12)
Berikut merupakan contoh cap milik perpustakaan : MILIK/KOLEKSI
PUSAT PERPUSTAKAAN DAN PENYEBARAN TEKNOLOGI PERTANIAN
Sumber : Partini (2000: 7)
2. Klasifikasi
Klasifikasi merupakan kegiatan untuk mengelompokkan subjek bahan pustaka yang sesuai dengan nomor kelas bahan pustaka. Dan klasifikasi yang
dikenal adalah menggunakan Dewey Decimal Classification (DDC), Universal
Decimal Classification (UDC), Library of Congress Classification (LCC), dll.
Selain itu pada Dewey Decimal Classification (DDC), ada sepuluh
kelas utama yaitu:
000 Karya Umum
100 Filsafat dan Psikologi 200 Agama
300 Ilmu-ilmu Sosial 400 Bahasa
500 Sains Murni
600 Ilmu Terapan (Teknologi) 700 Kesenian, Hiburan, Olahraga 800 Kesusasteraan
(26)
26 3. Katalogisasi
Tylor dalam Hasugian menyatakan (2009:152) menyatakan bahwa; “Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari berbagai bentuk fisik antara lain katalog berbentuk buku, katalog berbentuk kartu, katalog berbentuk mikro, katalog komputer terpasang. Untuk pengolahan perpustakaan secara konvensional sering menggunakan katalog kartu.
Dan pada katalogisasi yang merupakan kegiatan membuat deskripsi data bibliografi suatu bahan pustaka menurut standar atau peraturan tertentu. Hasil dari mengkatalogisasi dapat berupa deskripsi (entry) yang dibuat dalam bentuk kartu katalog atau yang dimuat dalam pangkalan data komputer.
Katalog kartu yang standar menggunakan karton halus, kat dan tipis berukuran 12,5 x 7,5 cm, berlubang yang terletak di bagian sisi bagian bawah, dan di tengah-tengah antara sisi kiri dan kanan kartu.
Kartu-kartu katalog yang dibuat dapat terdiri atas:
a. Katalog pengarang
b. Katalog judul
c. Katalog subjek
d. Katalog klasifikasi
Katalog perpustakaan
Sumber: Hasugian (2009 : 153) 612 6
Cra Crawley, Lawrence Q.
R Reproduction sex and preparation for marriage / Lawrence Q. Crawley
ssssssssssaand J. R Clarke. - -3rd. Ed. - - Oxford: Clarendon Press, 1986
Aaaaaaaaaaaaa464 p. : ilus.; 23 cm
Aaaaaaaaaaaa Bib. : pada setiap bab
Aaaaaaaaaaaaa Ind. : p. 453 – 464
Aaaaaaaaaaaaa ISBN : 0-19-857639-0
Aaaaaaaaaaaaa REPRODUCTION 2. SEX 3. MARRIAGE
(27)
27 4. Pelabelan
Pelabelan ialah kegiatan membuat/menulis nomor penempatan (call
number) pada setiaap bahan pustaka, kemudian menempatkannya pada punggung
masing-masing buku dengan nomor kelas yang telah ditentukan.
Kegunaan dari kegiatan ini adalah adalah untuk memudahkan pencarian koleksi yang diinginkan sesuai dengan nomor kelas yang ditentukan tanpa harus melihat satu persatu rak buku.
Label yang berisikan nomor panggil memiiki aturan dalam penempelannya. Sutarno NS (2006: 184) mengutarakan bahwa; “Label dibuat dan ditempatkan pada punggung bagian bawah ± 3 cm dari ujung bawah buku”. Kemudian label buku berisi nomor panggil/kode klasifikasi, tiga huruf pertama pengarang, dan satu huruf pertama judul buku.
Berikut merupakan contoh pelabelan bahan pustaka:
Pelabelan Bahan Pustaka
2.8 Pelayanan Pengguna
Pelayanan pengguna merupakan salah satu kegiatan terpenting dalam perpustakaan. Dan merupakan upaya untuk menyebarluaskan informasi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Dalam melakukan pelayanan perpustakaan, pengguna akan memperoleh informasi secaa optimal serta memanfaatkan berbagai
sarana yang telah disediakan, seperti kartu manual dan OPAC (Online Public
Access Cataloging). Hal ini diberlakukan agar memenuhi pelayanan pengguna
dalam penggunaan fasilitas yang dimiliki oleh perpustakaan serta dalam pencarian informasi.
020 Sja
p
(28)
28
Kegiatan pelayanan pengguna bertujuan agar suatu perpustakaan mendapat perhatian dari masyarakat atas pelayanan dan kesanggupan perpustakaan dalam mencapai tujuannya. Karena setiap pandangan masyarakat baik untuk perpustakaan kecil atau besar, tentunya melihat bagaimana seistem pelayanan pengguna dari suatu perpustakaan.
Menurut Pamuntjak (2000: 96) untuk menyelenggarakan agar perpustakaan dapat memuaskan pengguna dilihat dari tersedianya hal-hal seperti berikut ini;
1. Terkumpulnya koleksi pustaka yang berkualitas dan tersusun baik.
2. Tersedianya tempat yang menarik dan nyaman bagi pengunjung.
3. Adanya petugas yang memberi pelayanan yang efisien, ramah dan
sopan.
Dan apabila telah diberlakukan hal-hal yang telah dijabarkan diatas maka akan terjalin hubungan yang baik antara pengguna dan pengunjung. Karena pengunjung tentu akan merasa nyaman apabila mendapati ruangan yang tenang, sikap yang ramah melalui pegawai perpustakaan. Karena itu hal ini membantu suatu perpustakaan dalam mendapatkan pencitraan yang baik dari penggunanya itu sendiri.
2.8.1 Sistem Pelayanan Pengguna
Dalam proses kegiatan di perpustakaan dikenal dengan dua sistem pelayanan yang umum digunakan. Kedua sistem layanan ini adalah sistem pelaynan terbuka (open access) dan sistem pelayanan tertutup (closed access). Sistem ini dilakukan agar para pengguna dapat menggunakan koleksi perpustakaan dengan baik.
1. Sistem Pelayanan terbuka (open access)
Pelayanan terbuka (open access) adalah suatu cara peminjaman yang
memungkinan pengguna untuk masuk keruangan koleksi untuk memilih, mengambil sendiri koleksi yang sesuai. Menurut Sjahrial-Pamuntjak (2000: 17) sistem pelayanan terbuka adalah “sipeminjam dapat melihat dan memeriksa
(29)
29
sendiri apakah diantara buku di perpustakaan ada yang berkenan dengan yang dicarinya”.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan menggunakan sistem pelayanan terbuka, yaitu;
a) Pengguna bebas memilih sendiri bahan pustaka yang dibutuhkan pada
rak buku tanpa harus melalui katalog ataupun petugas.
b) Kebebasan memilih dan melihat langsung bahan pustaka pada rak
buku dapat menimbulkan rangsangan untuk membaca buku.
c) Jika buku yang dikehendaki tidak ada, maka penguna dapat memilih
buku yang lain sebagai gatinya sesuai yang dibutuhkan Sedangkan kelemahan menggunakan sitem pelayanan terbuka adalah;
a) Kemungkinan peletakan yang salah dalam rak lebih besar daripada jika pegawai perpustakaan yang mengambil buku.
b) Membutuhkan petugas yang lebih banyak untuk menjaga keutuhan
susunan bahan pustaka dan pengawasan pengguna.
2. Sistem Pelayanan Tertutup (closed access)
Pelayanan tertutup adalah (closed access) adalah suatu cara peminjaman yang tidak memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri koleksi perpustakaan. Pada sistem pelayanan tertutup, pengguna tidak dapat langsung memilih buku yang dibutuhkan. Setiap pengguna yang membutuhkan buku dapat diperoleh melalui petugas perpustakaan.
Menurut Pamuntjak (2000: 18) “sistem pelayanan tertutup (closed access) artinya petugas mebantu mencari judul pada katalog dan selanjutnya buku diambil dari ruang buku”.
Adapun kelebihan menggunakan sistem pelayanan tertutup (closed access) adalah kemungkinan dalam salah peletakan pada rak berkurang karena pegawai sendiri yang melakukan shelving. Sedangkan untuk kekurangannya adalah pengguna tidak dapat memilih sendiri bahan pustaka yang dibutuhkan.
(30)
30 2.8.2 Jenis-jenis Pelayanan Pengguna
Demikian dengan pelayanan pengguna, layanan ini sangat diperlukan dari sebuah perpustakaan perguruan tinggi. Sehubungan dengan kepuasan pengguna dengan sistem layanan perpustakaan, karena apabila pengguna telah mendapat kepuasan maka akan semakin baik dalam mencapai tujuan dari perguruan tinggi tersebut.
2.8.2.1Layanan Sirkulasi
Sirkulasi adalah kegiatan pada perpustakaan yang melayani pengguna dalam hal peminjaman, pengembalian, pemesanan maupun perpanjangan peminjangan bahan pustaka.
Sutarno NS (2006: 93) mendefenisikan bahwa; “sirkulasi adalah kegiatan melayani pemakai jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman, dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya.
Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000: 96) menyatakan bahwa; “Sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk dibawa ke luar perpustakaan”.
Pada layanan sirkulasi untuk bahan pustaka yang boleh dan dapat dipinjam dibaca di luar perpustakaan pada umunya adalah koleksi umum (bukan termasuk referensi). Petugas layanan sirkulasi harus mengecek kondisi bahan pustaka yang akan dipinjam atau dikembalikan, antara lain dalam hal keutuhan dan kelengkapan jumlah halaman, dan ada atau tidaknya coretan, dan lain sebagainya. Agar tidak terjadi kesalahan pahaman antara petugas layanan sirkulasi dengan pengguna. Tujuan diadakannya layanan sirkulasi adalah:
a) Agar pengguna dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan seoptimal
mungkin
b) Petugas pustakawan mengetahui koleksi yang sedang dipinjam dan waktu
pengembaliannya sehingga status koleksi jelas. Dan apabila ada koleksi yang masih dipinjam pengguna dapat melakukan pemesanan terlebih dahulu
c) Dapat terjaganya bahan pustaka dari kehilangan atau tidak kembali pada
(31)
31
d) Perpustakaan dapat mengetahui statistika peminjaman koleksi. Seperti buku
apa yang sering dipinjam atau buku yang sama sekali tidak pernah dipinjam. Dengan ini perpustakaan dapat mengevaluasi kembali koleksinya.
2.8.2.2Layanan Referensi
Layanan referensi adalah layanan pada perpustakaan yang menyediakan koleksi berupa kamus, ensiklopedi, direktory, almanak, hand book dll. Dan koleksi pada layanan referensi biasanya tidak dapat dipinjam oleh pengguna hanya digunakan dalam ruangan layanan referensi saja.
Menurut Sutarno NS (2006: 94) bahwa; “Layanan referensi adalah layanan yang hanya dapat diberikan terbatas di perpustakaan”
Hal ini dilakukan karena beberapa pertimbangan misalnya keterbatasan koleksi yang hanya beberapa. Contohnya seperti pada ensiklopedi, biasanya ensiklopedi dalam bentuk serial memiliki seri hingga12 seri. Dan umumnya harga dari seri ensiklopedi ini cukup mahal sehingga perpustakaan hanya menyediakan satu paket saja. Karena itulah layanan referensi memiliki keterbatasan apabila dipinjamkan dengan pengguna.
Sehingga dalam segi peletakkan tidak digabung dengan peletakkan koleksi bahan pustaka yang lainnya. Yang berarti layanan referensi memiliki ruangan khusus tersendiri dan dengan pengawasan petugas pustakawan.
2.8.2.3Layanan Digital
Layanan ini berguna dalam penelusuran bahan pustaka oleh pengguna secara online. Karena selain untuk koleksi cetak pengguna dapat mencari bahan pustaka secara digitalisasi atau online. Melalui online tentu memberikan keuntungan bagi pengguna karena dapat menelusur bahan pustaka yang diinginkannya tanpa batas. Dan dengan menyediakan layanan internet bagi pengguna. Tentu pengguna akan dapat menambah wawasan dalam jangkauan yang luas, hal ini sangat penting bagi perpustakaan digital.
Namun selain koleksi non cetak, koleksi cetak juga tidak dapat ditinggal dalam pencarian informasi. Karena itu untuk menambah minta dan lebih
(32)
On-32
line Public accses cataloging). Menurut Hasugian (2009: 154) OPAC (On-line Public accses cataloging) adalah sistem katalog yang terpasang secara umum, dan dapat dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, mendapatkan tentang informasi koleksi dan status koleksi apakah tersedia atau tidak. Karena itu
dapat dikatakan bahwa OPAC (On-line Public accses cataloging) adalah suatu
sistem temu baik informasi berbasis komputer yang dilakukan oleh pengguna untuk menelusur koleksi suatu perpustakaan atau unit informasi lainnya.
2.8.2.4Layanan Terbitan Berseri
Layanan terbitan berseri merupakan layanan perpustakaan yang memberikan jasa yang menyediakan bahan pustaka berseri seperti jurnal, majalah, koran, buletin dll.
Terbitan berkala/berseri mempunyai ciri/karakteristik yang membedakan dengan publikasi atau koleksi lain yaitu:
1. Dalam satu kali terbit memuat beberapa tulisan yang ditulis oleh beberapa
orang dengan topik dan gaya bahasa yang berbeda.
2. Artikel atau tulisan pada umumnya tidak terlalu panjang sebagaimana buku
teks.
3. Menyampaikan berita, peristiwa, penemuan dan ide baru atau sesuatu yang
dianggap menarik perhatian masyarakat pada umumnya.
4. Dikelola oleh sekelompok orang, yang kemudian membentuk perkumpulan,
organisasi maupun susunan redaksi.
5. Merupakan bentuk arsip ilmiah yang telah diketahui oleh masyarakat umum
6. Terbit terus menerus dengan memiliki kala, waktu, frekuensi terbit tertentu.
2.9Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Pustaka
Pemeliharaan dan perawatan bahan pustaka merupakan suatu kegiatan dalam dalam melestarikan bahan Pustaka. Pelestarian bahan pustaka adalah usaha-usaha yang dilakukan pustakawan dalam memelihara bahan pustaka agar masih tetap bisa digunakan walaupun bahan pustaka tersebut merupakan terbitan lama atau tahun-tahun terdahulu.
(33)
33
Dalam pemeliharaan bahan pustaka terdapat 4 kegiatan penting yang dilakukan. Menurut Jamridafrizal (2012: 3) kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
1. Preservation
Merupakan penanganan yang berhubungan langsung dengan bahan pustaka. Umumnya kerusakan oleh udara lembab, faktor kimiawi, serangga dan mikroorganisme harus dihentikan untuk menghindari kerusakan lebih lanjut. Selain itu preservation memiliki nilai yang sama dengan conservation untuk istilah pemeliharaan dokumen. Conservation merupakan perlindungan dan pengawetan.
2. Consolidation
Kegiatan yang memperkuat bahan yang rapuh dengan memberi perekat (sizing) atau bahan penguat lainnya.
3. Restoration
Memperbaiki koleksi yang telah rusak dengan cara menambal, menyambung, memperbaiki jilidan dan mengganti bagian yang hilang agar bentuknya mendekati keadaan semula.
4. Reproduction
Membuat kopi dari bahan asli, termasuk membuat bentuk mikro dan foto reproduksi.
Tujuan utama program pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar koleksi bahan pustaka selalu sedia dan siap pakai. Hal ini dapat dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan kandungan informasi ke dalam media lain (alih media) seperti mikrofilm, mikrofish, foto reproduksi dan fotokopy. Atau melestarikan kedua-duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.
Dalam Sutarno NS (2006: 186) menjelaskan bahwa kegiatan memelihara dan merawat bahan pustaka meliputi kegiatan :
1. Menyusun rencana operasional, seperti menyusun rencana program,
menyusun rencana kebutuhan dan menyiapkan perlengkapan. 2. Mengidentifikasi bahan pustaka.
3. Mengelola jajaran bahan pustaka dan kartu katalog
(34)
34
5. Mereproduksi bahan pustaka, sejauh memungkinkan, ditinjau dari segi aturan perundang-undangan yang berlaku (hak atas kekayaan intelektual – HAKI) maupun kelayakan fisik koleksi.
2.9.1 Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Menurut Jamridafrizal (2012: 3) faktor penyebab kerusakan bahan pustaka di bagi menjadi 2 yaitu faktor lingkungan dan manusia.
2.9.1.1Faktor Lingkungan
1. Temperatur dan Kelembaban Udara
Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan menimbulkan beberapa masalah. Apabila terjadi kelembapan pada temperatur ruangan akan menyebabkan pertumbuhan jamur dan serangga. Selain tiu pada kelembapan udara yang terlalu tinggi maka akan menyebabkan tinta yang cair pada buku akan menyebar dan untuk kertas pada buku akan menempel dan susah dilepas apabila sudah kering.
Selain itu sebaliknya apabila kelembapan udara sangat rendah, akan menyebabkan kertas menjadi kering dan garis serta sampul yang terbuat dari kulit akan menjadi keriput.
Penanggulannya adalah dengan memberikan suhu ruangan tang statis atau tetap pada ruangan penyimpanan bahan pustaka. Apabila kelembapan terlalu tinggi hendaklah menghangatkan ruangan dengan penghangat ruangan dan apabila kelembapan terlalu rendah maka memberikan pendingin ruangan pada ruangan penyimpanan bahan pustaka. Namun apabila menggunakan penghangat atau pendingin ruangan hendaklah tidak mematikan alat tersebut sekalipun perpustakaan telah tutup. Karena dengan mematikan alat tersebut akan terjadi perubahan pada suhu dari panas ke dingin atau dari dingin ke panas yang akan menimbulkan kelembapan.
2. Cahaya
Cahaya atau energi radiasi juga mempunyai efek pada bahan pustaka. Cahaya akan mempercepat oksidasi dari melekol selulosa sehingga rantai ikatan kimia pada molekul tersebut terputus. Cahaya mempunyai pengaruh
(35)
35
pengelantang, menyebabkan kertas menjadi pucat dan tinta memudar. Karena pengaruh cahaya ini, lignin pada kertas akan bereaksi dengan komponen lain sehingga kertas berubah menjadi kecoklatan. Sinar tampak dalam cahaya dapat merusak bahan pustaka, akan tetapi sinar ultraviolet yang tidak tampak lebih reaktif dan lebih merusak. Radiasi ultra violet dengan panjang gelombang antara 300-400 nanometer menyebabkan reaksi fotokimia, radiasi ultra violet ini berasal dari cahaya matahari (25%) dan lampu TL (3-7%). Kerusakan karena cahaya sangat tergantung dari panjang gelombang dan makin lama waktu pencahayaan kertas makin cepat rusak.
Penanggulangannya adalah dengan menjauhkan peletakan rak-rak penyimpanan dari sinar matahari langsung. Seperti mengurangi jumlah ventilasi seperti jendela atau pintu yang terlalu lebar.
3. Pencemaran Udara
Pencemaran udara seperti gas sulfur dioksida, gas hidrogen sulfida dan gas nitrogenoksida yang berasal dari hasil pembakaran minyak bumi dari pabrik dan kendaraan bermotor dapat merusak bahan pustaka. sulfur dioksida dan nitrogen oksida.
Karena itu penanggulangannya adalah dengan menempatkan perpustakaan pada tempat-tempat tertentu, misalnya tidak dekat dengan industri pabrik yang menghasilkan zat-zat kimia yang dapat merusak kertas atau tinta bahan pustaka.
4. Faktor Biota
Faktor ini termasuk se perti serangga, jamur dan hewan pengerat lainnya. Spora pada jamur pada suhu kelembapan tertentu akan menyebabkan kertas melemah dan menimbulkan noda yang permanen.
Serangga yang biasa menyerang bahan pustaka adalah kecoa, silverfish, book lice, book worm dan rayap. Serangga ini memilih hidup di tempat- tempat yang hangat, gelap dan lembab. Serangga ini memakan bahan pustaka pada malam hari pada saat orang tidak ada. Kerusakan yang ditimbulkan biasanya tidak dapat dikembalikan seperti semula, karena ada bagian-bagian yang hilang atau berlubang. binatang pengerat merusak bahan pustaka karena dimakan dan dipakai
(36)
36
untuk membuat sarang. Binatang ini biasanya meninggalkan kotoran yang menyebabkan bahan pustaka menjadi kotor.
Karena itu penanggulangan yang dilakukan oleh pustakawan harus lebih sering memeriksa buku dan membersihkan bahan pustaka. Selain membersihkan bahan pustaka itu sendiri pustakawan juga wajib membersihkan area ruangan perpustakaan agar tidak mengundang hewan pengerat seperti tikus untuk berkembang biak atau hanya sekedar merusak bahan pustaka.
5. Bencana Alam
Bencana alam seperti kebanjiran, gemba bumi, kebakaran dan kerusuhan merupakanfaktor yang sangat sulit dihindari. Bencana alam ini dapat memusnahkan bahan pustaka dalam waktu singkat. Kerusakan yang terjadi karena kebanjiran dan air hujan adalah timbulnya noda oleh jamur dan kotoran yang dibawa oleh air. Noda yang ditimbulkan oleh jamur ini sangat sakit di hilangkan karena jamur berakar di sela-sela serat kertas. Dan manusia tidak akan pernah tahu kapan bencana alam ini terjadi atau tidak dapat mengira-ngira terjadinya.
Namun untuk penanggulangan dini pustakawan dapat membuat ruangan perpustakaan pada tempat yang lebih tinggi atau berada pada gedung di lantai 2 agar menghindari bencana alam seperti banjir.
2.9.1.2Faktor Manusia
Faktor penyebab yang besar bagi kerusakan bahan pustaka dimungkinkan karena keterlibatan manusia. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan secara langsung (misalnya :pencurian pengrusakan, penanganan yang kurang hati-hati) atau kerusakan secara tidak langsung misalnya memproduksi kertas dengan kualitas rendah, mutu jilidan yang rendah dan tidak adanya penyuluhan kepada staf dan penguna perpustakaan.
1. Kualitas Kertas
Ada beberapa faktor kerusakan yang harus diperhatikan di dalam usaha pelestarianbahan pustaka yang terbuat dari kertas. Faktor utama kerusakan dimaksud ialah mutu kertas itu sendiri, selain faktor-faktor kondisi penyimpanan, penjilidan dan seringnya dipakai atau dipinjam.Kualitas kertas yang baik untuk bahan pustaka dan arsip tidak sama dengan kualitas yang secara fisik terlihat baik.
(37)
37
Menurut para ahli, kualitas kertas yang baik sebagai bahan pustaka dan arsip adalah kertas yang bebas dari senyawa-senyawa asam dan lignin.
Lignin adalah zat yang banyak terkandung didalam serat-serat selulosa pada kayu. Kertas yang banyak mengandung lignin akan merubah warna kertas dari putih menjadi kuning kecoklatan dan kertas menjadi lapuk.
2. Salah Penanganan
Cara penanganan yang salah dan kurang hati-hati baik yang dilakukan oleh staf maupun pengguna dapat menyebabkan bahan pustaka menjadi rusak. Penanganan yang baik tidak dilakukan secara alamiah tetapi diajarkan. Sikap staf yang hati-hati dalam memperlakukan bahan pustaka merupakan contoh dan bukti pentingnya tindakan tersebut. Penanganan ini diatarannya adalah penyusunan (shelving), sirkulasi perpindahan (transif), menggunakan dan membaca bahan pustaka dan lain-lain agar lebih hati-hati.
3. Mutu Jilidan
Untuk mendapatkan jilidan haruslah dipikirkan maksud dan tujuan serta bentuk jilidannya. Umumnya pustakawan menginginkan bentuk jilidan yang kuat tanpa memiliki kesesuaiannya sehingga sering sekali justru dapat menyebabkan kerusakan. Menjahit kembali akan menghasilkan jilidan yang kuat, namun dengan menjahit kembali kadang kala buku-buku menjadi tidak dapat dibuka secara punuh. Oleh karena itu sedapat mungkin jahitan asli tetap dipertahankan. Memotong bagian tepi buku biasanya dilakukan agar hasil jilidan terlihat rapih, tetapi bila suatu saat buku tersebut harus dijilid kembali maka volume buku akan berkurang bahkan memungkinkan hilangnya sebagian tulisan.
Penggunaan bahan jilidan seperti katon, kertas pelindung yang mengandung asam dan lignin yang akan menyebabkan bahan kerusakan menjadi rapuh dan lemah. Karena asam yang terdapat pada karton dan lembar pelindung akan berpindah kedalam buku.
4. Penyimpangan
Kesalahan dapam penyimpanan barang dan peralatan dapat menyebabkan kerusakan fisik dan kimia. Kondisi ruang yang tidak sesuai akan penyebab tumbuhan jamur meningkatkan kandungan asam dan tempat bersarangnya serangga, tikus maupun mikroorganisme lainnya akan merugikan. Kondisi rak
(38)
38
penyimpanan yang kurang sesuai, misalnya kurang kuat, mudah terbakar, mempunyai sudut dan tepi yang tajam akan menyebabkan kerusakan. Memaksakan penyimpanan buku yang lebih tinggi dari lebar rak, akan merusakan jilidan dan kertas menjadi robek, begitu pula buku-buku yang lebarnya tidak sesuai, mengakibatkan buku akan terjuntai dan menjadi rusak.
5. Pemakaian yang berlebihan
Bahan pustaka yang sering dipakai atau dipinjamkan akan menyebabkan jilidan menjadi kendur dan kumal. Bahan pustaka akan menjadi semakin rusak apabila berada padatanggan pengguna atau peminjam yang tidak mengerti bagaimana memerlukannya bahanpustaka dengan baik. Karena itu bagi setiap pustakawan harus memeriksa keadaan buku ketika akan dipinjam atau dikembalikan.
Selain itu perlu adanya kesadaran sendiri bagi pengguna untuk tidak merusak bahan pustaka yang sering dipinjam karena masih banyak pengguna lain yang akan menggunakannya.
(39)
39
BAB III
GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN IAIN-SU
3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan IAIN- SU
Perpustakaan IAIN-SU adalah perpustakaan akademik yang didirikan bersamaan dengan berdirinya induk institusinya yaitu IAIN-SU pada hari senin tanggal 24 Syawal 1398 H, bertepatan dengan tanggal 19 November 1973, tepat pada jam 10.00 WIB dengan nama “Perpustakaan Marah Halim”. Nama ini diambil dari nama pendirinya yaitu Brigjen H. Marah Halim Harahap, Gubernur KDH Tk. I Propinsi Sumatera Utara pada waktu itu. Perpustakaan IAIN-SU diresmikan oleh menteri Agama RI Pro. DR. H. A. Mukti Ali, di JL. Sutomo No. 1 Medan.
Dengan semakin pesatnya perkembangan koleksi perpustakaan dan terbatasnya gedung yang ditempati pada waktu itu, maka pada tanggal 8 Februari 1990, perpustakaan dipindahkan ke Lantai 2 Mesjid Ulul Albab IAIN Sumatera Utara dan diberi nama “Perpustakaan IAIN-SU Medan”.
Pada mulanya IAIN-SU mengelola 5 (lima) unit perpustakaan, yaitu : Perpustakaan Marah Halim sebagai perpustakaan induk, Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, Perpustakaan Fakultas Syariah, Perpustakaan Fakultas Dakwah, dan Perpustakaan Fakultas Usluhuddin.
Pada perkembangan selanjutnya, perpustakaan-perpustakaan fakultas tersebut dileburkan dan koleksinya disatukan di perpustakaan pusat. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 14 Juli 1995 berdasarkan kebijakan Rektor IAIN-SU tertanggal 8 Mei 1995. Sejak saat itu IAIN-SU hanya memiliki satu perpustakaan utama.
Ketika kampus IAIN-SU pindah dari jalan Sutomo ke jalan Wilem Iskandar Psr V Medan Este (lokasi sekarang) pada tahun 1995, Perpustakaan IAIN – SU juga dipindahkan dari lantai 2 Mesjid Ulul Albab di Sutomo ke lantai 3 gedung perkuliahan Faklutas Tarbiyah di lokasi baru tersebut. Dengan semakin meningkatnya jumlah koleksi dan pengguna perpustakaan, yang berarti semakin beratnya daya beban gedung lantai 3 tersebut, maka perpustakaan kemudian dipindahkan ke lantai 1 gedung yang sama pada tahun 1998.
(40)
40
Kemudian pada tanggal 25 April 2003 Perpustakaan IAIN-SU memiliki gedung sendiri berlantai 3 dengan luas keseluruhan 3000 m2, namun Perpustakaan belum selesai secara keseluruhan. Gedung ini akhirnya selesai dan diresmikan oleh Menteri Agama RI, DR. H. Said Agil Al0Munawar, MA pada hari jumat pada tanggal 20 September 2004.
Kemudian keesokan harinya Sabtu 21 September 2004 diresmikan pula American Corner IAIN-SU di lantai 3 gedung yang sama oleh duta besar Amerika Serikat, dan disaksikan oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara H. T. Rizal Nurdin, Rektor IAIN – SU Prof. DR. H. M. Yasir Nasution, Konsulat Amerika di Medan, para undangan dan sivitas akademika IAIN-SU.
Berikut merupakan nama-nama kepala Perpustakaan IAIN – SU sejak pertama kali didirikan hingga sekarang ini :
1. Dra. Hj. Chalidjah Hasan 1973 – 1974
2. Dra. Hj. Rukiyah Siregar 1974 – 1976
3. Drs. H. Bahasan Siregar 1976 – 1977
4. Drs. H. Mhd. Saleh Harahap 1977 – 1979
5. Drs. H. Mhd. Nushuha 1979 – 1981
6. Dra. Hj. Thoyibah M. 1981 – 2000
7. Drs. Ahmad Munir Hasibuan 2000 – 2004
8. DR. Siti Zubaidah 2004 – 2010
9. Dra. Retno Sayekti, MLIS 2010 – Sekarang
3.2 Tujuan, Visi dan Misi Perpustakaan IAIN-SU
Perpustakaan secara umum bertujuan untuk memberi layanan informasi literature kepada masyarakat penggunanya, karena setiap jenis perpustakaan melayani kelompok masyarakat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tujuan Perpustakaan IAIN-SU adalah memberi informasi terhadap penggunanya terutama mahasiwa dan dosen.
Adapun visi dan misi Perpustakaan IAIN-SU adalah sebagai berikut : a. Visi
Visi Perpustakaan IAIN-SU adalah sebagai pusat informasi dan dokumentasi kajian-kajian ilmiah dalam bidang keislaman yang komprehensi dan
(41)
41
berkualitas dalam rangka mendukung mandat IAIN-SU sebagai centre of
excellence dan mendukung proses pendidikan. b. Misi
Misi Perpustakaan IAIN-SU adalah
1. Menyediakan koleksi tercetak berupa buku dan jurnal ilmiah yang berkualitas dalam kajian-kajian keislaman baik yang diterbitkan di dalam negeri maupun di luar negeri untuk mendukung proses pembelajaran.
2. Mengembangkan profesionalisme pustakawan dalam mengelola sumber daya
informasi perpustakaan dengan memberikan upgrading dan in-serving training.
3. Memberikan pelayanan prima kepada pengguna perpustakaan baik yang
berasal dari kalangan mahasiswa, dosen, maupun pengunjung dari luar institusi IAIN-SU
4. Mengimplementasikan sarana dan prasarana teknologi informasi untuk
meningkatkan pelayanan akses informasi koleksi yang lebih mudah dan cepat dengan menyediakan pelayanan internet dan pemanfaatan otomasi perpustakaan.
5. Mengembangkan kerjasama dalam bidang perpustakaan, dokumentasi dan
informasi dengan lembaga-lembaga yang relevan.
3.3 Struktur Organisasi Perpustakaan IAIN-SU
Struktur organisasi ialah suatu kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab setiap organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut. Struktur organisasi dibuat untuk memperjelas dan memudahkan pelaksanaan tugas dan fungsi perpustakaan dalam pencapaian tujuan sehingga perlu dibuat suatu struktur orgasnisasi yang didalamnya terdapat pejabat, tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing memiliki peran tertentu dalam kesatuan yang utuh.
Struktur organisasi sangat penting untuk memudahkan proses kegiatan kerja dalam suatu lembaga atau instansi. Dengan adanya struktur organisasi, dapat diketahui dengan jelas kedudukan perpustakaan tersebut baik dalam lembaga
(42)
42
induknya maupun kedudukan perpustakaan tersebut sebagai unit kerja. Gambaran kedudukan perpustakaan dalam lembaga induknya organisasi secara makro sedangkan gambaran perpustakaan sebagai unit kerja disebut dengan organisasi mikro.
Perpustakaan IAIN-SU dipimpin oleh seorang kepala perpustakaan yang dipilih oleh anggota senat. Kepala perpustakaan IAIN-SU dibantu oleh seorang wakil kepala perpustakaan yang bertanggung jawab membantu tugas-tugas kepala
perpustakaan sehari-hari. Sedangkan untuk melaksanakan tugas-tugas
administrasi, kepala perpustakaan dibantu oleh seorang Kasubbag Tata Usaha yang membawahi dua orang staf administrasi. Pelaksanaan tugas ke perpustakaan dibagi kedalam beberapa divisi yang dikepalai oleh seorang koordinator urusan yang membawahi beberapa orang staf. Divisi tersebut meliputi: bidang pengadaan, pengolahan, pemeliharaan, sirkulasi, dan referensi (Skema struktur organisasi perpustakaan IAIN-SU terlampir pada lampiran II).
3.4Staf Perpustakaan IAIN-SU
Disetiap jenis perpustakaan apapun staf atau sumber daya manusia merupakan salah satu aspek yang terpenting yang harus ada. Karena sumber daya manusia tersebut merupakan ujung tombak dan ujung kekuatan proses pemberian dan penerimaan informasi dari sumber informasi dalam hal pengelolaan perpustakaan.
Sumber daya manusia Perpustakaan IAIN-SU dapat ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas.
Tabel 1
Keadaan Sumber Daya Manusia Menurut Latar Belakang Pendidikan
No. Pendidikan Terakhir Jumlah
1. SMU 4 orang
2. D2 3 orang
3. D3 5 orang
(43)
43
5. S2 4 orang
6. S3 1 orang
Jumlah 30 orang
Sumber : Perpustakaan IAIN-SU, 2012 Tabel 2
Keadaan Sumber Daya Manusia Menurut Fungsional Kepegawaian
Sumber : Perpustakaan IAIN-SU, 2012
Dari segi kualitas sumber daya manusia, perpustakaan IAIN-SU telah memiliki seorang tenaga bergelar Doktor dan seorang Magister bidang perpustakaan ditambah beberapa lainnya yang bergelar magister di berbagai bidang. Namun diibandingkan dengan tuntutan pengembanagn pelayanan perpustakaan menu kepada perpustakaan akademik yang modern, masih diperlukan tenaga-tenaga teknis profesional yang secara formal terdidik dan mampu menangani teknologi informasi perpustakaan.
Sedangkan dari segi kuantitas, jumlah sekarang ini masih sangat jauh dari memadai disebabkan beban kerja yang semakin meningkat dan jumlah pengguna perpustakaan yang harus dilayani setiap harinya juga semakin meningkat.
Pada perpustakaan IAIN-SU dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dalam hal pengelolaan dan pelayanan informasi, setelah melakukan perencanaan ditindak lanjuti dengan pengembangan sumber daya manusianya dengan cara:
1. Pengisian Jabatan/Staffing
Proses perekrutan merupakan salah satu bagian terpenting dalam keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia di perpustakaan IAIN-SU. Langkah-langkah antara proses di mulai dan proses diakhiri merupakan usaha
No. Fungsional Jumlah
1. Pustakawan 12 orang
2. Dosen 4 orang
3. Administrasi 14 orang
(44)
44
pengkaitan antara kepentingan calon sumber daya manusia dengan kepentingan organisasi perpustakaan.
Setiap perekrutan sumber daya manusia harus mempunyai rasa tanggung jawab secara profesional, dapat dipastikan berusaha untuk memperoleh sumber daya manusia yang paling memenuhi syarat sesuai dengan tingkat dan tempat yang tersedia.
Di perpustakaan IAIN-SU perekrutan dilakukan kebanyakan melalui orang dalam, yaitu atas kebijakan pimpinan. Namun tetap melalui penilaian, pemilihan sat/tenaga kerja. Akan tetapi mengakibatkan kelemahan karena tidak disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Pembagian Kerja
Untuk mencapai efektivitas dan efesiensi kegiatan kerja di dalam perpustakaan IAIN-SU dilakukan pembagian tugas sesuai dengan kempampuan/tingkat kualitas usmber daya manusianya. Dalam suatu organisasi pembagian kerja harus dilakukan secara jelas sebab tanpa pembagian kerja yang jelas akan menjadi tumpang tindih pekerjaan dan dari sini akan terjadi pemborosan.
3.5 Koleksi Perpustakaan IAIN-SU
Koleksi merupakan aspek yang terpenting dalam menjalankan sistem perpustakaan. Karena itu koleksi perpustakaan harus sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan penggunanya.
Pada perpustakaan IAIN-SU memiliki beberapa jenis koleksi sebagai berikut :
1. Koleksi sirkulasi umum, merupakan koleksi buku yang dipinjamkan kepada
pengguna perpustakaan.
2. Koleksi referensi seperti ensiklopedia, kamus, buku pedoman, indeks,
abstrak, direktory, bibliografi, biografi, atlas, map, buku tahunan, proceeding, statistik, dan lain-lain.
3. Koleksi tandon, yang berfungsi untuk menjamin ketersediaan (stock) apabila judul tertentu pada koleksi umum telah habis dipinjam oleh pengguna
(45)
45
perpustakaan dan belum kembali. Koleksi tandon ini merupakan koleksi berupa copy dari setiap judul buku yang ada di perpustakaan.
4. Terbitan berkala seperti surat kabar, majalah brosur, jurnal ilmiah dan lain-lain.
5. Koleksi skripsi yang merupakan tugas akhir mahasiswa S1 yang telah selesai dalam pendidikannya. Dan mulai dikoleksi sejak tahun 1995, namun sejak tahun 2003 perpustakaan IAIN-SU tidak menerima kembali skripsi mahasiswa.
6. Koleksi deposit yang merupakan karya-karya dosen IAIN-SU berupa laporan
penelitian, makalah dan diktat serta buku ajar perkuliahan.
Perpustakaan IAIN-SU memiliki koleksi yang terdiri dari buku, karya ilmiah, surat kabar, elektronik jurnal, DVD, CD, dan kaset.
Tabel 3
Koleksi Perpustakaan IAIN-SU
No. Jenis Koleksi Jumlah Judul Jumlah
Eksemplar
1. Buku Teks 57.176 313.442
2. Buku Referensi 417 12.523
3. Karya Ilmiah 5.114 5.232
4. Terbitan Berkala 784 7754
5. Surat Kabar 7 1473
6. Journal 1077 17.029
7. DVD 20 20
8. CD 98 103
9. Kaset 5 5
10. Jurnal Ilmiah Luar Negeri 4 40
(46)
46
Dilihat dari tabel-3 diatas dapat diketahui bahwa jumlah judul keseluruhan koleksi yang ada di Perpustakaan IAIN-SU yaitu 64.702 dengan Jumlah Eksemplar 357.621
3.6 Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan pokok yang selalu dilakukan pada perpustakaan IAIN-SU. Kegiatan ini merupakan proses dimana bahan pustaka yang dihimpun akan dijadikan koleksi perpustakaan.
Bahan pustaka yang diterima oleh perpustakaan IAIN-SU seperti buku, majalah, maupun bentuk lain berasal dari sumber – sumber berikut:
a) Pembelian
Pembelian dilakukan dengan menggunakan anggaran yang diterima perpustakaan dari dana DIPA perpustakaan IAIN-SU. Dalam pembelian perpustakaan IAIN-SU menggunakan alat bantu, antara lain:
1.Katalog penerbit seperti penerbit Andi, Salemba, Erlangga, dan Indeks 2.Brosur
3.Bibliografi khusus dari berbagai bidang ilmu.
b) Sumbangan
Dalam pengadaan bahan pustaka selain pembelian perpustakaan IAIN-SU menerima sumbangan dari dosen-dosen di lingkungan IAIN-SU dan Kementerian Agama. Selain itu sumbangan bahan pustaka juga diterima dari mahasiswa yang menyumbangkan bahan pustaka ketika mereka mengurus surat bebas pustaka. hal ini dilakukan secara rutin oleh alumni-alumni IAIN-SU. Sumbangan ini bersifat wajib dengan jumlah minimal satu eksemplar, dan sumbangan yang diterima harus sesuai dengan kurikulum IAIN-SU.
3.7 Pengolahan
Bahan pustaka yang masuk kemudian akan segera diproses atau diolah. Kegiatan pengolahan bahan pustaka perpustakaan IAIN-SU meliputi :
(47)
47
Pengelompokkan koleksi perpustakaan dengan menggunakan sistem tertentu. Sehingga dengan pengelompokkan tersebut informasi dapat ditemukan dengan mudah oleh pengguna. Perpustakaan IAIN-SU menggunakan pengelompokkan koleksi berdasarkan subjeknya dan menggunakan pedoman DDC (Dewey Decimal Classification) edisi 22.
Sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) membagi
seluruh cabang ilmu pengetahuan menjadi 10 kelas atau golongan. Masing-masing kelas terdiri dari 3 digit angka dasar sebagai simbol yang mewakili subjek.
Namun terdapat perbedaan penomoran pada buku-buku Islam yaitu dengan perluasan notasi 297 dari DDC yang telah dibakukan dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. : 159/187 dan NO. : 054C/1987 tentang klasifikasi Islam 2x0 – 2x9. (Tabel pembagian klasifikasi Islam dan DDC yang digunakan pada perpustakaan IAIN-SU terlampir pada lampiran III.)
3.7.2 Katalogisasi
Katalogisasi merupakan proses pengolahan data-data bibliografi yang terdapat dalam suatu bahan pustaka menjadi katalog. Katalog perpustakaan sebagai hasil katalogisasi merupakan suatu rekaman atau daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan yang disusun menurut aturan dan sistem tertentu. Dengan adanya katalog mempercepat dalam proses temu kembali informasi.
Saat ini perpustakaan IAIN-SU menggunakan SIMPus (Sistem Informasi Perpustakaan) untuk proses pengkatalogan. SIMPus merupaka program aplikasi yang memanfaatkan sejumlah fasilitas pemrogaman CDS/ISIS, sehingga databse CDS/ISIS dapat dioperasikan secara jaringan lokal sampai internet. SIMPus telah dioperasikan oleh perpustakaan IAIN-SU untuk proses pengkatalogan saja, tetapi belum digunakan untuk pelayanan kepada pengguna (OPAC) sehingga saat ini perpustakaan IAIN-SU dalam melakukan pelayanan masih menggunakan sistem konvensional/manual.
Berikut ini merupakan worksheet yang digunakan perpustakaan IAIN-SU dalam pengkatalogan. (Contoh worksheet perpustakaan IAIN-SU terlampir pada lampiran IV.)
(48)
48 3.7.3 Pelabelan dan Penyelesaian Fisik Akhir
Kegiatan ini merupakan proses pemberian perlengkapan pada bahan pustaka untuk memudahkan dalam penyimpanan dan penyusunan buku di rak dan juga untuk memudahkan dalam peminjaman dan pengembalian bahan pustaka.
Pelabelan dan penyelesaian fisik akhir buku yang dilakukan di
perpustakaan IAIN-SU mencakup pemberian label (call number), kartu buku,
kartu pengembalian, kantung buku. a) Pelabelan
Perpustakaan IAIN-SU membuat label pada punggung buku berukuran 4 x 7.5 cm yang terdiri dari susunan nomor klasifikasi, tiga huruf pertama dari pengarang dan satu huruf pertama dari judul.
Contoh pelabelan pada perpustakaan IAIN-SU.
Keterangan :
U = Koleksi Umum/Teks R = Koleksi Referensi T = Koleksi Tandon
2x6. 311 = Nomor Klasifikasi C.2 = 2 eksemplar
b) Kantong dan Kartu Buku
Apabila proses pelabelan telah dilakukan maka kegiatan selanjutnya adalah membuat kantong dan kartu buku yang akan diletakkan pada bagian belakang buku.
U IAIN-SU 2x6. 311
Sua i C.2
R IAIN-SU
2x0. 021 Hid
r C.1
T IAIN-SU
2x9. 01
Mud m
(49)
49
Contoh kantong buku pada perpustakaan IAIN-SU
Contoh kantong buku pada perpustakaan IAIN-SU PERPUSTAKAAN
IAIN SUMATERA UTARA MEDAN
No. KLAS : No. INDUK BUKU
... ...
JUDUL : ... PENGARANG : ... ...
No. Kartu Anggota Tgl. Kembali
NO. : Klas NO. : INDUK
... ...
Judul : ... ... Pengarang : ...
(1)
56
a) Kerusakan sampul plastik buku yang sobek, maka hanya perlu diganti dengan sampul plastik yang baru.
b) Menyambung halaman yang sobek dengan menggunakan lem atau isolasi
c) Menambal buku yang berlubang
d) Merekatkan kembali halaman buku yang terlepas dengan menggunakan lem atau isolasi.
Sedangkan perbaikan untuk bahan pustaka kerusakan berat seperti misalnya banyak halaman yang hilang, ataupun jilidan yang terlepas. Oleh karena itu perpustakaan IAIN-SU akan mempertimbangkan dalam perbaikannya.Dan pertimbangan dalam perbaikan kerusakan berat adalah:
1. Apakah halaman yang telah hilang atau rusak berat masih sering digunakan oleh penggunanya.
2. Apabila buku dilakukan perbaikan apakah tidak mengeluarkan biaya yang mahal atau tidak dibandingkan dengan membeli buku yang baru.
3.9.4 Penyiangan (Weeding)
Penyiangan adalah pengeluaran buku yang ada di rak yang tidak digunakan lagi oleh pengguna perpustakaan. Fungsi penyiangan ini adalah untuk menjaga agar koleksi perpustakaan tetap sesuai dengan keperluan pemakai. Sedangkan untuk melaksanakan penyiangan, perpustakaan perlu memiliki kebijakan tertulis tentang penyiangan koleksi dan mengikuti peraturan perundang-undangan.
Kebijakan yang diambil oleh perpustakaan IAIN-SU dalam penyiangan bahan pustaka adalah sebagai berikut :
a) Buku yang disiangi adalah buku yang tidak lagi sesuai dengan kebutuhan pengguna perpustakaan.
b) Buku – buku yang sudah lama tidak digunakan oleh penguna dalam jangka waktu dua tahun.
(2)
57
Sedangkan langkah – langkah yang dilakukan dalam penyiangan atau weeding adalah sebagai berikut :
a) Menentukan jenis koleksi yang dikeluarkan dari rak
b) Mengeluarkan koleksi yang telah dikeluarkan dari rak dan memindahkan ke ruangan penyimpanan bahan pustaka
c) Mengevaluasi bahan pustaka yang ada.
Penyiangan (weeding) yang dilakukan oleh perpustakaan IAIN-SU setiap 2 (dua) tahun sekali dan terakhir penyiangan (weeding) di akhir tahun 2011.
(3)
58
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan langsung ataupun wawancara langsung yang dilakukan oleh penulis pada Perpustakaan IAIN-SU, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perpustakaan IAIN-SU adalah perpustakaan yang berfungsi sebagai pendukung proses kegiatan pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi) sebagai bagian integral dari lembaga IAIN-SU. Perpustakaan IAIN-SU merupakan perpustakaan akademik yang tugas utamanya sebagai penyedia bahan informasi bagi masyarakat pengguna di IAIN-SU terutama dari kalangan mahasiswa.
2. Keberadaan American Corner adalah wujud adanya rekognisi dari pihak luar bagi perkembangan kualitas pendidikan IAIN-SU lembaga ini diakui atau tidak, telah menjadi added value bagi Perpustakaan IAIN-SU terlebih lagi ketika perpustakaan telah membukakan diri bagi pengguna diluar sivitas akademika IAIN-SU.
3. Pengadaan pada Perpustakaan IAIN-SU menggunakan sistem pembelian dan sumbangan.
4. Sistem pengklasifikasian bahan pustaka pada Perpustakaan IAIN-SU
menggunakan sistem klasifikasi DDC (Dewey Decimal Classification) edisi 22. Namun ada penambahan pada cabang ilmu pengetahuan pada buku-buku Islam dipergunakan klasifikasi Islam dengan perluasan notasi 297 dari DDC yang telah dibakukan dengan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Pengkatalogan, Perpustakaan IAIN-SU telah memanfaatkan program aplikasi SIMPus (Sistem Informasi Perpustakaan). SIMPus merupakan program aplikasi yang memanfaatkan fasilitas pemograman berupa CDS/ISIS, database CDS/ISIS dapat dioperasikan secara jaringan baik lokal maupun secara interlokal (internet)
(4)
59
6. Shelving atau penempatan buku pada rak pada Perpustakaan IAIN-SU berdasarkan klasifikasi. Namun dalam penyusunannya tidak secara berurutan yaitu berdasarkan hirarki nomor klas, tiga huruf pertama pengarang dan satu huruf pertama dari judul.
7. Pelayanan pengguna yang ada pada Perpustakaan IAIN-SU adalah pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan komputer dan pelayanan fotocopy. 8. Dalam pemeliharaan dan perawatan bahahn pustaka, Perpustakaan IAIN-SU
telah mengupayakan pencegahan kerusakan pada bahan pustaka seperti misalnya pada peletakan rak yang menjauh dari cahaya matahari, selain itu dengan diadakannya kebijakan untuk tidak merokok di perpustakaan untuk menghindari terjadinya kebakaran dll.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan di Perpustakaan IAIN-SU.
1. Pustakawan Perpustakaan IAIN-SU sebaiknya harus lebih giat dan lebih mengabdi dalam bertugas serta harus mengikuti perkembangan teknologi informasi agar kualitas perpustakaan lebih baik dan dapat meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa perpustakaan baik terhadap sivitas akademika IAIN-SU maupun masyarakat umum.
2. Untuk kegiatan shelving atau penempatan buku pada rak sebaiknya dilakukan secara berurutan sesuai dengan aturan dalam penyusunan sehingga memudahkan pengguna dalam pencarian untuk subjek yang saling berhubungan.
3. Aplikasi SIMPus alangkah baiknya apabila diperluas pemanfaatannya dengan mengoperasikan OPAC (Online Public Access Catalouge) dalam hal pencarian bahan pustaka serta dioperasikan pada layanan sirkulasi.
4. Dalam meningkatkan sivitas akademika IAIN-SU perlu dilakukan perbaikan pada perpustakaan baik itu dalam segi fisik maupun operasional perpustakaan.
(5)
60
5. Selain itu diperlukannya kesadaran dari lapisan pimpinan maupun unit-unit kerja yang ada di IAIN-SU untuk bersama-sama lebih memajukan Perpustakaan IAIN-SU.
(6)
61
DAFTAR PUSTAKA
Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press.
Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
HS, Lasa. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media
NS, Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.
Depdiknas RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. 3rd ed. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Jamridafrizal.2012. Pelestarian Bahan Pustaka
<http://www.scribd.com/doc/51637900/PELESTARIAN-BAHAN-PUSTAKA, diakses pada tanggal 10 Juli 2012>
Kumar, Krishan. 2003. Library Administration and Management. New Delhi:Vikas.
Partini, Sri ; Kurniati. 2000. Petunjuk Teknis Registrasi Bahan Pustaka Ke Dalam Buku Induk. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. 2000, Jakarta: Perpustakaan Nasional.
Perpustakaan Nasional RI Bagian Proyek Pengembangan Sistem Nasional Perpustakaan.2000. Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.
Suwarno, Wiji. 2010. Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia Sjahrial-Pamuntjak, Rusina. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan.
Jakarta: Djambatan.
Supriyanto. 2006. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta.
Yuven, Yuni. 2010. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Pedoman, Pengelolaan dan Standardisasi