Dengan hasil perhitungan nilai t hitung 4.314 lebih besar dari 2.776 dapat diambil keputusan untuk menerima Ha. Dengan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat tidak ada perbedaan antara kinerja reksadana yang menggunakan metode Sharpe dan Treynor.
D. Interpretasi
Pengukuran kinerja reksadana mutlak diperlukan dalam hal membandingkan reksadana yang satu dengan reksadana yang lainnya, yakni
dengan mengikut sertakan faktor risk baik yang menggunakan variance resiko sistematik dan unsistematik, Dari haril deskriptif statistik telah diketahui
bahwa analisis perbandingan langsung terhadap reksadana syariah dengan menggunakan metode sharpe dan treynor dan juga menggunakan tolak ukur
Banchmark bahwa kinerja reksadana syariah dengan menggunakan metode Treynor lebih baik daripada menggunakan metode sharpe, hal ini terbukti pada
tahun 2005 PNM Syariah dengan menggunakan metode Sharpe lebih baik daripada menggunakan metode sharpe, begitu pula dengan tahun 2006 pada
PNM Amanah Syariah dengan menggunakan metode Sharpe lebih baik daripada menggunakan metode sharpe, tetapi pada tahun 2007 metode sharpe
yang lebih baik daripada metode treynor, tetapi kinerja reksadana syariah pun maasih buruk bila dibandingkan dengan banchmarknya JII dan SWBI
Menurut Eko Priyo Pratomo dan Ubaidillah Nugraha jurnal, kinerja reksadana.pdf 2005, hal 159 peneliti menggunakan metode Sharpe memiliki
keunggulan tersendiri yaitu menggunakan resiko total dalam perhitungannya sehingga semua resiko yang terkandung dalam suatu reksa dana sudah
termasuk dalam perhitungan. Sedangkan metode lainnya hanya menggunakan resiko pasar. Sedangkan menurut Yunivan Kristanto MBIPB, 2008, Treynor
lebih dianjurkan untuk tipe investor yang lebih memperhatikan resiko sistematik, seperti resiko pasar, resiko nilai tukar, atau resiko suku bunga. Hal
ini terbukti dari hasil penelitiannya mengenai Analisis Kinerja Indeks Saham Sektoral Di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2004-2006, Studi Kasus:
Sektor Pertanian, Sektor Pertambangan, Sektor Properti, Dan Real Estat, Sektor Infrastruktur, Utilitas Dan Transportasi Dan Sektor Keuangan -- 2007.
Peneltian yang dilakukan oleh Mustakim, mengenai Analisis Kinerja Reksadana Syariah Dengan Menggunakan Metode Sharpe dan Metode
Treynor 2008, Penelitiannya tersebut menyatakan bahwa analisis sharpe
menghasilkan risk adjusted return yang lebih baik dibandingkan dengan analisis kinerja treynor untuk reksadana syariah jenis campuran, tetapi kinerja
Sharpe dan Treynor mencerminkan nilai yang negatif. Sama halnya dengan peneltian yang dilakukan oleh Ahmad Mujahid, mengenai analisis
Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah Terhadap Reksadana Konvensional Studi Kasus Pada Reksadana Campuran 2007,
hasil penelitian tersebut bahwa reksadana syariah menunjukan bahwa kinerja yang dihasilkan oleh
reksadana syariah belum menghasilkan return yang tinggi dan risiko yang
rendah dbandingkan dengan reksadana konvensional dan inventasi pembandingnya IHSG, SBI, JII, SWBI.
Pada dasarnya kinerja reksadana Syariah dengan menggunakan metode sharpe dan treynor mempunyai perbedaan yang signifikan hal ini dapat dilihat
dari pembahasan sebelumnya bahwa pada tahun 2005-2006. Penelitian yang dilakuakan oleh Ahmad Jalalu Suyuti, bahwa hasil metode sharpe dan jensen
mampu mendeteksi adanya perbedaan yang signifikan, tetapi untuk metode treynor tidak dapat.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLEMENTASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya adalah hasil mengenai analisis perbandingan langsung terhadap reksadana syariah dengan
menggunakan metode sharpe dan treynor dan juga menggunakan tolak ukur Banchmark yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil
kesimpulan, bahwa: 1.
Kinerja reksadana Syariah yang menggunakan Metode Sharpe menunjukan hasil retun yang lebih buruk dibandingkan dengan Reksadana
Syariah dengan menggunakan Metode Treynor, JII, dan SWBI dari segi Risk Adjusted performance, dapat diambil kesimpulan:
a. Pada tahun 2005
Kinerja Reksadana Syariah pada PNM Syariah dengan menggunakan metode Treynor lebih baik daripada metode Sharpe. Apabila PNM
Syariah dibandingkan dengan Kinerja Pasarnya JII angka Indeks Sharpe lebih buruk, tetapi bila dibandingkan dengan indeks Treynor
tersebut lebih baik. Jika, PNM Syariah dibandingkan dengan Kinerja Pasarnya SWBI angka Indeks Sharpe dan indeks Treynor lebih
buruk. b.
Pada tahun 2006