5.2.1. Konsep Struktur Bawah
Sistem pondasi yang mampu memberikan dukungan perbaikan tanah sehingga kondisi dan sifat tanah yang lunak atau labil pada lokasi perancangan
tidak menimbulkan efek merusak terhadap bangunan nantinya. Konstruksi bawah untuk desain bangunan kampus juga dipersiapkan untuk pembangunan secara
vertikal di masa depan. Pondasi KSLL Konstruksi Sarang Laba-Laba merupakan sistem struktur yang akan diterapkan pada perancangan kampus D-2 Jurusan
Budidaya Tanaman Karet AKNIRA.
Gambar 5.5. Sistem Pondasi KSLL; a pola rib KSLL; b arah gaya pada KSLL; c tanah pengisi ruang antar rib sebagai struktur pendukung bangunan.
Universitas Sumatera Utara
Pondasi KSLL mengandalkan rib-rib tipis yang tinggi sebagai penyebar beban dari kolom yang diapitnya ke tanah. Pondasi ini memiliki tahap pengerjaan
yang relatif lebih singkat dari sistem pondasi dalam lain dengan metode yang jauh lebih sederhana pula. Pengerjaan sistem pondasi KSLL tidak membutuhkan
bantuan alat berat seperti pada tiang pancang dan juga padat karya, yaitu pengerjaannya mampu menyerap lebih banyak tenaga manusia daripada mesin.
Pola pembebanan pada pondasi ini disebarkan secara merata sehingga mampu mengatasi masalah penurunan tanah akibat berat bangunan.
5.2.2. Konsep Struktur Utama
Konsep sistem struktur utama mengandalkan beton bertulang sebagai pembentuk kolom dan balok. Balok yang digunakan adalah balok sistem dua arah
sedangkan untuk kolom struktur, dimensi kolom adalah 50 cm, kolom ini cukup besar untuk bangunan 3 lantai, namun tentu saja struktur ini mampu menopang
pembangunan vertikal yang kemungkinan besar akan terjadi dimasa depan.
Gambar 5.6. Aksonometri pembalokan.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Konsep Struktur Atap
Atap yang dipakai merupakan atap jenis skilion sebagai analogi bentuk bukaan udara pada atap rumah tradisional Nias. Atap ini memungkinkan aliran air
hujan jatuh ke satu bagian yang terpusat sehingga mendukung konservasi air hujan bagi bangunan kampus. Atap skilion ini menggunakan baja ringan sebagai
material penyusun rangkanya dan atap genteng metal sebagai penutup atapnya. Bagian bawah dari atap ini nantinya dapat digunakan untuk area bercocok tanam
atau difungsikan untuk kebutuhan lainnya.
Atap lainnya adalah dak beton. Atap ini memungkinkan penutupan area yang tidak dapat menggunakan jenis atap biasa. Dak beton ini juga mampu
menjadi plat lantai bangunan.
Gambar 5.7. Aksonometri Atap Skilion dan Dak Beton.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. Konsep Struktur Kanopi Tengah