Sayap Partai Definisi Pemilih

15 pengaruh partai-partai yang telah lama mendominasi kehidupan politik. Beberapa ekses dirasakan menghalangi badan eksekutif untuk menyelenggarakan pemerintahan yang baik. Akan tetapi eksperimen dwi partai ini, sesudah diperkenalkan di beberapa wilayah, ternyata mendapat tantangan dari partai yang merasa terancam eksistensinya. Akhirnya gerakan ini dihentikan pada tahun 1969. 14

c. Sistem Multi Partai

Sistem multi partai ditemukan antara lain di Indonesia, Malaysia, Nederland, Australia, Perancis, Swedia, dan Federasi Rusia. Sistem multipartai, apalagi apabila dihubungkan dengan sistem parlementer, mempunyai kecenderungan untuk menitikberatkan kekuasaan pada badan legislatif, sehingga badan eksekutif sering lemah dan ragu-ragu. Di lain pihak, partai-partai oposisi pun kurang memainkan peranan yang jelas karena sewaktu-waktu masing-masing partai dapat diajak untuk duduk dalam pemerintahan koalisi baru. Dalam sistem semacam ini masalah letak tanggung jawab menjadi kurang jelas. Indonesia mempunyai sejarah panjang dengan berbagai jenis sistem multi partai. Sistem ni telah melalui beberapa tahap dengan bobot kompetitif yang berbeda-beda. Mulai tahun 1989 Indonesia berupaya untuk mendirikan suatu sistem multi partai yang mengambil unsur-unsur positif dari pengalaman masa lalu, sambil menghindari unsur negatifnya.

1.5.2 Sayap Partai

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia arti dari Sayap adalah bagian tubuh beberapa binatang seperti burung dan sebagainya yang digunakan untuk terbang. Dari pengertian tersebut maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa sayap 14 Sukarna, Op. Cit, hal. 417. Universitas Sumatera Utara 16 partai adalah bagian atau anggota tubuh dari partai yang ditempatkan disetiap daerah dengan tujuan untuk menggalang suara pemenangan Partai Gerindra.

1.5.3 Definisi Pemilih

Memilih ialah suatu aktifitas yang merupakan proses menentukan sesuatu yang dianggap cocok dan sesuai dengan keinginan seseorang atau kelompok, baik yang bersifat eksklusif maupun yang inklusif. Memilih merupakan aktifitas menentukan keputusan secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Surbakti menilai perilaku memilih ialah keikutsertaan warga Negara dalam pemilihan umum merupakan serangkaian kegiatan membuat keputusan, yakni apakah memilih atau tidak memilih dalam pemilihan umum. 15 Perilaku pemilih merupakan realitas sosial politik yang tidak terlepas dari pengaruh faktor eksternal dan internal. Secara eksternal perilaku politik merupakan hasil dari sosialisasi nilai-nilai dari lingkungannya, sedangkan secara internal merupakan tindakan yang didasarkan atas rasionalitas berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Pemilih diartikan sebagai semua pihak yang menjadi tujuan utama para konsestan untuk mereka pengaruhi dan yakinkan agar mendukung dan kemudian memberikan suaranya kepada konsestan yang bersangkutan. 16 Dinyatakan sebagai pemilih dalam Pilkada yaitu mereka yang telah terdaftar sebagai peserta pemilih oleh petugas pendata peserta pemilih. Pemilih dalam hal ini dapat berupa konsituen maupun masyarakat pada umumnya. Konstiuen adalah kelompok masyarakat yang 15 Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Widya Pustaka Utama, 1992, hal. 145 16 Firmanzah, Marketing Politik, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007, Hal.102. Universitas Sumatera Utara 17 merasa diwakili oleh suatu ideologi tertentu yang kemudian termanifestasikan dalam institusi politik seperti partai politik dan seorang pemimpin. 17 Pemilih dapat memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih menjadi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dalam Pilkada secara langsung. Pemberian suara atau votting secara umum dapat diartikan sebagai; “sebagai sebuah proses dimana seorang anggota dalam suatu kelompok menyatakan pendapatnya dan ikut menentukan konsnsus diantara anggota kelompok seorang pejabat maupun keputusan yang diambil”. 18 Pemberian suara dalam Pilkada secara langsung diwujudkan dengan memberikan suara pada pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang didukungnya atau ditujukan dengan perilaku masyarakat dalam memilih pasangan Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Keputusan untuk memberikan dukungan dan suara tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitaspemilih yang cukup tinggi kepada calon pemimpin jagoannya. Begitu juga sebaliknya, pemilih tidak akan memberikan suaranya kalau mereka menganggap bahwa sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan.

1.5.4 Sistem Pemilihan Kepala Daerah