Pengertian Jual Beli Murabahah

17 Bank Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh. 7 Skema Pengembangan Gambar 2.2 Skema Pengembangan Murabahah Sumber: Penjelasan Fatwa No.04DSN-MUIIV2000 Jika pihak bank ingin mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga supplier, maka kedua pihak harus menandatangani kesepakatan agensi agency contract, dimana pihak bank memberikan otoritas kepada nasabah untuk menjadi agennya guna membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata la in, nasabah me njad i wakil bank unt uk me mbe likan ko modit as. Kemudian, nasabah me mbe li ko moditas atas nama bank, dan kepemilikannya hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya, nasabah memberikan informasi 7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005, h. 91 18 kepada pihak bank bahwa ia telah membeli komoditas, kemudian pihak bank menawarkan komoditas tersebut kepada nasabah, dan terbentuklah kontrak jual beli dan komoditas kemudian pindah menjadi milik nasabah dengan segala resikonya. Menurut Ahmad Muhyiddin Ahmad dari Kuwait Islamic Bank, transaksi ini diperbolehkan dan lazim disebut dengan al murabahah lil amir bissyira bil wakalah. 8

2. Dasar Hukum Jual Beli Murabahah

Dasar hukum jual beli murabahah telah ditetapkan dalam Al-Quran surat al-Nisa 4 ayat 29 :                          ءﺎﺴﻨﻟا} ٤ : ٢٩ { “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.Surat Al-Nisa 4 : 29 Ayat ini melarang segala bentuk transaksi yang batil. Diantara transaksi yang dikategorikan batil adalah yang mengandung bunga riba sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional. Berbeda dengan murabahah, dalam akad ini tidak ditemukan unsur bunga, namun hanya menggunakan marjin. Disamping itu, ayat ini mewajibkan untuk keabsahan setiap transaksi murabahah harus berdasarkan prinsip kesepakatan antara para pihak yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang menjelaskan dan 8 Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04DSN-MUIIV2000 “tentang Murabahah”.