Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri

21 Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga adalah paling penting. Alasan pertama, pendidikan ditiga tempat pendidikan lainnya masyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya rendah. Pendidikan di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga sebentar, di sekolah hanya dua jam pelajaran setipa minggu. 27 Alasan kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan agama Islam ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah. 28 Sering kali orang menyangka bahwa pendidikan agama dalam keluarga, adalah pemberian pelajaran agama kepada anak. Namun anggapan seperti itu kurang tepat, karena yang dimaksud adalah pembinaan jiwa agama pada anak, atau dengan kata lain pembinaan pribadi anak sedemikian rupa, sehingga segala tindak tanduknya dalam hidup, sesuai dengan ajaran agama. 29

B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri

Self concept atau konsep diri adalah evaluasi individu mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. 30 William D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we have derived from 27 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007, h. 134 28 Ibid, h. 134 29 Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 86 30 Chaplin James P. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001. Cet. 7 h. 450 22 experiences and our interaction with others” 1974:40. Jadi, konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. 31 Konsep diri sebagai gambaran seseorang tentang dirinya. Gambaran ini merupakan gabungan kepercayaan seseorang tersebut mengenai diri sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosi, aspirasi dan prestasi. Menurutnya pandangan sesorang mengenai dirinya sendiri secara keseluruhan sebagai hasil observasi terhadap dirinya dimasa lalu dan pada saat sekarang ini. Setiap individu mempunyai konsep diri yang sesungguhnya dan konsep diri yang ideal. Konsep diri yang sesungguhnya adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. 32 Konsep diri menurut Roger adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri ini merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya” dan “apa sebenarnya yang harus aku perbuat”. 33 R. B Burns, mengartikan konsep diri sebagai gambaran dari apa yang kita pikirkan, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan menurut konsep diri awalnya disebut dengan self reference sebagai cara yang menjelaskan berbagai macam tingkah laku individu. 34 31 Jalaluddin Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2008. Cet. 26 h. 99-100 32 Eli abeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Penerbit Erlangga 1980, h. 233 33 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010, cet. 3, h. 507 34 R. B. Burn, Konsep Diri: Teori Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku, Jakarta: Arcan, 1993 23 Definisi lain seperti yang dikemukakan oleh Goss dan O’Hair, mengatakan konsep diri mengacu kepada cara individu menilai diri individu sendiri, seberapa besar individu berpikir bahwa individu berharga sebagai seseorang. 35 Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa definisi konsep diri adalah pikiran dan perasaan individu berdasarkan keyakinan dan pandangan atau persepsi individu mengenai dirinya sendiri dan penilaian orang lain, secara keseluruhan baik secara psikologis, sosial dan fisik.

2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Jalaluddin Rakhmat menyatakan dalam bukunya Psikologi Komunikasi, bahwa seseorang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal yaitu: 36 a. Kemampuan mengatasi masalah b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Ia menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat e. Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek- aspek kepribadian yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Sebaliknya menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif, yaitu: 37 a. Peka pada kritik. Orang seperti ini sangat tidak tahan dengan kritikan yang diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. 35 Alex Sobur, Psikologi Umum, h. 507 36 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008, h. 105 37 Ibid, h. 105 24 b. Sangat responsif terhadap pujian. Orang seperti ini akan berpura-pura menghindari menerima pujian, akan tetapi ia tidak dapat menyembunyikan antusismenya saat menerima pujian. c. Sikap hiperkritis, orang seperti ini akan sering mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup untuk mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan. e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Dengan demikian dapat dipahami bahwa konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan perilaku individu. Seluruh sikap, pandangan, serta keyakinan seseorang terhadap dirinya akan berpengaruh terhadap seluruh perilakunya. Apabila individu memandang dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka perilakunya akan menunjukan ketidakmampuannya tersebut. Konsep diri menentukan pengharapan individu. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu menaruh patokan harapan yang rendah. Patokan yang rendah tersebut akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi untuk mencapai harapan atau tujuan yang diinginkannya. 38 38 Dwi Restu, Hubungan Konsep Diri dengan Motifasi Menabung pada Pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi S1 Fakultas Psikologi, 2006, h. 28 25

3. Faktor-Faktor

y ang Mempengaruhi Konsep Diri Terdapat berbagai hal yang dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang baik yang berasal dari dalam diri individu maupun yang berasal dari luar individu. Verder menyebutkan tiga faktor yakni Self Appraisal, Reactions and response of other dan Roles you play yang mempengaruhi perkembangan konsep diri seseorang dan satu faktor ditambahkan Brooks, yaitu reference group. 3 9 a Self Appraisal-Viewing Self as an Object Istilah ini menunjukan suatu pandangan yang menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi, atau dengan kata lain adalah kesan kita terhadap diri sendiri. b Reaction and Response of Others Konsep diri itu tidak saja berkembang melalui pandangan kita terhadap diri sendiri, namun juga berkembang dalam rangka interaksi kita dengan masyarakat. Menurut Brooks, “self concept is the direct result of how significant others react to the individual”. Jadi self concept atau konsep diri adalah hasil langsung dari cara orang lain bereaksi secara berarti kepada individu. c Roles you Play-Role Taking Dalam hubungan pengaruh terhadap konsep diri, adanya aspek peran yang kita mainkan sedikit banyak akan mempengaruhi konsep diri kita. Yang dimaksud dengan peran disini adalah: 39 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010, h. 518 26 1 Sekelompok norma dan harapan mengenai tingkah laku seseorang. 2 Norma-norma dan harapan yang dimiliki oleh orang-orang di lingkungan dekat dengan individu itu. 3 Norma-norma dan harapan tersebut memang diketahui dan disadari oleh individu yang bersangkutan. d Reference Groups Yang dimaksud dengan reference groups atau kelompok rujukan adalah kelompok yang kita menjadi anggota di dalamnya. Jika kelompok ini kita anggap penting, dalam arti mereka dapat menilai dan bereaksi pada kita, hal ini menjadi kekuatan untuk menentukan konsep diri kita. Dalam hubungan ini menurut William Brooks, “Research shows that how we evaluet ourselves is in part a function of how we are evaluated by reference group”. Jadi penelitian menunjukkan bahwa cara kita menilai diri kita merupakan bagian dari fungsi kita dievaluasi oleh sekelompok rujukan. Menurut Alex Sobur, konsep diri terbentuk dalam waktu yang relatif lama, dan pembentukan ini tidak bias diartikan bahwa reaksi yang tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri. Namun, apabila tipe reaksi seperti ini sangat penting terjadi, atau jika reaksi ini muncul karena orang lain yang memiliki arti significant others, yaitu orang-orang yang dinilai, umpamanya orang tua, teman, dan lain-lain. Reaksi ini mungkin berpengaruh terhadap konsep diri. 40 40 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010, h. 510 27 Jacinta dalam Zakiah mengemukakan empat faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu: 41 1 Pola asuh orang tua Pola asuh orang tua turut menjadi faktor yang signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep diri dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, disayangi dan dihargai. 2 Kegagalan Kegagalan yang terus menerus dialami sering kali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak berguna. 3 Depresi Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk menilai diri sendiri. 4 Kritik internal Terkadang mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi rambu-rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik. 41 Zakiah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Terhadap Konsep Diri Pada Remaja , Skripsi S1 Fakultas Psikologi, 2007 28

4. Dimensi-dimensi dalam Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari. 42 Konsep diri menjadi hal yang penting dalam kepribadian individu, tidak merupakan hal yang tunggal yang hanya terdiri dari unsur-unsur melainkan terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing berdiri sendiri namun saling melengkapi satu sama lain. Menurut William H. Fitts, seperti yang dikutip oleh DR. Hendrianti Agustian dalam buku Psikologi Perkembangan, konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan frame of reference dalam berinteraksi dengan lingkungan. 43 Menurut Fits dalam Hendriati Agustin, membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu sebagai berikut: 44 1 Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal internal frame of references adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia didalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk: 2 Dwi Restu, Hubungan Konsep Diri dengan Motifasi Menabung pada Pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi S1 Fakultas Psikologi, 2006, h, 33 43 Hendriati Agustiani. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Refika Aditama 2006. Cet. 1 h. 138 44 Ibid. h 139-142 29 a. Diri Identitas identity self, merupakan aspek yang paling dasar dari diri dimana terkumpul seluruh simbol yang digunakan oleh individu untuk mengamati dan menilai serta menggambarkan dirinya. Diri identitas dapat mempengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan diri sendiri. b. Diri Pelaku behavioral self, merupakan persepsi terhadap tingkah laku atau cara bertindak individu. Apakah tingkah laku dipengaruhi faktor internal atau eksternal dan apakah tingkah laku itu perlu dipertahankan atau tidak, hal ini tergantung konsekuensi yang diperoleh, apabila tingkah laku menyenangkan maka akan cenderung dipertahankan atau di ulangi. c. Diri PenerimaanPenilai judging self, merupakan bagian dari diri yang menjalankan fungsi sebagai pengamat, pemberi nilai standar, perbandingan dan yang paling utama sekali sebagian penilai diri sendiri. 2 Dimensi Eksternal Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain diluar dirinya. Dimensi ini dibagi menjadi lima bentuk yaitu: a. Diri fisik physical self, menampilkan pandangan atau persepsi individu terhadap keadaan fisik, kesehatan, penampilan diri dan gerak motoriknya. b. Diri etik-moral moral-ethical self, merupakan persepsi individu tentang dirinya ditinjau dari standar pertimbangan moral atau etika. 30 c. Diri peribadi personal self, merupakan persepsi individu terhadap nilai-nilai pribadi. Terlepas dari keadaan fisik dan hubungan dengan orang lain, yaitu seberapa besar individu merasa sebagai orang yang gembira, riang, serius, santai atau seorang pemarah. d. Diri keluarga family self, merupakan pandangan, perasaan dan harga diri individu sebagai anggota keluarga dan teman-teman dekatnya. e. Diri Sosial social self, merupakan persepsi individu dalam kaitannya dengan peran sosial atau interaksi social dengan orang lain secara umum dan dalam lingkungan yang lebih luas. Seluruh bagian dari ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi dan membentuk suatu kesatuan yang utuh untuk menjelaskan hubungan antara dimensi internal dan dimensi eksternal. 45

5. Proses Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri

Konsep diri terbentuk dari proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Oleh sebab itu seringkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif ataupun lingkungan yang kurang mendukung cenderung memiliki konsep diri negatif. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. 46 45 Hendriati Agustina, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Refika Aditama 2006, h. 142 46 Zakiah, Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Terhadap Konsep Diri pada Remaja,Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, h. 25 31 Konsep diri pada dasarnya tersusun atas berbagai tahapan. Halyang paling dasar adalah konsep diri primer, yaitu konsep yang terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri. Konsep diri sekunder terbentuk saat interaksi dengan lingkungan di luar keluarga seperti teman-temannya. Konsep diri yang konsisten yaitu konsep diri yang terbentuk karena adanya hubungan yang erat dengan pengalaman- pengalaman sebelumnya. 47 Menurut Clara R. Pudjijogyanti 1988, konsep diri terbentuk atas dua komponen, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya. Komponen afeksi merupakan penilaian individu terhadap diri. 48 Konsep diri terbentuk dan berkembang dipengaruhi oleh pengalaman atau kontak eksternal dengan lingkungan dan juga pengalaman internal tentang dirinya. Pengalaman internal ini akan mempengaruhi respon terhadap pengalaman eksternalnya. Dari dua faktor ini terbentuklah konsep diri. Tidak jauh berbeda dengan pendapat thalib tersebut, Sam dan Ancok berpendapat bahwa konsep diri berkembang karena ada proses interaksi dirinya dengan individu atau kelompok lainnya. 49 Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus menerus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symond dalam Fitts 1971 mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul pada saat kelahiran, tetapi mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan perseptif. Diri self 47 Alex Sobur, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka setia, 2010, h. 511 48 Ibid, h. 511-512 49 Ahsit Santoso, Hubungan antara Konsep Diri dengan Gaya Hidup Konsumtif Siswa SMA Islam, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, h. 16 32 berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain ketika itu dikenali sebagai orang lain, seorang bayi membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu. 50

C. Anak 1. Pengertian Anak