86
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
1. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dan serentak, sehingga pengisian kuesioner dilakukan sendiri oleh responden dan
tidak semua responden bisa diwawancara langsung. Adapun untuk responden yang tidak bisa peneliti wawancara langsung, apabila ada pertanyaan dalam
kuesioner yang tidak dimengerti, responden bisa menanyakannya langsung kepada peneliti.
2. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, sehingga penjabaran hasil penelitian hanya berupa penggambaran saja tanpa mengetahui hubungan dari
variabel-variabel yang di teliti.
6.2 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2014
Dari hasil penelitian di wilayah kerja puskesmas kecamatan diperoleh hasil, bahwa dari 64 ibu, sebanyak 43 ibu 67,2 memberikan MP-ASI pada
bayi Usia kurang dari 6 bulan. Sedangkan 21 ibu 32,8 mulai memberikan MP-ASI pada bayi usia 6 bulan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Anggraeni 2012 dan Hidayat 2013 di Wilayah Kerja Puskesmams Kecamatan yang menemukan
bahwa kegagalan pemberian ASI eksklusif pada ibu adalah karena masih
tingginya praktek pemberian MP-ASI yang tidak tepat atau pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang masih belum memahami betapa pentingnya memberikan ASI eksklusif saja hingga bayi
berusia 6 bulan. Dan betapa berbahayanya memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan. Pada saat bayi masih berusia 0 – 6 bulan, pemberian ASI
saja sudah cukup. karena dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih mencukupi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan
secara tepat dan benar sampai bayi berusia enam bulan, sehingga pemberian makanan dan mi numan selain ASI akan memungkinkan protein maupun kuman
dapat masuk ke dalam usus bayi Purwanti, 2003 Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa rata-rata rata-rata ibu mulai
memberikan MP-ASI untuk pertama kali pada bayinya adalah saat bayi berusia 2 bulan, dengan usia termuda 0 bulan dan usia tertinggi 5 bulan. Hasil ini sejalan
dengan hasil penelitian Chairani 2013 yang menyatakan bahwa pemberian makanan diberikan pada umur bayi yang bervariasi yaitu pada umur 1 bulan, 2
bulan, 3 bulan dan 5 bulan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Penelitian Fikawati dan Syafiq 2003 dalam Nelvi 2004, menemukan
kegagalan pelaksanaan ASI Ekslusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran, yaitu lebih dari 80 responden yang tidak ASI ekslusif 4 bulan, telah
memberikan makananminuman prelakteal dalam tiga hari pertama kepada bayinya. Bahkan hasil penelitian yang dilakukan Irawati 2007 diperoleh bahwa
lebih dari 50 bayi di Indonesia mendapat makanan pendamping ASI dengan usia kurang dari satu bulan.
Pemberian makanan tambahan pada usia dini dapat menimbulkan gangguan pada pencernaan sepeti diare, muntah, dan sulit buang air besar,
menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan obesitas, dan alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan.
World Health Organization 2008 menambahkan, bayi yang mendapatkan makanan pendamping ASI sebelum berusia enam bulan akan
mempunyai resiko 17 kali lebih besar mengalami diare dan 3 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernapasan atas ISPA dibandingkan bayi
yang hanya mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP ASI dengan tepat waktu.
Selain masalah ketepatan waktu, gambaran jenis MP-ASI yang diberikan ibu pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian ini yaitu, pisang 25,6,
madu 9,3, bubur 23,3, susu formula 11,6, pisang dan bubur 18,6, susu formula dan bubur 7, pisang dan susu formula 2,3, sayuran dan buah-buahan
2,3. Dan ternyata hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Irawati tahun 2004, dimana jenis makanan pendamping ASI dini yang
dikonsumsi bayi antara lain pisang, susu formula bubuk dan kental manis, biskuit, bubur beras, makanan bayi produk industri SUN, Promina dan Milna,
dan nasi lumat.
Jenis-jenis MP-ASI yang mudah didapatkan atau bahkan dibuat sendiri oleh ibu menjadi salah satu alasan ibu mmberikan MP-ASI. Alasan lain ibu
dalam memberikan MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan pada penelitian ini yaitu, ibu memberikan MP-ASI untuk menambah berat badan 14, agar
anak tidak kekurangan gizi 25,6, karena ASI saja tidak akan cukup 4,7, anak rewel menangis 27,9, Ibu dalam kondisi sakit 2,3, supaya anak
lebih sehat 4,7, puting luka 2,3, tradisi keluarga 2,3, agar anak cepat besar 4,7, ASI yang keluar sedikit 2,3 , agar bibir tidak kering dan
sariawan 4,7, untuk menambah BB dan ibu bekerja 4,7. Berdasarkan alasan-alasan yang diungkapkan oleh ibu tergambar jelas
bahwa ada anggapan yang masih keliru tentang manfaat dari pemberian MP-ASI yang sebenarnya. Sepertinya anggapan tentang manfaat pemberian MP-ASI pada
bayi usia kurang 6 bulan masih sangat melekat pada sebagian besar masyarakat. Sehingga disini perlu ada pelurusan lagi mengenai anggapan ibu yang salah
terkait paraktek pemberian MP-ASI selama ini, termasuk menjelaskan tentang bagaimana berbahayanya memberikan MP-ASI dini pada bayi.
6.3 Gambaran Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan