Pendidikan Agama 1. Pengertian Pendidikan

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Agama 1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dalam upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. 1 Secara etimologi, pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogiek. Paes berarti anak; agogos artinya membimbing atau tuntunan; dan iek artinya ilmu. Jadi secara etiologi paedagogiek adalah ilmu yang membicarakan bagaimana memberikan bimbingan kepada anak. Dalam bahasa Inggris pendidikan diterjemahkan menjadi education. Education berasal dari bahasa Yunani educare yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang. 2 Menurut Dictionary Of Education, yang dikutip oleh Alisuf Sabri dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, bahwa pendidikan diartikan sebagai berikut: 3 a. Serangkaian proses dengannya seseorang atau anak mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat. b. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan lingkungan yang sengaja dipilih dan dikendalikan misalnya oleh guru di 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Jakarta: Balai Pustaka, 2005 h. 263 2 Madyo Ekosusilo, Dasar-Dasar Pendidikan, Semarang: Effhar, 1990 h. 12 3 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Perrs, 2005, h. 5 13 sekolah sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individual yang optimal. Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan sebagai “bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik tehadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”. 4 Sedangkan beberapa ahli yang lain mengartikan pendidikan sebagai berikut: 5 a. Lengeveld: Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam upaya membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan. b. Hoogveld: Mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. c. SA. Branata, dkk: Pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. d. Ki Hajar Dewantara: Mendidik ialah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya menurut GBHN Ketetapan MPR RI No. IV MPR 1973 dikatakan bahwa: “Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk 4 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam Bandung: Al-Ma’arif, 1980, h. 19 5 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 6 14 mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup”. 6 Kemudian menurut ketentuan umum Bab I Pasal 1 Undang-undangSistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989, menjelaskan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”. 7 Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia; aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik manusia kepada titk optimal kemampuannya. Berdasarkan pernyataan tersebut banyak ahli filsafat pendidikan yang mengartikan pendidikan sebagai suatu proses bukan suatu seni atau teknik. 8 Pendidikan diartikan sebagai bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa. Dalam perkembangan berikutnya pendidikan diartikan sebagai “usaha yang dilakukan oleh seorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang untuk mempengaruhi sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental”. 9 6 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan,Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 7 7 Ibid. h. 7 8 M u ayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h.12-13 9 Tholib Hasan, Dasar-dasar Pendidikan Jakarta: Studia Press, 2005, h. 1 15 Menurut Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun informal. 10 Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk melatih, membimbing, dan mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri seseorang melalui suatu proses dengan menggunakan metode-metode tertentu, baik secara formal maupun nonformal, sehingga orang tersebut memperoleh pengetahuan dan pemahaman, membentuk pola tingkah laku tertentu untuk menciptakan kepribadian yang mandiri agar sampai pada kesempurnanan yang mungkin dicapai.

2. Pengertian Agama

Definisi agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan. 11 Agama adalah kepercayaan dan pola perilaku, yang diusahakan oleh manusia untuk menangani masalah-masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan menggunakan teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya. Untuk mengatasi keterbatasan itu orang berpaling kepada manipulasi makhluk dan kekuatan supernatural. 12 Pengertian agama menurut Fre er dalam Aslam Hadi yaitu: “menyembah atau menghormati kekuatan yang lebih agung dari manusia yang dianggap 10 M. Arifin, Hubungn Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga Jakarta: Bulan Bintang, 1984, h. 4 11 Departemen Pendidikan Nasional “Kamus Besar Bahasa Indonesia” Jakarta: Balai Pustaka. Edisi 3. Cet.3 h. 12 12 William A. Haviland, Antropologi, Jakarta: Erlangga 1985, h. 193 16 mengantur dan menguasai jalannya alam semesta dan jalannya peri kehidupan manusia.” 13 Agama menurut Prof. KHM. Taib Abdul Mu’in, agama adalah suatu peraturan yang mendorong jiwa sesorang yang mempunyai akal, memegang peraturan Tuhan dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai kebaikan hidup di dunia dan kelak di akhirat. 14 Agama menurut Harun Nasution, ada beberapa pengertian atau definisi tentang agama, yaitu: a. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. b. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. c. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada pada diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia. d. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan hidup tertentu. e. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. f. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada kekuatan gaib. g. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 13 Aslam Hadi, Pengantar Filsafat Islam, Jakarta: Rajawali, 1986, cet. Ke-1, h. 6 14 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1996 cet. Ke-2, h. 4 17 h. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul. 15 Sedangkan menurut H. Syahrial Sain, seperti yang dikutip oleh TB. Aat Syafaat, dalam buku Peranan Pendidikan Agama Islam, agama adalah aturan perilaku bagi umat manusia yang sudah ditentukan dan dikomunikasikan oleh Allah Swt. Melalui orang-orang pilihan-Nya yang dikenal sebagai utusan-utusan, rasul-rasul, atau nabi-nabi. Agama mengajarkan manusia untuk beriman kepada adanya keEsaan, dan Supremasi Allah yang Maha Tinggi dan berserah diri secara spiritual, mental, dan fisikal kepada kehendak Allah, yakni pesan Nabi yang membimbing kepada kehidupan dengan cara yang dijelaskan Allah. 16 Agama menurut Hadijah Salim adalah peraturan Allah SWT yang diturunkan-Nya kepada rasul-rasul-Nya yang telah lalu yang berisi suruhan, larangan dan sebagainya yang wajib ditaati oleh umat manusia dan menjadi pedoman serta pegangan hidup agar selamat dunia dan akhirat. Agama adalah kendali hidup, dan barang siapa hidupnya tak terkendalikan niscaya manusia itu akan terjerumus dan tak akan menentu arah tujuannya, maka membahayakan kepada diri mereka sendiri. 17 Menurut Psikologi Agama, agama adalah pengakuan pribadi terhadap yang dihayati sebagai “yang Adi InsaniSuper Human” yang menggejala dalam penghayatan dan tingkah laku orang yang bersangkutan lebih-lebih kalau 15 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Beberapa Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985, cet. Ke-4, h. 10 16 TB. Aat Syafaat, dkk. Peranan Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2008, h. 14-15 17 Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, h. 4 18 usahanya untuk menyelaraskan dengan yang Adi Insani itu. 18 Agama adalah relasi dengan Tuhan sebagaimana dihayati oleh manusia. 19 Agama dapat menjadi sarana bagi manusia untuk mengangkat diri dari kehidupan duniawi, yang penuh penderitaan, dan mencapai kemandirian spiritual, meskipun hanya untuk sementara. 20 Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama adalah usaha sadar untuk mengarahkan, mengajarkan, membimbing anak secara berangsur-angsur dan membantu membentuk kepribadian anak dan membantu perkembangan jasmani dan rohaninya agar sesuai dengan ajaran-ajaran agama dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Keluarga

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia Keluarga adalah suatu keluarga yang paling mendasar dalam masyarakat yang terdiri dari ibu dan bapak dengan anak-anaknya. 21 Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Menurut pasal 1 Undang–undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, menjelaskan bahwa “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. 22 Anggota keluarga terdiri dari suami, istri atau orang tua ayah dan ibu serta anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta kasih sayang 18 Mudjahid Abdil Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996, h. 6 19 Nico Syukur Dister, Pengalaman dan Motivasi Beragama Pengantar Psikologi Agama, Jakarta:LEPPEHAS, 1982 h, 14 20 William A. Haviland, Antropologi, Jakarta: Erlangga 1985, h. 195 21 Departemen Pendidkan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h. 536 22 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 21 19 antara suami istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya hubungan kodrati antara orang tua dan anak. 23

4. Fungsi Keluarga

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama, menurut ST. Vembriarto, mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak; yaitu: 24 a. Fungsi biologik, yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak secara bilogis anak berasal dari orang tua. b. Fungsi afeksi, yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi penuh kasih sayang dan rasa aman. c. Fungsi sosialisasi, yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinaan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadian. d. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. e. Fungsi rekreasi, yaitu keluarga merupakan tempat atau medan rekreasi bagi anggota untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan. 23 Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, h. 21 24 Ibid, h. 23 20 f. Fungsi keagamaan, yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, di samping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada anak. g. Fungsi perlindungan, yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi anak, baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini banyak dilakukan oleh badan-badan sosial, seperti anak yatim piatu, anak nakal, perusahan asuransi, dan lain-lain.

5. Pendidikan Agama dalam Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan fundamental sifatnya. Disitulah anak dibesarkan, memperoleh penemuan-penemuan dan belajar yang memungkinkan dirinya untuk perkembangan lebih lanjut. Disitu pulalah anak pertama-tama akan mendapat kesempatan menghayati pertemuan-pertemuan dengan sesama manusia bahkan memperoleh perlindungan yang pertama. 25 Agama dan pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan sesorang yang pada hakikatnya ditimbulkan oleh norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan melalui pendidikan orang tua terhadap anak mereka. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua akhirnya dianut oleh anaknya. Tidak mengherankan kalau ada pendapat segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya, bukan semata-mata karena faktor bawaan atau keturunan, akan tetapi karena proses pendidikan. 26 25 Ary H. Gunawan, Kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, Jakarta: BINA AKSARA, 1986, h. 101 26 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, h. 114 21 Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga adalah paling penting. Alasan pertama, pendidikan ditiga tempat pendidikan lainnya masyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya rendah. Pendidikan di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga sebentar, di sekolah hanya dua jam pelajaran setipa minggu. 27 Alasan kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan agama Islam ialah penanaman iman. Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah. 28 Sering kali orang menyangka bahwa pendidikan agama dalam keluarga, adalah pemberian pelajaran agama kepada anak. Namun anggapan seperti itu kurang tepat, karena yang dimaksud adalah pembinaan jiwa agama pada anak, atau dengan kata lain pembinaan pribadi anak sedemikian rupa, sehingga segala tindak tanduknya dalam hidup, sesuai dengan ajaran agama. 29

B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri