FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
Relph 1976, Canter 1977, dan Punter 1991, dan Montgomery 1998 dalam Carmona et. al. 2003
8
menyatakan bahwa terdapat tiga unsur pembentuk tempat, yakni activities, meaning, dan image. Sebuah tempat terbentuk melalui
hubungan antara wajah fisik lingkungan, aktivitas dari individu maupun kelompok, serta makna yang dibentuknya. Sedangkan rasa terhadap tempat
terbentuk melalui tiga 3 aspek yaitu aktivitas, bentuk fisik, dan makna. Sense of Place merupakan konsep yang memperlihatkan bagaimana hubungan antara
manusia dengan tempat dan lingkungan tempat ia bermukim, melalui hubungan kedekatan emosional, serta maknanya.
3.2.4 Timelessness
Sebuah bangunan atapun kota mampu “hidup dan bertahan selamanya”
melalui sebuah cara yang telah ada ribuan tahun yang lalu dan tetap sama hingga hari ini. Cara yang dimaksud adalah ketika bangunan atau kota tersebut dibangun
sebagai tempat manusia merasakan dan merayakan kemanusiaannya, merasakan dan menyadari keadaannya sebagai subjek yang hidup. Proses ini menuntun
semua orang untuk melihat bangunan sebagai sejarah mereka di dalam bentuk, sebagai tumbuhan dan tebing, serta sebagai wajah mereka Alexander.C, 1979:
hlmn.7. Proses ini memberikan motivasi bagi orang-orang untuk membangun
8
Harapa da “yl ia, Kajia Spirit of Place Ka pu g Madras Meda , repository.usu.ac.id, diakses 16 April 2015, hlm: 16.
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
bersama-sama, mengarahkan desain pada pandangan ideal mereka dan memberi jiwa bangunan sesuai dengan diri mereka.Metode inilah yang membawa sebuah
bangunan hidup dan mampu mempertahankan eksistensinya di tempat tersebut selama-lamanya.
Tidak ada perbedaan objektif antara bangunan yang baik dan buruk atau kota yang baik atau buruk, perbedaan terletak pada kualitas utama di dalamnya
yang tidak dapat diberi nama. Bentukan yang menjadi komposisi dari perancangan sebuah bangunan tidak pernah ada duplikatnya”, hanya dapat ditemui pada tempat
tertentu saja. Dalam mendesain sebuah bangunan dengan tema ketidaklekangan, sering ditemui paradigm penggunaan kata “hidup” bagi sebuah karya arsitektural
yang sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk kualitas tanpa nama,namun secara bersamaan justru menjadi kelemahan desain. Ada lagi kata
“seluruh” yang menjadi kriteria kualitas tanpa nama, namun “seluruh” merupakan kata yang terlalu tertutup. Kualitas tanpa nama kemudian diidentikkan dengan
“nyaman”, namun kata “nyaman” sendiri memiliki makna yang terlalu luas. Sebuah kata yang mampu mendeskripsikan kualitas tanpa nama adalah kata
“abadi” Alexander.C, 1979.
Kualitas tanpa nama ibarat sebuah lingkaran, dia ada di dalam diri kita dan di dalam bangunan. Untuk memahami hal ini dibutuhkan pengertian akan apakah
sebuah bangunan atau kota, apakah yang mengaturnya, dan apakah yang terjadi di sana. Sebuah bangunan juga memiliki pola-polanya sendiri. Pola ini memberi
karakter, dan kejadian-kejadian yang berlangsung di sana melengkapi
Universitas Sumatera Utara
FINDING THE GLASSBOX OF WONDER
Helen Kartika 110406066
pembentukan karakternya. Elemen-elemen pembentuk bangunan juga pada dasarnya dibedakan oleh pola-pola tertentu yang menghasilkan hubungan unik
antar elemennya. Pola-pola yang terbentuk bukan sekedar fenomena yang terjadi di
masyarakat tradisional. Hal ini lebih kepada sifat alami manusia. Pola-pola yang membentuk karakter ini tidak dibentuk secara sengaja oleh arsitek atau perencana,
mereka muncul dari hasil kerja tangan ribuan orang yang berbeda. Masing-masing individu ini memberikan warna khas pada desain.
Karakter yang “tidak lekang” pada sebuah bangunan sebagian besarnya adalah bagian dari alam, seperti sungai, pepohonan, tebing, bara dan bintang-
bintang. Setiap fenomena yang terjadi di dalamnya memiliki tingkat morfologinya sendiri. Karakter inilah yang dibentuk secara “abadi”. Inilah yang membentuk
citra fisik sebuah desain, kualitas tanpa nama, kualitas yang mampu membuat bangunan mempertahankan eksistensinya selama-lamanya.
3.2.5 Arsitektur Kontemporer