44
dimana pemilik dana menuntut adanya kepastian hasil dari modal yang diinvestasikan.
35
7. Batas Maksimal Penentuan Keuntungan menurut Syariah
Tidak ada dalil dalam syariah yang berkaitan dengan penentuan keuntungan usaha, sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram. Hal demikian,
telah menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan disetiap zaman dan tempat.
36
Ketentuan tersebut, karena ada beberapa hikmah, diantarannya:
a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Menurut kebiasaan, kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit.
Sementara bila perputarannya lambat keuntungannya banyak; b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tunda kredit.
Pada asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih kecil dibandingkan keuntungan pada penjualan kredit;
c. Perbedaan komoditas yang dijual, antara komoditas primer dan sekunder, keuntungannya lebih sedikit, karena memperhatikan kaum papa dan
o r a ng-o r a ng ya ng me mbu t u hk a n, de ng an k o mo d it a s lu k s, ya ng keuntungannya dilebihkan menurut kebijakan karena kurang
dibutuhkan.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, h. 137-138
36
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, h. 141.
45
Sebagaimana telah dijelaskan, tidak ada riwayat dalam sunnah Nabi yang mengatur pembatasan keuntungan, sehingga tidak boleh
mengambil keuntungan melebihi dan yang sewajarnya. Bahkan sebaliknya diriwayatkan dalam suatu hadits yang menetapkan bolehnya keuntungan
perdagangan itu mencapai dua kali lipat pada kondisi tertentu, atau bahkan lebih.
37
Diriwayatkan o leh Ahmad dalam Musnad-nya dari Urwah bahwa ia menceritakan :
ُﻋ ِﺮ
َض ِﻟ
ﱠﻠﺻ ﻲﺒﻨﻠ ّﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰ
َﺟ ﻢ َﻠ
ٌﺐ َﻓَﺄ
ْﻋ َﻄ
ِﻧﺎ ِد ﻲ
ْﯾَﻨ ًرﺎ
َو ا َﻗ
َلﺎ َأْﯾ
ُﻌ ْﺮ
َو َة
ِاْﺋ ِﺖ
َﺠﻟا َﻠ
َﺐ َﻓ
ْﺷﺎ َﺘ
ْﺮ َﻟَﻨ
ﺎ َﺷ
ًةﺎ َﻓَﺄ
َﺗْﯿ ُﺖ
َﺠﻟا َﻠ
َﺐ َﻓ
َﺴ َوﺎ
ْﻣ ُﺖ
َﺻ ِﺣﺎ
َﺒُﮫ َﻓ
ْﺷﺎ َﺘ
َﺮ ْﯾ
ُﺖ ِﻣْﻨ
ُﮫ َﺷ
َﺗﺎ ْﯿ
ِﻦ ِﺑِﺪ
ْﯾَﻨ ٍرﺎ
َﻓ ِﺠ
ْﺌ ُﺖ
َأ ُﺳ
ْﻮ ُﻗ
ُﮭ َﻤ
َأ ﺎ ْو
َﻗ َلﺎ
َأُﻗ ْﻮ
ُد ُھ
َﻤ ﺎ
َﻓَﻠ ِﻘَﯿ
ِﻨ َر ﻰ
ُﺟ ٌﻞ
َﻓ َﺴ
َوﺎ َﻣِﻨ
َﻓ ﻲ َﺄِﺑ
ْﯿَﻌ ُﮫ
َﺷ ًةﺎ
ِﺑِﺪ ْﯾَﻨ
ٍرﺎ َﻓ
ِﺠ ْﺌ
ُﺖ ِﺑ
ِﺪﻟﺎ ْﯾَﻨ
ٍرﺎ َو
ِﺟ ْﺌ
ُﺖ ِﺑ
َﺸﻟﺎ ِةﺎ
َﻓُﻘ ْﻠ
ُﺖ َﯾ
ﺎ َر
ُﺳ ُلﻮ
ِﷲا َھ
َﺬ ِد ا
َﻨﯾ ُرﺎ
ُﻛ َو ﻢ
َھ ِﺬِه
َﺷ ُﺗﺎ
ُﻜ َﻗ ﻢ
َلﺎ َو
َﺻ َﻨْﻌ
َﺖ َﻛْﯿ
َﻒ َﻗ
َلﺎ َﻓ
َﺤ َﺪْﺛ
ُﺘُﮫ َﺤﻟا
ِﺪْﯾ َﺚ
َﻓَﻘ َلﺎ
ﱠﻠﻟا ُﮭ
ﱠﻢ َﺑ
ِرﺎ ْك
َﻟُﮫ ِﻓ
َﺻ ﻲ ْﻔَﻘ
ٍﺔ َﯾِﻤ
ْﯿِﻨ ِﮫ
َﻓَﻠ َﻘْﺪ
َر َأْﯾ
َﺘِﻨ َأ ﻲ
ِﻗ ُﻒ
ِﺑَﻜ َﻨ
َﺳﺎ ِﺔ
ُﻜﻟا ْﻮ
َﻓِﺔ َﻓَﺎ
ْر َﺑ
ُﺢ َأ
ْر َﺑِﻌ
ْﯿ َﻦ
َأْﻟ ًﻔ
َﻗ ﺎ ْﺒ
َﻞ َا
ْن َأ
ِﺻ َﻞ
ِإَﻟ َأ ﻰ
ْھِﻠ ﻲ
َو َﻛ
َنﺎ َﯾ
ْﺸ َﺘ
ِﺮ َﺠﻟا ى
َﻮ ِرا
َي َو
َﯾِﺒ ْﯿ
ُﻊ Nabi pernah ditawarkan kambing dagang. Lalu beliau
memberikan satu dinar kepadaku. Beliau bersabda, “Hai Urwah, datangi pedagang hewan itu, belikan untukku satu ekor kambing.Aku mendatangi
pedagang tersebut dan menawar kambingnya. Akhirnya aku berhasil membawa dua ekor kambing. Aku kembali dengan membawa kedua ekor
kambing tersebut –dalam riwayat lain- menggiring kedua kambing itu. Di tengah jalan, aku bertemu seorang lelaki dan menawar kambingku.
Kujual satu ekor kambing dengan harga satu dinar. Aku kembali kepada Nabi dengan membawa satu dinar berikut satu ekor kambing. Aku berkata
Wahai Rasulullah Ini kambing Anda dan ini satu dinar juga milik Anda Beliau bertanya, Apa yang engkau lakukan?Aku menceritakan
37
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, h. 141.
46
semuanya. Beliau bersabda, Ya Allah, berkatilah keuntungan perniagaanya. Kualami sesudah itu bahwa aku pernah berdiri di Kinasah
di Kota Kufah, aku berhasil membawa keuntungan empat puluh ribu dinar sebelum aku sampai kerumah menemui keluargaku.
38
8. Penetapan Harga Jual Murabahah yang Efisien
Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktek pada bank
syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan murabahah mencapai 70-80. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-
bank syariah, seperti di Malaysia, Pakistan. Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah
dalam operasi investasi perbankan syariah: i murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek. dan dibandingkan dengan sistem bagi
hasil musyarakah dan mudharabah, cukup memudahkan; ii mark-up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan
bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank
syariah; iii murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil; dan iv muraba ha h
t idak me mu ngk inkan bank-ba nk s yar ia h unt uk menca mpur i manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra sinasabah, sebab
hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan
38
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, h. 141.