Konsep pendidikan agama islam untuk anak dalam keluarga muslim

(1)

KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM

KELUARGA MUSLIM

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiah da Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)

FITRI NURIA RIVAH

NIM:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

ABSTRAK

Nama : Fitri Nuria Rivah Nim : 206011000042

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak dalam Keluarga Muslim Pendidikan agama yang diberikan pada anak sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga bertujuan untuk membimbing anak agar bertaqwa, berakhlak mulia, menjalani ibadah dengan baik serta mencerminkan dari sikap dan tingkah laku anak dalam


(4)

hubungannya dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia dan sesama makhluk, serta lingkungannya.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang diangkat dalam skripsi ini maka dalam penulisannya, penulis menggunakan Metode Riset kualitatif, yaitu menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Adapun dalam pembahasannya penulis menggunakan metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Selain itu semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan konsep pendidikan agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah keluarga merupakan peranan yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai agama pada anak. Yaitu menanamkan nilai-nilai aqidah pada anak, pembinaan ibadah pada anak, menanamkan nilai-nilai akhlak pada anak, membina kepribadian anak serta menanamkan intelktual pada anak. Dengan demikian anak akan mampu tumbuh dan berkembang dan mampu menghadapi tantangan zaman modern sekarang ini, serta mampu menjalani kehidupannya sebagai hamba Allah.

KATA PENGANTAR

ّ ا

ّ ا ا

Segala puja dan puji bagi Allah SWT sebagai pagar penjaga nikmat-Nya, zat yang Maha Menggenggam segala sesuatu yang ada dan tersembunyi di balik jagad semesta alam, zat yang Maha Meliputi segala sesuatu yang terfikir maupun yang tidak terfikir. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan bagi seluruh Umat Islam yang terlena maupun terjaga atas sunnahnya.

Alhamdulillahirrabbil‘aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim ” Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Penulis tertarik mengangkat karya tulis ini karena berbekal


(5)

dari pendidikan merupakan jembatan bagi anak yang akan menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan masyarakat kelak. Melalui Pendidikan Islam inilah seorang anak kelak diharapkan menjadi orang dewasa sebagai seorang warga negara dan warga masyarakat yang baik, produktif dan memiliki kepribadian yang Islami. Lebih dari itu, sebagai manusia, para anak pun memiliki tanggung jawab sebagai khalifah di muka bumi untuk melaksanakan tugas kekhalifahannya dengan sebaik-baiknya serta bersosialisasi dengan etika-etika dan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat sekitarnya sebagai bekal kehidupan di akhirat kelak.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi di Fakultas ini.

. Bapak Bahrissalim, M.Ag sebagai Kepala Jurusan PAI, yang juga selalu memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

. Drs. Sapiudin Shiddiq, M.A, Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.

. Prof. Dr. Armai Arief selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK, yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda (Naanih) dan Ayahanda (Muhammad Nasir Tanjung) tercinta, adik-adik ku dan Kakak yang tercinta, keponakanku yang lucu-lucu beserta keluarga besar yang selalu setia memberikan dukungkan kepada penulis baik secara moril dan materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan lancar.


(6)

. Seseorang yang memberikan inspirasi terbesar, Darmawan yang selalu ada buat penulis, baik suka maupun duka. Love you so much…

. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam Non-Reg angkatan . khususnya Semi, Dedes, Avni, Nurul, Astrid selalu memberi dukungan kepada penulis untuk tetap semangat.

.Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Jakarta Januari

Fitri Nuria Rivah

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... E. Metode Penelitian ...

BAB II PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... B. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... C. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... D. Metode Pendidikan Agama Islam... E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ...

BAB III ANAK DAN KELUARGA MUSLIM


(7)

B. Pengertian Perkembangan anak ... C. Ciri-ciri perkembangan anak ... D. Fase-fase perkembangan anak ... E. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak ... F. Pengertian keluarga muslim ... G. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga ... H. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga muslim ...

BAB IV KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM

A. Pengertian Pendidikan Menurut Al-Quran... B. Tipologi Pendidikan Luqman Al-hakim ... . Pendidikan Aqidah ... . Pendidikan Ibadah ... . Pendidikan Akhlak ... C. Upaya-upaya Keluarga Muslim dalam Menumbuhkan

Pendidikan Agama Islam Pada Anak... . Menanamkan nilai-nilai Aqidah pada anak ... . Pembinaan Ibadah pada anak ... . Menanamkan nilai Moral pada anak ... . Membina Kepribadian anak ... . Menanamkan Intelektual pada anak ...

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan... B. Saran ...


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.1

Selain itu keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dia lah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya.2

Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari

1

Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008). Cet. Ke-5, h. 57

2

Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), cet. Ke-2, h. 47.


(9)

2

pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama.

Dalam pendidikan yang modern saat ini, kedua orang tua harus sering berjumpa dan berdialog dengan anak-anaknya. Pergaulan dalam keluarga harus terjalin secara mesra dan harmonis. Kekurangan kerabaan kedua orang tua dengan anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiwaan yang dapat menjerumus kepada kerenggangan secara jasmaniah misalnya akan kurang betah dirumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan teman-temannya. Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberi pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan kepribadiannya, karena kedua orang tuanya jarang memberi pengarahan dan nasehat.3

Oleh karena itu orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Apa saja yang didengarnya dan dilihat selalu ditirunya tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua. Karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

ﻰﱠﻠﺻ ُﷲﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻪﻨﻋ ُﷲﺍ ﻲﺿ ﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﹺﺑﹶﺍ ﻦﻋ ﺩﻮﻟﻮُﻣ ﱡﻞﹸﻛ ،ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ُﷲﺍ

ﻪﹺﻧﺎﺴﺠﻤﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼ ﻨﻳ ﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ ﻩﺍﻮﺑﹶﺄﹶﻓ ﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺪﹶﻟﻮﻳ )

ﻢﻠﺴﻣ ﻩﺍﻭﺭ (

“Dari Abu Hurairah R.A sesungguhnya Rasullullah SAW bersabda, tiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. (HR.Muslim)

Hadits ini menjelaskan tentang peran, tugas dan kewajiban orang tua dalam membimbing aqidah seorang anak. Disamping itu juga menjelaskan bahwa perkembangan mental dan kepribadian anak dipengaruhi oleh suasana kehidupan (segala yang mereka dengar dan mereka perhatikan) dirumah tempat tinggal. Dengan demikian dirumah yang tidak henti-hentinya

3


(10)

3

disemarakan dengan dzikir, maka aktifitas tersebut akan sangat membantu dalam membimbing bacaan kalimat tauhid

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara serta menyampaikan amanah itu kepada yang berhak menerima. Karena manusia adalah milik Allah SWT, mereka harus mengantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT. Mengingat strategisnya jalur pendidikan keluarga, dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN, ps. 10.

5) juga disebutkan arah yang seharusnya ditempuh yakni, pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga, dan memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.4

Pendidikan agama yang diberikan sejak dini menuntut peran serta keluarga, karena telah diketahui sebelumnya bahwa keluarga merupakan institusi pendidikan yang pertama dan utama yang dapat memberikan pengaruh kepada anak. Pelaksanaan pendidikan agama pada anak dalam keluarga di pengaruhi oleh adanya dorongan dari anak itu sendiri dan juga adanya dorongan keluarga.

Setiap orang mengharapkan rumah tangga yang aman, tentram dan sejahtera. Dalam kehidupan keluarga, setiap keluarga mendambakan anak- anaknya menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah. Anak merupakan amanat Allah SWT kepada orang tuanya untuk diasuh, dipelihara, dan dididik dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian orang tua dalam pandangan agama Islam mempunyai peran serta tugas utama dan pertama dalam kelangsungan pendidikan anak-anaknya, baik itu sebagai guru, pedagang, atau dia seorang petani. Tugas orang tua untuk mendidik keluarga khusus anak-anaknya, secara umum Allah SWT tegaskan dalam al-Quran surat At Tahrim (66) ayat :

4

Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam. ( Bandung: Angkasa Bandung,


(11)

4

$

p

κ

š

r

'

t

ƒ

t



Ï

%

©

!

$

#

(

ã

Ζ

t

Β#

u

(

#

þ

θ

è

%

ö

/

ä

3

|

¡

à

Ρ

r

&

ö

/

ä

3‹

Î

=

÷

δ

r

&

u

ρ

#

Y

‘$

t

Ρ

$

y

δ

ß

Šθ

è

%

u

ρ

â

¨$

¨

Ζ9

$

#

ä

ο

u

‘$

y

f

Ï

t

ø

:

$

#

u

ρ

$

p

κ

ö

Ž

n

=

t

æ

î

π

s

3

Í

×

n

=

t

Β

Ô

â

Ÿ

ξ

Ï

î

×

Š#

y

Ï

©

ā

ω

t

βθ

Ý

Á

÷

è

t

ƒ

©

!

$

#

!

$

t

Β

ö

Ν

è

δ

t



t

Β

r

&

t

βθ

è

=

y

è

ø

t

ƒ

u

ρ

$

t

Β

t

βρ

â

÷

s

÷

σ

ã

ƒ

∩∉∪

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Al-Tahrim: 6)5

Dengan demikan pendidikan dalam lingkungan keluarga sangat memberikan pengaruh dalam pembentukan keagamaan watak serta kepribadian anak.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis akan membahas tentang hal yang berkaitan dengan “KONSEP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK ANAK DALAM KELUARGA MUSLIM”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang disajikan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Belum Efektifnya Konsep Pendidikan Agama Islam Untuk Anak Dalam Keluarga Muslim?

2. Kurangnya Perhatian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama Islam Pada Anak?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skiripsi ini penulis merasa perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas mengingat keterbatasan kemampuan, waktu dan biaya, maka penulis batasi pada:

1. Peranan keluarga terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam pada anak

5


(12)

5

2. Pendidikan agama yang dimaksud disini adalah pendidikan Aqidah, Ibadah dan pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat Al-Luqman 12-19

3. Anak yang dimaksud disini adalah anak pada usia Sekolah Dasar

Perumusan masalah

Maka penulis merumuskan masalah ini, yaitu:

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam untuk anak dalam keluarga muslim?

2. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan pendidikan Agama Islam pada anak?

D. Tujuan Peneliti dan Manfaat . Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Agama Islam pada anak dalam keluarga muslim.

b) Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan oleh keluarga Muslim dalam Pendidikan Agama Islam pada anak.

. Manfaat Penelitian

a) Sebagai pedoman bagi orang tua dalam mendidik anak yang berkonsepkan Islam

b) Menjadi bahan bacaan bagi para pembaca yang membutuhkan tentang konsep dan teori Pendidikan Agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim.

c) Menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam untuk anak dalam keluarga muslim.


(13)

6

E. Metode Penelitian . Jenis penelitian.

Penelitian ini bersifat Kualitatif. Riset kualitatif memproses pencarian gambaran data dari konteks kejadian secara langsung sebagai upaya melukiskan peristiwa sepersis kenyataannya, yang berarti membuat pelbagai kejadiannya seperti merekat dan melibatkan perspektif yang partisipatif di dalam pelbagai kejadian, serta menggunakan penginduksian dalam menjelaskan gambaran fenomena yang diamatinya.6 Dengan demikian, pendekatan kualitatif menekankan analisanya pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekata-katan kualitatif penulis gunakan untuk menganalisis tentang Konsep Pendidikan Agama Islam untuk Anak dalam Keluarga Muslim. Maka dengan sendirinya penganalisaan data ini lebih difokuskan pada Penelitian Kepustakaan (Library Research), yakni dengan membaca, menelaah dan mengkaji buku-buku dan sumber tulisan yang erat kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Sedangkan dipilihnya metode deskriptif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan.7 Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut mungkin berasal dari naskah atau dokumen lainnya.

. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6

Septiawan Santana K, Menulis Ilmiah; Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), ed. 1, h. 29-30

7


(14)

7

a. Studi dokumenter, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari sumber-sumber informasi milik objek yang ditulis secara langsung tanpa perantara penulis lainnya.

b. Studi kepustakaan, yaitu studi yang dilakukan dengan mempelajari literatur yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti dengan mengumpulkan data-data melalui bahan bacaan seperti teks book, jurnal ataupun artikel yang memiliki relevansi dengan penelitian ini guna mendapatkan landasan teoritis.

. Teknik analisis data.

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis dekriptif yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai obyek penelitian dengan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.8 Analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data secara sistimatis dan diformulasikan sedemikian rupa hingga diperoleh kesimpulan yang komprehensif.

. Sumber data penulisan.

Untuk mendapatkan data-data yang valid maka diperlukan sumber data penelitian yang valid pula. Dalam penelitian ini ada dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer.

Yang dimaksud data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti.

2. Sumber Data Sekunder

Yang dimaksud data sekunder adalah data-data yang mendukung data primer, yaitu buku-buku atau sumber-sumber lain yang relevan dengan penelitian ini.

8


(15)

8

BAB II

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum menguraikan tentang pengertian pendidikan agama Islam, perlu kiranya penulis mengemukakan terlebih dahulu tentang pendidikan dan agama Islam. Pendidikan pengertiannya dapat ditinjau dari segi bahasa dan dari segi istilah. Dari segi bahasa “Pendidikan merupakan bentuk kata turunan yang bentuk kata dasarnya didik dengan awalan pe dan akhiran an yang mengandung arti cara-cara mendidik, memelihara, dan memberi latihan”.9

Sedangkan kata pendidikan yang umum di gunakan sekarang dalam bahasa arab adalah “tarbiyah” ( ) dengan kata kerjanya Rabba ( ر) yang berarti mendidik, mengasuh”.10 Dalam bentuk kata benda masdar, kata Rabba digunakan pula untuk pengertian Tuhan, karena Tuhan yang bersifat memelihara, mengasuh bahkan mencipta. Hal ini dapat dilihat dalam Quran yang berbunyi :

Éb

>

§

$

y

ϑ

ß

γ

÷

Η

x

q

ö

$

#

$

y

ϑ

x

.

Î

Τ$

u

/

u

#

Z

Ž

É

ó

|

¹

∩⊄⊆∪

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".(QS. Al-Isra, 17:24)11

9

Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988). Cet. Ke-1, h. 204

10

Ahmad Zuhri Mudhlor, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, (Yogyakarya : Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996). Cet. Ke-1, h. 952

11


(16)

9

Prof H. M. Arifin Mengatakan bahwasannya “Pendidikan itu adalah sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, dan menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.”12

Sedangkan menurut D. Marimba pada kata pendidilkan adalah “Bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.13

Sementara itu, dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah ”Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.14

Dari berbagai definisi di atas, pada dasarnya menunjukan bahwa pendidikan adalah usaha mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimiliki peserta didik untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani serta terbentuknya kepribadian yang utama memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai bidangnya. Dan usaha tersebut dilakukan secara sadar dan sengaja ini membawa konsekuensi bahwa usaha itu harus dilaksanakan secara teratur dan sistematis.

Kata Agama dikenal pula kata lainnya seperti Ad-din dari bahasa Arab dan religi dari bahasa Inggris. Pengertian Din seperti yang dikemukakan oleh Moenawar Chalil yang dikutip oleh Prof. Dr. Abudin Nata mengungkapkan kata Din dalam masdar dari kata kerja “Dana Yadinu” yang antara lain seperti

12

M. Arifin,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 1994), Cet. Ke-3, h.10

13

Ahmad D. marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung : PT. Al-Ma’rifat, 1989), Cet. Ke-8, h. 19

14

Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, (Jakarta: CV. Taminta Utama, 2004), h. 4


(17)

10

“cara” atau “adap”, kebiasaan, peraturan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, dan Agama.15 Pengertian-pengertian tersebut seluruhnya memperlihatkan muatan, sifat, fungsi, dan kedudukan agama yang secara umum dapat dimengerti dan dipahami dari misi dan perhatian itu sendiri.

Dapat kita lihat bahwa perkataan religi menurut Harun Nasution berasal dari bahasa latin yang asal katanya adalah relage yang berarti “Mengumpulkan, membaca” kemudian diinterprestasikan dari sudut muatan yang terkandung didalam agama, yaitu agama merupakan kumpulan cara mengabdi Tuhan yang terdapat didalam kitab suci. Adapula yang berpendapat lain bahwa religi berasal dari sifat ajaran agama yang berarti mengikat para pengikutnya.16 Fakta menunjukan bahwa dalam ajaran agama terdapat aspek yang amat dominan berupa ikatan antara roh dan manusia dengan Tuhan.

Dari definisi di atas kata agama mempunyai pengertian yaitu suatu peraturan atau norma-norma yang di tetapkan Allah melalui para Nabi yang harus diyakini kebenarannya dan diamalkan perintahnya untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan mengatur segala aspek kehidupan serta membimbing manusia agar tunduk dan patuh terhadap peraturan Allah guna mencapai kehidupan di dunia dan akhirat baik lahir dan batin.

Selanjutnya yang akan penulis uraikan adalah kata Islam. Islam berasal dari bahasa Arab yaitu Aslama (

ا

) yang berarti selamat. Jadi seluruh manusia yang dalam kehidupannya memeluk agama Islam berarti manusia yang selamat atau yang terbaik. Sebagaimana firman Allah di dalam surat Ali Imran ayat 110.

15

Abudin Nata Al-quran dan Hadist, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000), Cet.

Ke-7, h.2 16

Harun Nasution , Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta : UI Pers, 1979),Cet. Ke-I, h. 10


(18)

11

ö

Ν

ç

ä

.

u

Ž

ö



y

z

>

π

¨

Β

é

&

ô

M

y

_

Ì



÷

z

é

&

Ä

¨$

¨

Ψ=

Ï

9

t

βρ

â

÷

ß ù

'

s

?

Å

∃ρ

ã



÷

è

y

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

š

χ

ö

θ

y

γ

÷

Ψ

s

?

u

ρ

Ç

t

ã

Ì



x

ß

ϑ

ø

9

$

#

t

βθ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

è

?

u

ρ

«

!

$

$

Î

/

3

ö

θ

s

9

u

ρ

š

t

Β#

u

ã

÷

δ

r

&

É

=≈

t

G

Å

6

ø

9

$

#

t

β%

s

3

s

9

#

Z

Ž

ö



y

z

Ν

ß

γ

©

9

4

ã

Ν

ß

γ

÷

Ζ

Ïi

Β

š

χθ

ã

Ψ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

ã

Ν

è

δ

ç

Ž

s

Y

ò

2

r

&

u

ρ

t

βθ

à

)

Å

¡≈

x

ø

9

$

#

∩⊇⊇⊃∪

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. (QS. Ali Imran: 110)17

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi Islam, di bawah ini akan penulis kemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya pendapat Drs. Salahudin Sanusi yang dikutip oleh H. Endang Syaifudin mengatakan “Islam adalah bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin selain itu Islam berarti perdamaian dan keamanan serta menyerahkan diri, tunduk, dan taat.”18

Sementara itu Mahmud Syaltut yang masih dikutip oleh H. Endang Syaifuddin mengemukakan “Islam adalah agama Allah yang diperintahkannya untuk mengajarkannya tentang pokok-pokok serta peraturannya kepada Nabi Muhammad SAW dan menugaskannya untuk menyampaikan agama tersebut kepada seluruh umat manusia dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam”.19

Dari pendapat-pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Islam adalah agama Allah yang diturunkan oleh umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan pedoman bagi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang damai, tentram, dan aman di dunia, dan mendapatkan kebahagiaan yang abadi diakhirat kelak.

Menggabungkan ketiga pengertian di atas yakni “Pendidikan Agama Islam itu adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik

17

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 94 18

Endang Syaifuddin Ansyari, Kuliah Al-Islam ( Jakarta : CV Rajawali Pers, 1989), h.73

19


(19)

12

untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya adalah Al-quran dan Al-Hadist”.

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak dan mengangkat mereka kederajat yang tinggi serta berbahagia dalam hidup dan pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan baik dan mendorong mereka untuk memperkuat pekerjaan yang mulia

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati.20 Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

B. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setelah penulis membahas tentang pengertian pendidikan agama Islam yang telah dipaparkan diatas, selanjutnya penulis bahas adalah dasar pendidikan agama Islam itu sendiri. Menurut Ahmad D. Marimba dasar-dasar

20

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta :PT Hidakarya Agung,


(20)

13

pendidikan agama Islam adalah “Semua ketentuan dan ajaran yang berasal dari firman Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya”.21

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar pendidikan Islam adalah “ Dasar-dasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al-Quran dan Hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan pendidikan Agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan Ibadah kepadanya”.22

Al-quran dan Sunnah merupakan sumber hukum dan ajaran Islam yang menjadi pedoman hidup. Sebagaimana Allah memerintahkan kepada orang yang beriman untuk mengikuti petunjuk Al-quran dan Sunnah. Sebagaimana terdapat dalam surat An-Nisa ayat 59.

$

p

κ

š

r

'

t

ƒ

t



Ï

%

©

!

$

#

(

#

þ

θ

ã

Ψ

t

Β#

u

(

ã

è‹

Ï

Û

r

&

©

!

$

#

(

ã

è‹

Ï

Û

r

&

u

ρ

t

Αθ

ß

§

9

$

#

ç

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya)…” (QS.An-Nisa 59)23

Hal ini cukup beralasan karena Al-quran diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk ke arah jalan yang diridhoi Allah SWT. Diantara sifat orang mukmin adalah saling menasehati untuk mengamalkan ajaran Allah SWT yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan.

Demikian pula sunnah Rasulullah yang mengandung ajaran-ajaran dan perilaku Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung didalam Al-Quran. Sunnah berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia. Semua kehidupan Rasul semata-mata untuk menjadi teladan bagi umatnya. Ia adalah seorang guru dan pendidik utama.

Al-Quran maupun sunnah rasulullah adalah pedoman hidup yang bersifat global, keduanya selalu membuka kemungkinan penafsiran yang berkembang. Untuk itu diperlukan ijtihad sebagai lapangan untuk menggali

21

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 41

22

Zuhairini, MetodikKhusus Islam, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983). Cet. Ke-8, h. 23

23


(21)

14

nilai-nilai atau hukum yang lebih terperinci yang terkandung dalam al-Quran dan sunnah Rasulullah.

Dengan demikian yang menjadi dasar atau landasan dari pendidikan agama Islam ialah Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia, ditambah dengan sunnah Nabi sebagai penyempurna serta ijtihad untuk memperjelas apa yang sudah ada yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut dalam pelaksanaannya.

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti mempunyai tujuan. Apakah kegiatan tersebut dalam proyek besar maupun kecil. Tujuan harus dirancangkan agar sebuah rencana atau kegiatan dapat berjalan secara terarah dan menghasilkan sesuatu.

“Pendidikan agama merupakan pendidikan yang bertujuan untuk merealisasi idealitas Islami yaitu mengandung nilai prilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber kekuasaan mutlak yang harus ditaati”.24

Selain itu tujuan pendidikan agama Islam dikemukakan oleh M. Arifin beliau mengatakan “Esensi tujuan pendidikan agama Islam yang sejalan dengan tuntutan Al-Quran adalah sikap penyerahan diri secara total kepada Allah”.25

Dan tujuan pendidikan Agama Islam lebih lanjut menurut Prof. Dr. Abudin Nata adalah “Membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah SWT yakni melaksanakan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya dengan penuh kesadaran dan ketulusan”.26

Tujuan ini tampaknya di dasarkan pada salah satu sifat dasar yang cenderung menjadi orang yang baik, yakni kecenderungan untuk

24

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta : PT Bina Aksara, 1987) Cet. Ke-1, h.

119

25

M. Arifin, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, (Jakarta : Golden Terayon, tth), h. 80

26

Abudin Nata, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, (Jakarta : UIN Pres Jakarta,


(22)

15

melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangannya, di samping kecenderungan untuk menjadi orang yang jahat.

Jelaslah bahwa sesungguhnya tujuan pendidikan agama Islam identik dengan tujuan hidup seseorang muslim, yaitu manusia yang selalu beribadah setiap gerak hidupnya. Selain itu tujuan pendidikan agama Islam adalah menghasilkan manusia muslim yang mempunyai kepribadian sempurna dengan pola taqwa yang berarti bahwa pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang berguna baik untuk dirinya maupun untuk masyarakat, serta senang dan gemar mengamalkan ajaran agama Islam dalam hubungan dengan pencipta, manusia sesamanya dengan lingkungan dan dengan dirinya sendiri agar tercapai kebahagiaan dan keselamatan hidup didunia dan di akhirat.

D. Metode Pengajaran Agama Islam

Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani ”metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu ”metha” yang berarti melalui atau melewati dan ”hodos” yang berarti jalan atau cara. sehingga dapat dipahami metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.27

Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat berarti bahwa metode sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan agama pada diri seseorang sehingga terlihat dalam pribadi obyek dan sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain inti metode dapat pula berarti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Demikianlah ilmu pendidikan Islam merangkum metodologi pendidikan Islam yang tugas dan fungsinya adalah memberikan cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan tersebut.

27

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,


(23)

16

Penjelasan tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran agama Islam, dapat dilihat sebagai berikut:

1) Metode pembiasaan

Yaitu sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.28

2) Metode Keteladanan

Keteladanan dalam bahasa Arab disebut “uswah, iswah” yang berarti perilaku baik yang dapat ditiru oleh orang lain (anak didik). Metode keteladanan memiliki peranan yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Bila dicermati historis pendidikan di zaman Rasulullah Saw. Dapat dipahami bahwa salah satu faktor terpenting yang membawa beliau kepada keberhasilan adalah keteladanan (uswah). Rasulullah ternyata banyak memberi keteladanan dalam mendidik para sahabat.

3) Metode Pemberian Ganjaran

Yaitu penghargaan yang diberikan kepada anak didik, atas prestasi, ucapan dan tingkah laku positif dari anak didik. Ganjaran dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.

4) Metode Pemberian Hukuman

Hukuman dalam bahasa Indonesia, diartikan dengan “siksa” dan sebagainya yang dikenakan kepada orang yang melanggar undang-undang. Dalam istilah bahasa Arab hukuman diistilahkan dengan “iqab”. Perinsip pokok dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.

28


(24)

17 5) Metode Ceramah

Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khlayak ramai. Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah Saw dalam menyampaikan wahyu kepada umat.

6) Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Dalam sejarah perkembangan Islam pun dikenal metode tanya jawab, karena metode ini sering dipakai oleh Nabi Saw dan Rasul Allah.

Firman Allah Swt:

!

$

t

Β

u

ρ

$

u

Ζ

ù

=

y

ö

r

&

Ï

Β

y

7

Î

=

ö

6

s

%

ā

ω

Î

)

Z

ω%

y

`

Í

û

Ç

œ

Ρ

ö

Ν

Í

κ

ö

Ž

s

9

Î

)

4

(

#

þ

θ

è

=

t

ó

¡

s

ù

Ÿ

÷

δ

r

&

Ì



ø

.

Ïe

%!

$

#

β

Î

)

ó

Ο

ç

ä

.

Ÿ

ω

t

βθ

ç

Η

s

>

÷

è

s

?

∩⊆⊂∪

“Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. al-Nahl 12: 43)29

7) Metode Diskusi

Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan suatu permasalahan yang memerlukan beberapa jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar. Metode ini bila digunakan dalam proses belajar mengajar akan dapat merangsang murid untuk berfikir sistematis, kritis dan bersikap demokratis dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk memecahkan sebuah masalah.

8) Metode Sorogan

Metode sorogan adalah metode individual dimana murid mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan guru

29


(25)

18

membimbingnya secara langsung. Pada prakteknya si santri diajari dan dibimbing bagaimana cara membacanya, menghafalnya, atau lebih jauh lagi menterjemahkan atau mentafsirkannya.

9) Metode Bandongan

Metode bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan islam, dimana siswa/santri tidak menghadap guru/kyai satu demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa buku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan, menterjemahkan menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab yang dipelajari, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Cara belajar seperti ini paling banyak dilakukan di pesantren-pesantren tradisional.

10)Metode Mudzakarah

Metode mudzakarah adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar (PMB) dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas masalah-masalah agama saja. Metode ini banyak digunakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang disebut pesantren. Diantara tujuan dari metode ini adalah untuk melatih santri agar terlatih dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang dengan menggunakan kitab-kitab klasik yang ada.

11)Metode Kisah

Metode kisah adalah suatu penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis terjadinya sebuah peristiwa baik benar atau berbentuk fiktif belaka saja.

12)Metode Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas merupakan salah satu cara di dalam penyajian bahan pelajaran kepada siswa. Guru memberikan sejumlah tugas terhadap murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mempertangung jawabkannya.


(26)

19 13)Metode karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu cara pengajaran yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anak didik ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran.

14)Metode Eksprimen

Metode eksperimen adalah suatu metode dimana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.

15)Metode Drill/Latihan

Metode drill adalah suatu metode dalam menyampaikan pelajaran dengan menggunakan latihan secara terus menerus sampai anak didik memiliki ketangkasan yang diharapkan.

16)Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama adalah salah satu bentuk metode belajar-mengajar dengan jalan mendramakan atau memerankan sejumlah aksi. Metode ini bertujuan bagaimana belajar memahami perasaan orang lain, mengambarkan bagaimana seseorang memecahkan masalah serta melukiskan bagaimana seharusnya seseorang bertindak atau bertingkah laku dalam situasi social tertentu.

17)Metode Simulasi

Metode simulasi adalah salah satu dari sekian banyak cara penyampaian materi pelajaran kepada anak didik dengan jalan berpura-pura bermain tentang bagaimana seseorang merasa dan berbuat sesuatu. Metode ini bertujuan untuk melatih siswa agar dapat memahami dirinya dan lingkungannya sehingga mampu bersikap dan bertindak sesuai dengan situasi yang dicapai.

18)Metode Kerja Lapangan

Metode kerja lapangan adalah suatu metode penyampaian pelajaran dengan jalan mengajak anak didik ke lapangan sambil


(27)

20

memegang bahan dimaksud sehingga anak didik faham benar tentang bahan tersebut.

19)Metode Demonstrasi

Metode demontrasi adalah metode mengajar dengan menggunkan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau bahan memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.

20)Metode Kerja Kelompok

Metode kerja kelompok adalah salah satu dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Metode ini dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok baik kelompok kecil maupun kelompok besar.30

E. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Nur Uhbiyati mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam adalah mencakup segala bidang kehidupan manusia di dunia di mana manusia mampu memanfaatkan sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya akan dipetik di akhirat nanti, maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah Islamiah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.31

Ruang lingkup pendidikan Islam mencakup kegiatan-kegitan kependidikan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan dalam bidang atau lapangan hidup manusia yang meliputi:

1. Lapangan hidup keagamaan, agar perkembangan pribadi manusia sesuai dengan norma-norma ajaran Islam.

2. Lapangan hidup berkeluarga, agar berkembang menjadi keluarga yang sejahtera.

30

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, h. 195 31

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999), cet. Ke-2, h. 16


(28)

21

3. Lapangan hidup ekonomi, agar dapat berkembang menjadi sistem kehidupan yang bebas dari penghisapan manusia oleh manusia.

4. lapangan hidup kemasyarakatan, agar terbina masyarakat yang adil dan makmur di bawah ridha dan ampunan Allah SWT.

5. Lapangan hidup politik, agar tercipta sistem demokrasi yang sehat dan dinamis sesuai dengan ajaran Islam.

6. lapangan hidup seni budaya, agar menjadi hidup manusia penuh keindahan dan kegairahan yang tidak gersang dari nilai moral agama.

7. lapangan hidup ilmu pengetahuan, agar berkembang menjadi alat untuk mencapai kesejahteraan hidup umat manusia yang dikendalikan oleh iman.32

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ruang lingkup materi pendidikan Islam meliputi kegamaan, kemasyarakatan, seni budaya dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian materi pendidikan Islam yang diberikan di sekolah berperan untuk pengembangan potensi kreatifitas peserta didik dan bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, cerdas, terampil, memiliki etos kerja yang tinggi. Berbudi pekerti luhur, mandiri dan bertanggung jawab terhadap dirinya, agama, bangsa dan negara.

Oleh karena itu, pendidikan agama Islam sangat bertolak belakang dengan ilmu pendidikan non-Islam. Pengembangan pendidikan Islam adalah upaya mengembangkan sebuah sistem pendidikan alternatif yang lebih baik dan relatif dapat memenuhi kebutuhan umat Islam dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari.

32


(29)

22

BAB III

ANAK DAN KELUARGA MUSLIM

F. Pengertian anak

Anak dalam bahasa Inggris disebut child. Dalam kamus lengkap psikologi karangan J.P. Chaplin, child (anak; kanak-kanak) adalah seorang anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan bergantung pada sifat referensinya, istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan masa puberitas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa pertumbuhan, masa kecil dan masa puberitas)33

Anak adalah keturunan yang kedua manusia, orang yang lahir dari rahim ibu, baik laki-laki maupun perempuan atau khuntsa, sebagai hasil dari persetubuhan antara dua lawan jenis.34

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia anak adalah manusia yang masih kecil yang belum dewasa dan sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. 35 Sebagai manusia kecil yang belum dewasa, ia membutuhkan bimbingan dan pendidikan dari orang tua dan pendidiknya dalam perkembangannya menuju kedewasaan.

Muhammad Sa’id Mursi menjelaskan bahwa, anak-anak memiliki karakteristik; banyak bergerak dan tidak mau diam, sangat sering meniru, suka menentang, tidak dapat membedakan antara yang benar dan yang salah,

33

J.P. Chaplin Kamus lengkap Psikologi, terj dari Dictionary of psychology, oleh Kartini Kartono, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004). Cet. Ke-9, h. 83

34

Tim Penyusun Ensiklopedia Hukum Islam, Ensklopedi Hukum Islam , (Jakarta : PT Ictiar Baru Van Hoeve, 1996), Cet. 1, h. 112

35


(30)

23

banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat, suka bermain dan bergembira, suka bersaing, berfikir khayal, senang mendapatkan ketrampilan, perkembangan bahasanya cepat, suka membuka dan menyusun kembali, berperasaan tajam.36

Beberapa ahli psikologi membagai tentang anak menjadi dua kelompok yaitu anak awal dan anak akhir. Masa awal anak-anak adalah masa secara umum kronologis ketika seseorang berumur antara 2-6 tahun. Kehidupan anak pada masa ini dikategorikan sebagai masa bermain, karena hampir seluruh waktunya digunakan untuk bermain. Masa akhir anak-anak, yakni antara usia 6-12 tahun, di mana masa ini sering disebut sebagai masa sekolah.37

Berikut pengertian anak yang peneliti batasi pada fase usia 6 sampai 12

tahun atau fase anak sekolah dasar. Elizabeth B. Hurlock menyebutkan “ akhir masa kanak-kanak (late childhood) yang berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada awal dan akhirnya, masa akhir kanak-kanak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.38

G. Pengertian Perkembangan Anak

Istilah perkembangan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Van den Daele “Perkembangan berarti perubahan secara kualitatif” ini berarti bahwa perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada tinggi badan seseorang atau peningkatan kemauan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari banyak sturktur dari fungsi yang kompleks.39

36

Muhammad Said Mursi, Melahirkan Anak Masya Allah, terj. Dari Fan Tarbiyah al-Aulad fi al-Islam Oleh Ali Yahya, (Jakarta: Cendekia, 2001), h. 16

37

Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam di Sedolah Dasar,

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), cet.2, h. 6 38

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 146 39


(31)

24

Perkembangan dapat juga diartikan sebagai The Progressive and Continous change in the organism from brith to death (suatu perubahan yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati) Perkembangan dapat juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan.40

Jadi, perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bertahap dalam suatu pola yang teratur dan saling berhubungan. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan ini bersifat tetap, menuju ke suatu arah, yaitu ke suatu tingkat yang lebih tinggi. Contohnya : anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperolehnya. Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal hal yang baru. Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.

Dari uraian pengertian perkembangan di atas perlu disadari bahwa pertumbuhan fisik mempengaruhi perkembangan psikis individu, karena pada suatu saat tertentu kedua istilah ini dapat digunakan secara bersamaan. Dengan kata lain, perkembangan merupakan hasil dari pertumbuhan, pematangan fungsi-fungsi fisik, pematangan fungsi-fungsi psikis.

H. Ciri-ciri perkembangan anak

Perkembangan yang penulis maksud disini adalah pada akhir masa kanak-kanak yaitu masa sekolah :

40

Netty Hartati. Dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2004) cet.


(32)

25

1. Masa yang menyulitkan, yaitu suatu masa dimana ia lebih banyak di pengaruhi oleh teman-teman sebaya dari pada orang tua

2. Usia yang tidak rapih, suatu masa dimana anak cenderung tidak mempedulikan atau ceroboh dalam penampilan, meskipun peraturan keluarga yang ketat mengenai kerapihan dan perawatan barang-barangnya.

3. Usia bertengkar, yaitu suatau masa dimana banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga41

4. Usia penyesuaian diri karena anak-anak pada masa ini ingin meyesuaikan diri dengan standar yang disetujui kelompok dalam penampilan, berbicara dan prilaku lainnya penyesuaian ini dirasakan anak, sehingga apabila ia tidak mampu dalam penyesuaian ini ia akan menjadi anak yang terisolir, menyisihkan diri dan hidupnya tidak bahagia, merasa tidak berarti dibandingkan dengan teman anak-anak lainnya yang popular.

Pada umur kurang lebih 12 tahun, masa anak-anak sudah berakhir baginya. Tenaga, badanya sudah cukup berkembang, telah banyak pengetahuan dan sudah banyak berfikir secara logis dan telah biasa menguasai hawa nafsunya dalam beberapa hal. Ia tidak menghendaki dirinya lebih dari kemampuannya dan biasanya merasa senang dengan kehidupannya. Demikian anak yang berusia 12 tahun menjadi anak yang tenang dan berkesinambungan tetapi itu tidak lama karena akan timbul kegelisahan sebagai tanda krisis baru dalam perkembangannya.

I. Fase-fase perkembangan anak

Usia anak sekolah dasar, bukan lagi seperti anak-anak yang mau di timang-timang dan di perlakukan seperti anak balita. Karena sekarang mereka telah mengalami perkembangan di berbagai macam aspek, antara lain42 :

41

Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, ( Jakarta: Erlangga, 1980), h. 147 42

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (PT: Remaja Rosdakarya,


(33)

26 1. Perkembangan Intelektual

Pada usia sekolah dasar 6-12 tahun anak sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti, membaca, menulis, dan menghitung). Sebelum masa ini yaitu masa pra sekolah daya pikir anak masih bersifat imajinatif, berangan-angan (berhayal) sedangkan pada usia SD daya fikirnya sudah berkembang kepada cara berfikir konkrit dan rasional (dapat diterima akal) walau sifatnya masih sangat sederhana. Periode ini ditandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan baru, yaitu mengklasifikasikan (mengelompokan), menyusun, atau mengasosiasikan (menghubungkan atau menghitung angka-angka atau bilangan). Kemampuan yang berkaitan dengan perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Disamping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

2. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

3. Perkembangan sosial

Maksud perkembangan social ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan social. Dapat juga dikatakan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi dan moral (agama). Perkembangan social pada anak-anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga juga


(34)

27

dimulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas.43

Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sifat yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperlihatkan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya. Dan bertambah kuat keinginannya untuk di terima menjadi anggota kelompok, dia merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

4. Perkembangan Emosi

Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima dalam masyarakat. Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan, kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh. Apabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnya stabil, maka perkembangan keluarga cenderung stabil. Akan tetapi, apabila kebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurang control (seperti, melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh kecewa atau pesimis dalam menghadapi masalah), maka perkembangan emosi anak cenderung kurang stabil.

Untuk itu seyogyanya orang tua senantiasa menciptakan suasana yang tenang, tentram dengan kasih sayang. Walaupun masalah tidak dapat dijelaskan dari kehidupan ini, namun penyelesaiannya haruslah dengan sikap yang tenang dan mencari solusinya dengan kepala dingin

5. Pengembangan Moral

Anak mulai mengenal konsep moral (mengenal benar-salah atau baik-buruk) pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada umumnya, mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, tetapi lambat laun anak

43


(35)

28

akan memahaminya. Usaha menanamkan konsep moral sejak usia dini (prasekolah) merupakan hal yang seharusnya dilakukan, karena informasi yang diterima anak mengenali benar-salah atau baik-buruk akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya dikemudian hari.

Pada usia sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti pertautan atau tuntutan dari orang tua dan lingkungan sekolahnya, pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu anak sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk prilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Misalnya, dia memandang atau menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu yang salah atau buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan bersikap hormat kepada orang tua dan guru merupakan suatu yang benar

J. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

Perkembangan tiap-tiap anak berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara garis besarnya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan atas tiga faktor, yaitu:

1. Faktor-faktor yang bersal dari dalam diri individu.

Diantara faktor-faktor di dalam diri yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan individu adalah:

a. Bakat atau pembawaan, anak dilahirkan dengan membawa bakat tertentu. Bakat ini diumpamakan dengan bibit. Misalnya bakat musik, seni, agama, akal yang tajam dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa bakat atau pembawaan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan individu.

b. Sifat-sifat keturunan, sifat-sifat keturunan yang individu dipusatkan dari orang tua atau nenek moyang dapat berupa fisik dan mental. c. Dorongan dan instink, dorongan adalah kodrat hidup yang mendorong

manusia melakukan sesuatu atau bertindak pada saatnya. Sedangkan instink atau naluri adalah kesanggupan atau ilmu tersembunyi yang


(36)

29

menyuruh atau membisikkan kepada manusia bagaimanan cara-cara melakasanakan dorongan batin.44

2. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu

Di antara faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:

a. makanan, makanan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan individu.

b. Iklim, iklim atau keadaan cuaca juga berpengaruh terhadap perkembangan dan kehidupan anak. Sifat-sifat iklim, alam dan udara mempengaruhi pula sifat-sifat individu dan jiwa bangsa yang berada di iklim yang bersangkutan.

c. Kebudayaan, latar belakang budaya suatu bangsa sedikit banyak juga mempengaruhi perkembangan seseorang. Misalnya latar belakang budaya desa keadaan jiwanya masih murni. Lain halnya dengan seseorang yang hidup dalam kebudayaan kota yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan asing.

d. Ekonomi, latar belakang ekonomi juga mempengaruhi perkembangan anak. Orang tua yang ekonominya lemah, yang tidak sanggup memenuhi kebutuhan pokok anak-anaknya dengan baik, sehingga menghambat pertumbuhan jasmani dan perkembangan jiwa anak. e. Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga. Kedudukan anak dalam

lingkungan keluarga juga mempengaruhi perkembangan anak. Bila anak itu merupakan anak tunggal, biasanya perhatian orang tua tercurah kepadanya, sehingga ia cendrung memiliki sifat-sifat seperti, manja, kurang biasa bergaul dengan teman-teman sebaya.

44

Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


(37)

30 3. Faktor-faktor Umum

Faktor-faktor umum maksudnya unsur-unsur yang dapat digolongkan dalam kedua penggolongan tersebut diatas, yaitu faktor dari dalam dan dari luar diri individu.45

Diantara faktor-faktor umum yang mempengaruhi perkembangan individu adalah:

a. Intelegensi, intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkemabagan anak. Tingakat intelegensi yang erat kaitannya dengan kecepatan perkembangan, misalnya anak yang cerdas sudah dapat berbicara pada usia 11 bulan, anak yang rata-rata kecerdasannya pada usia 16 bulan, bagi kecerdasan yang sangat rendah pada usia 34 bulan, sedangkan bagi anak-anak idiot baru bisa bicara pada usia 52 bulan.

b. Jenis kelamin, jenis kelamin juga memegang peranan yang penting dalam perkembangan fisik dan metal seseorang. Dalam hal anak yang baru lahir misalnya. Anak laki-laki sedikit lebih besar dari pada anak perempuan, tetapi anak perempuan kemudian tumbuh lebih cepat dari pada anak laki-laki.

c. Kesehatan, kesehatan juga merupakan salah satu faktor umum yang mempengaruhi perkembangan individu mereka, kesehatan mental dan fisiknya baik dan sempurna akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang memadai.

d. Ras, ras juga turut mempengaruhi perkembangan seseorang, misalnya anak-anak dari ras Mediterranean (sekitar laut tengah) mengalami perkembangan fisik lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dari bangsa-bangsa Eropa Utara.46

Jadi, ketiga faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai tingkat kematangan tergantung pada sikap ibu dan ayah dalam menjaga dan memelihara anak dengan baik sesuai

45

Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2010), cet.2, h. 32 46


(38)

31

kebutuhan dan perkembangannya. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan baik jika orang tuanya tidak memiliki pengetahuan dan tidak mengetahui hikmah dari anak itu sendiri sebagai orang tuanya.

K. Pengertian Keluarga Muslim

Keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu kerabat yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu dan bapak dengan anak-anaknya.47

Menurut Ibrahim Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga diantara mereka di sebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak yang menyebabkan si anak terlahir di dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.48

Salah satu tujuan syariat Islam adalah memelihara kelangsungan keturunan melalui perkawinan yang sah menurut agama. Diakui oleh undang-undang dan diterima sebagai dari budaya masyarakat. Keyakinan ini sangat bermakna untuk membangun subuah keluarga yang dilandasi nilai-nilai moral agama. Pada intinya lembaga keluarga terbentuk melalui pertemuan suami dan istri yang permanen dalam masa yang cukup lama, sehingga berlangsung proses reproduksi. Dalam bentuknya yang paling umum dan sederhana, keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak.49

Firman Allah dalam surat Ar-Rum ayat 21

ô

Ï

Β

u

ρ

ÿ

Ï

=

Ï

G≈

t

ƒ#

u

÷

β

r

&

t

,

n

=

y

{

/

ä

3

s

9

ô

Ïi

Β

ö

Ν

ä

3

Å

¡

à

Ρ

r

&

%

[

`≡

u

ρ

ø

r

&

(

#

þ

θ

ã

Ζ

ä

3

ó

¡

t

F

Ïj

9

$

y

γ

ø

Š

s

9

Î

)

Ÿ

y

è

y

_

u

ρ

Ν

à

6

u

Ζ

÷



t

/

Z

ο

¨

Š

u

θ

¨

Β

º

π

y

ϑ

ô

m

u

u

ρ

4

¨

β

Î

)

Î

û

y

7

Ï

9≡

s

Œ

;

M≈

t

ƒ

U

ψ

5

Θ

ö

θ

s

)

Ïj

9

t

βρ

ã



©

3

x t

G

t

ƒ

∩⊄⊇∪

47

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamu Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka, 1991) Cet. Ke-3, h. 471

48

Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik (Jakarta : Al-Huda, 2006). Cet. Ke-1, h. 107 49

Fuaduddin TM, Pengasuh Anak dalam Keluarga Islam, (Jakarta:Lembaga kajian Agama dan Jender, 1999) h. 4-5


(39)

32

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.(QS. Ar-Rum : 21)50

Keluarga dalam dimensi hubungan sosial ini mencakup keluarga psikologis dan keluarga pendagogis, keluarga psikologis merupakan sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota memiliki pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan keluarga pendagogis adalah suatu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan maksud untuk saling menyempurnakan diri. Menurut Ali Turkamani keluarga adalah “unit dasar dan unsur fundamental masyarakat, yang dengan itu kekuatan-kekuatan yang tertip dalam komunitas sosial dirancang dalam masyarakat”.51

Pada pengertian keluarga di atas bila dikaitkan dengan muslim, bahwa muslim itu adalah penganut agama Islam, maka keluarga muslim dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang didalamnya terdapat ayah, ibu, dan anak yang menganut agama Islam. Keluarga memiliki tempat yang strategis dalam menanamkan nilai keagamaan ke dalam pribadi anak, baik melalui interaksi mendidik antara orang tua dengan anak-anaknya melalui proses sosialisasi yang berlangsung setiap waktu. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan primer bagi anak, yaitu lingkungan yang pertama dan utama bagi perkembangan kepribadian anak..

Dalam Undang-Undang sistem pendidikan nasional No 20 Tahun 2003

menegasakan bahwa keluarga masuk dalam katagori pendidikan informal yang diakui oleh Negara, yaitu pasal II, “Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan”. Keluarga merupakan tempat sosialisasi

50

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya., h. 644 51

Ali Turkamani, Bimbingan Kekuarga dan Wanita Islam, (Jakarta : Pustaka Hidayah


(40)

33

yang paling dasar bagi anak dalam mengarahkan jiwa dan kehidupannya kepada pematangan pribadi sebagai muslim.

Oleh karena itu pendidikan keluarga muslim dilakukan berdasarkan pada ajaran Islam. Pendidikan agama Islam dalam keluarga tidak terikat oleh kurikulum sebagaimana lazimnya dalam pendidikan formal, tetapi berlangsung secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses bimbingan orang tua, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai kehidupan sehingga setiap orang mendapatkannya sejak lahir hingga meninggal dunia. Upaya orang tua menciptakan situasi dan kondisi bermuatan nilai moral, pada dasarnya adalah mengupayakan agar anak mempunyai kesadaran dan berprilaku taat moral yang sesungguhnya secara otonom berada di dalam dirinya sendiri. Dasar nilai otonom pada anak-anak adalah identifikasi dan orientasi diri.

Oleh karena itu, pola hidup keluarga (ayah dan ibu) merupakan model ideal bagi peniruan dan pengidentifikasian perilaku dirinya. Pada anak usia sekolah dasar, diperlukan bantuan dan kontrol untuk mengorganisasikan aktivitas-aktivitasnya. Sehubungna dengan hal itu, Prof. Dr. Zakiah Darajat menyatakan bahwa :

“Hubungan orang tua sesama mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang, terbuka, dan mudah dididik, karena ia mendapatkan kesempatan yang cukup baik untuk tumbuh dan berkembang”.52

Dari beberapa penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa keluarga muslim adalah lingkungan pertama dalam pendidikan karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan bimbingan. Dan keluarga disebut sebagai lingkungan pendidikan yang utama karena sebagian besar hidup anak berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan

52


(41)

34

dalam menentukan kehidupan anak selain pendidikan, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan agama. Karena sangat pentingnya pendidikan agama, maka para orang tua harus berusaha memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka.

L. Fungsi dan Tanggung Jawab Keluarga

Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan keinginan adalah hak yang komplek Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya sebagai pendidik.

Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa berdasarkan pendekatan budaya keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi. yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, protektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomis.53

1. Fungsi biologis, perkawinan dilakukan antara lain bertujuan agar memperoleh keturunan, dapat memelihara kehormatan serta martabat manusia sebagai makhluk yang berakal dan beradab. Fungsi biologis inilah yang membedakan perkawinan manusia dengan binatang.

2. Fungsi edukatif, keluarga merupakan tempat pendidikan bagi semua anggotanya dimana orang tua memiliki peran yang cukup penting untuk membawa anak menuju kedewasaan jasmani dan rohani dalam dimensi kognisi, afektif maupun skill, dengan tujuan untuk mengembangkan aspek mental, spiritual, moral, intelektual, dan profesioanl.

3. Fungsi relegius, keluarga merupakan tempat penanaman nilai moral agama melalui pemahaman, penyadaran dan praktek dalam kehidupan sehari-hari

53

Mufidah, Psikologi Keularga Islam Berwawasan Gender. (Malang : UIN Press, 2008). Cet. Ke-1, h. 43


(1)

77

tinggi, tetapi tidak memiliki karya nyata yang dapat disumbangkan bagi kepentingan masyarakat, maka dia belum dianggap figur yang berhasil. Akibatnya, perlu ditekankan sekali bahwa iptek dan imtaq tidak boleh dibiarkan berjalan sendiri

Jadi peran orang tua dalam mengembangkan Intelektual anak harus dalam bimbingan kedua orang tua agar tidak ada kesesatan dalam melakukan suatu gagasan yang baru bagi anak.


(2)

78

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setiap pengalaman yang di dapat oleh anak baik melalui penglihatan, pendengaran, maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan perkembangan kepribadian mereka. Untuk itu peran orang tua sangat penting dalam memberikan pengaruh yang baik pada anaknya, sehingga anak menjadi sosok pribadi muslim yang bertaqwa, dan semua itu dapat diberikan melalui pembiasaan, latihan, dan bimbingan secara intensif. Sebagai penutup skripsi ini penulis memberikan beberapa kesimpulan, yaitu:

3. Adapun konsep pendidikan Islam untuk anak dalam keluarga muslim adalah usaha yang dilakukan oleh orang tua yang diberikan kepada anaknya, yaitu meliputi aspek aqidah, ibadah dan akhlak serta inteluktual anak. Pembinaan atau pendidikan yang diberikan orang tua kepada anak-anak mereka sejak dini merupakan pondasi yang sangat penting bagi kelangsungan pribadinya di masa yang akan datang dalam mengatasi semua tantangan hidup. Karena semua aspek tersebut dapat menimbulkan kepercayaan dalam hatinya, sehingga anak mempunyai keimanan yang kokoh kepada Allah SWT

4. Adapun upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam menumbuhkan pendidikan Agama Islam pada anak yaitu, mengajarkan


(3)

79

kepada anak agar tidak mensyarikatkan Allah, mengajari untuk cinta kepada Allah, mengajari anak untuk membiasakan shalat, mengajari membaca Al-Qur’an, mengajari anak untuk berbuat baik kepada orang lain serta mengembangkan daya pikir anak.

B. Saran

Dari hasil studi pustaka yang penulis lakukan, penulis merasa perlu menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Agama Islam sangat memperhatikan aspek pendidikan anak, oleh karena itu seharusnya bagi orang tua mampu mencurahkan perhatian yang lebih untuk pendidikan anak-anaknya. Jangan sampai kesibukan orang tua mengakibatkan terbengkalainya pendidikan anak. Karena pendidikan yang diberikan oleh orang tua sejak dini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak di masa yang akan datang. Selain itu perlu diingat, bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa, karena itu orang tua dalam mendidik haruslah disesuaikan dengan perkembangan usia mereka, sehingga memiliki arti yang mendalam bagi anak. Dan dalam mendidik anak hendaklah orang tua selalu mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah SAW, serta cara Luqmanul Hakim dalam mendidik anak-anaknya yang sangat memperhatikan pengajaran Aqidah, Ibadah, dan Akhlak.

2. Orang tua hendaknya lebih menyadari akan tugasnya dan peranannya sebagai orang yang paling berpengaruh di dalam keluarga. Pada fase anak usia sekolah dasar antara umur 6-12 tahun merupakan fase terpenting di dalam menumbuhkan sikap keagamaan pada anak yang berisikan keimanan, amaliah, ilmiah, akhlak intelektual, dan social yang harus tertanam benar dalam jiwa anak.


(4)

80

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy, Athiyah, Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta :Bulan Bintang 1970 Cet. Ke-7

Amini, Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik, Jakarta : Al-Huda, 2006. Cet. Ke-1

Ansyari, Ending Syaifuddin, Kuliah Al-Islam Jakarta : CV Rajawali Pers, 1986

Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta : PT Bina Aksara, 1987 Cet. Ke-1

______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara, 1994, Cet. Ke-3

______, Pendidikan Islam dalam Arus Dinamika Masyarakat, Jakarta : Golden Terayon, tth

______, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga.

Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002

______, Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: Pres Group 2007. Cet ke- 2

Ar-rifa’i Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta, Gema Insani, 2000. Cet. Ke-3

Azra Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998. Cet. Ke-1

Daradjat, Zakiah, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995, cet. Ke-2

______, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang 1996. Cet. Ke-15

______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1991. Cet. Ke-2,

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya

Desmita, Psikologi Perkembangan peserta didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010. Cet. Ke-2


(5)

81

Hurlock Elizabeth B., Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga, 1980

Hartati, Netty. Dkk, Islam dan Psikologi, Jakarta: PT. rajagrafindo Persada, 2004. Cet. Ke-1

Ihsan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008. Cet. Ke-5

Jalaludin, Teologi Pendidikan , Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2002. Cet. Ke-2

Lwin May, Cara mengembangkan berbagai kompenen kecerdasan, Jakarta: PT. indeks, 2008. Cet. Ke-2

Mahfuzh, Syaikh M. Jamaluddin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007. Cet. Ke-2

Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , Bandung : PT. Al-Ma’rifat, 1980, Cet. Ke-4

Mar’at, Samsunuwiyati, Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Cet. Ke-4

Mudhlor, Ahmad Zuhri, Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarya : Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, 1996. Cet. Ke-1

Mufidah, Psikologi Islam Berwawasan Gender. Malang : UIN Press, 2008. Cet. Ke-1

Nata, Abudin, Al-quran dan Hadist, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2000, Cet. Ke-7

______, Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung: Angkasa Bandung, 2003. Cet. Ke-1

______, Pendidikan dalam perspektif Al-quran, Jakarta : UIN Pres Jakarta, 2005 Cet. Ke-1

______, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996. Cet. ke-1

_______, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: UIN Jakarta Press: 2005. Cet.. Ke-1


(6)

82

Nasution, Harun , Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta : UI Pers, 1979,Cet. Ke-I

Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Kamu Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991 Cet. Ke-3

Sabri, Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Press, 2005.

______, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Cet. Ke-2

Shaleh, Abdul Rachman, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000. Cet. Ke-1

Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Cet.

Ke-2

Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta: PT Bumi Aksara 2008). Cet. Ke-2

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2207. Cet. Ke-9

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988 Cet. Ke-1

TM, Fuaduddin, Pengasuh Anak dalam Keluarga Islam, Jakarta:Lembaga kajian Agama dan Jender, 1999

Turkamani, Ali, Bimbingan Kekuarga dan Wanita Islam, Jakarta : Pustaka Hidayah 1992. Cet. ke-1

Ulwan, Abdullah Nashih, Pendidikan anak dalam Islam, Jakarta: Pustaka Amani, 1995. Cet. Ke-I

Undang-undang tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pelaksanaannya 2000-2004, Jakarta: CV. Taminta Utama, 2004

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT: Remaja Rosdakarya, 2010. Cet. Ke-11