1
Gambar 1. Keterkaitan SNP, PBKL, dan Pembelajaran Berbasis TIK
B. Tujuan
Tujuan program pembinaan SMA berbasis keungulan lokal dan pembelajaran berbasis TIK sebagai berikut :
1. Memberikan pendampinganpembinaan kepada sekolah dalam
mewujudkan pelaksanaan SNP yang berbasis keunggulan lokal, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses
pembelajaran.
1.
Menjalin kerjasama dan meningkatkan peranserta pemangku kepentingan
stakeholder pendidikan di SMA, baik di tingkat pusat maupun
daerah dalam menerapkan SNP, PBKL dan pembelajaran berbasis TIK
2.
Mewujudkan SMA yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP yang berbasis keunggulan lokal dan melaksanakan pembelajaran berbasis
TIK yang dapat digunakan sebagai rujukan bagi SMA lain.
C. Karakteristik
Karakteristik adalah ciri atau tanda yang menjadi pembeda satu dengan lainnya. Pada naskah ini yang dimaksud karakteristik adalah ciri atau tanda suatu SMA
disebut sebagai SMA berbasis keunggulan lokal dan pembelajaran berbasis TIK untuk membedakan dengan SMA lainnya yaitu:
1. Rintisan menuju SMA Berbasis Keunggulan Lokal SMA berbasis keunggulan lokal merupakan SMA yang telah memenuhi atau
hampir memenuhi SNP yang menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal. Oleh karena itu idealnya sekolah penyelenggara PBKL
adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP yang dikategorikan sebagai sekolah kategori mandiri SKM. Rintisan menuju SMA
berbasis keunggulan lokal dilaksanakan secara bertahap untuk memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kurikulum
1. Kurikulum disusun berdasarkan standar isi dan standar kompetensi lulusan yang diperkaya dengan keunggulan lokal.
2. Menerapkan satuan kredit semester sks b. Proses pembelajaran
1. Melaksanakan standar proses yang diperkaya dengan model proses pembelajaran berbasis keunggulan lokal.
2. Proses pembelajaran menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif,
menyenangkan dan kontekstual c. Pendidik dan tenaga kependidikan
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
1. Pendidik memenuhi standar pendidik 2. Seluruh pendidik mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis
keunggulan lokal dan teknologi informasi dan komunikasi 3. Tenaga kependidikan memenuhi standar tenaga kependidikan
sekurang-kurangnya meliputi kepala sekolah, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber belajar, tenaga administrasi,
tenaga kebersihan, dan tenaga keamanan d. Sarana dan prasarana
1. Memenuhi standar sarana dan prasarana yang mengakomodasi pelaksanaan PBKL dan pembelajaran berbasis TIK
2. Memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan saran digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran di seluruh dunia
e- library
3. Melengkapi sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan peserta didik untuk mengembangkan potensinya dibidang akademik dan non
akademik. e. Pengelolaan
1. Memenuhi standar pengelolaan. 2. Mempersiapkan peserta didik yang diharapkan mampu meraih
prestasi tingkat nasional danatau internasional pada aspek ilmu pengetahuan, teknologi, danatau seni.
3. Menerapkan sistem administrasi sekolah berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada delapan standar nasional pendidikan.
f. Pembiayaan
1. Memenuhi standar pembiayaan pendidikan dan menerapkan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabel.
2. Tata cara pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan berpedoman pada prinsip efisiensi, efektifitas, keterbukaan dan
akuntabilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. g. Penilaian
1. Menerapkan standar penilaian. 2. Menerapkan model penilaian otentik dan mengembangkan model
penilaian berbasis teknologi informasi dan komunikasi. 2. Mengembangkan kultur positif
Mutu sekolah salah satunya dapat dilihat dari kultur yang berkembang di sekolah. kebiasaan positif yang dilakukan oleh warga sekolah.
Pengembangan kultur positif berarti mengembangkan suasana sekolah yang memungkinkan siswa, guru, dan warga sekolah berkembang harapannya,
menguat keyakinannya dapat berprestasi. SMA berbasis keunggulan lokal dan pembelajaran berbasis TIK mengembangkan kultur dengan orientasi
utama dalam meningkatkan hal berikut:
a.
Proses pendidikan berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran,
profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu dan komunitas sosial warga sekolah.
b.
Mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi.
c.
Membangun budaya penampilan, pelayanan dan prestasi sekolah. Aspek dari penampilan menyangkut sifat keadaan fisik dan warga sekolah. Sifat
keadaan fisik sekolah dapat memperjelas informasi keberadaan sekolah kepada setiap orang, baik identitas, visi, misi sekolah maupun
pengumuman, peraturan dan informasi lain yang perlu diketahui. Sifat keadaan fisik juga dapat diperlihatkan melalui kebersihan, kerapihan,
keindahan dan kenyamanan fisik sekolah. Sedangkan penampilan warga sekolah merupakan sifat keadaan yang diperlihatkan warga sekolah, baik
dari pakaian yang dikenakan maupun perilakunya. Aspek pelayanan
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
merupakan upaya yang dilakukan warga sekolah kepada semua orang melalui kemampuan warga sekolah dalam tugas dan fungsinya,
mengenal karakter warga lain. Kemampuan ini dapat memberikan informasi yang akurat dan menciptakan atmosfir kerja yang kondusif.
Aspek prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit bidang akademik dan
non akademik yang dihasilkan oleh siswa maupun pendidik dan tenaga kependidikannya.
3. Mengembangkan program keunggulan lokal Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal adalah pendidikan yang
memanfaaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, TIK, ekologi dan lain-lain yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik. Setiap sekolah dapat mengembangkan keunggulan lokal sesuai dengan potensi sumberdaya sekitarnya dan
kebutuhan peserta didik. Implementasi PBKL merupakan salah satu upaya mengembangkan kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan ciri
khas dan keunggulan daerah. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari
satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.
Pengembangan program keunggulan lokal dicirikan dengan adanya visi, misi dan strategi yang mengakomodasi keunggulan lokal; melaksanakan
pembelajaran yang mengintegrasikan keunggulan lokal dalam mata pelajaran relevan atau memiliki mata pelajaran keterampilan tertentu atau
muatan lokal yang mencirikan keunggulan lokal sekolah tersebut; tumbuh berkembangnya budaya sekolah yang menggambarkan adanya komitmen
yang tinggi dari setiap warga sekolah untuk melaksanakan budaya dan menciptakan iklim tertentu di sekolah sesuai dengan keunggulan lokal yang
telah ditetapkan sekolah.
Fokus utama pengembangan program keunggulan lokal adalah menyediakan pembelajaran bagi peserta didik mengacu pada keunggulan lokal
berdasarkan minat peserta didik. Oleh karena itu langkah yang perlu dilakukan untuk mengembangkan pendidikan berbasis keunggulan lokal
meliputi:
a. Menentukan jenis keunggulan lokal Jenis keunggulan lokal adalah ragam pilihan keunggulan lokal yang
mengandung kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh peserta didik ketika lulus dari satuan pendidikan. Jenis keunggulan lokal ini
diharapkan mampu mengembangkan danatau memperkuat standar kompetensi lulusan dari satuan pendidikan. Menentukan jenis
keunggulan lokal merupakan salah satu tahapan yang penting, karena ciri dan mutu lulusan peserta didik akan ikut terbentuk dari penentuan
jenis keunggulan lokal.
Satuan pendidikan dapat menyediakan beberapa jenis keunggulan lokal sebagai alternatif untuk dianalisis sebelum menentukan jenis
keunggulan lokal yang akan diimplementasikan dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:
1 Menggambarkan kompetensi yang harus dimiliki peserta didik; 2 Memperhatikan bakat dan minat peserta didik;
3 Memperhatikan kesiapan internal satuan pendidikan antara lain
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dan biaya; 4 Memperhatikan daya dukung eksternal yang mencakup Dunia Usaha
dan Dunia Industri DUDI, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah, dan lembaga lain.
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
Langkah kerja dalam penentuan jenis keunggulan lokal di sekolah sebagai berikut:
1Inventarisasi keunggulan lokal Melakukan identifikasi semua potensi keunggulan daerah pada setiap
aspek potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, geografi, sejarah, budaya, dan lain-lain, memperhatikan potensi keunggulan
lokal di lingkungan sekolah yang merupakan keunggulan kompetitif dan komparatif.
2Analisis kondisi internal sekolah Melakukan identifikasi kondisi internal sekolah meliputi peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan dan program sekolah, serta menganalisis kekuatan dan
kelemahan sekolah yang dapat mendukung pengembangan potensi keunggulan lokal yang telah diidentifikasi, menjabarkan kesiapan
sekolah berdasarkan hasil identifikasi dari kekuatan dan kelemahan sekolah yang telah dianalisis.
3Analisis lingkungan eksternal sekolah Mengidentifikasi daya dukung ekternal sekolah terhadap keunggulan
lokal yang telah diidentifikasi pada tahap pertama. Daya dukung tersebut meliputi sarana dan prasarana penunjang, sumberdaya
manusia, kebijakan daerah dan orang tua siswa.
4 Penentuan tema keunggulan lokal Tema keunggulan lokal diartikan sebagai pokok pikiran atau ide
pokok dari keunggulan lokal yang akan dilaksanakan pada satuan pendidikan.Tema menggunakan kalimat yang singkat, jelas, dan
mudah dipahami, serta dipilih yang sangat potensial, paling kuat keterkaitannya dengan kesiapan sekolah dan dukungan ekternal
sekolah. Kemungkinan mendapat lebih dari 1 tema dapat terjadi, tema sebagai sebuah label harus mampu menginspirasi serta
memotivasi warga sekolah melakukan suatu perubahan yang membuat iklim dan budaya sekolah sesuai.
Contoh: Tema keunggulan lokal ditentukan berdasarkan hasil inventarisasi
keunggulan lokaldaerah. Hasil inventarisasi keunggulan lokal menunjukkan bahwa potensi keunggulan budaya dan geografis lebih
dominan dari pada potensi keunggulan lainnya. Berdasarkan kondisi tersebut sekolah dapat memilih tema misalnya “SMA Berwawasan
Budaya” dan “SMA Berbasis Pertanian”. Untuk memilih tema keunggulan lokal dari dua alternatif yang ada, dilakukan analisis
melalui penyebaran angket dengan memperhatikan dan mempertimbangkan minat peserta didik, pesetujuan pendidik dan
tenaga pendidikan, serta komite sekolah.
4 Penentuan jenis keunggulan lokal Seperti dijelaskan di atas bahwa jenis keunggulan lokal adalah ragam
pilihan keunggulan lokal yang mengandung kompetensi tertentu yang harus dipenuhi oleh peserta didik ketika lulus dari satuan
pendidikan. Jenis keunggulan lokal merupakan unsur dari tema keunggulan lokal.
Sebagai contoh, sekolah berdasarkan hasil analisis telah menetapkan bahwa pertanian sebagai tema keunggulan lokal. Pertanian memiliki
lingkup kompetensi yang sangat luas meliputi tanaman, ternak, ikan dan pengolahan. Berdasarkan hasil angkat, kesiapan sekolah dan
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
daya dukung lingkungan maka sekolah dapat mengembangkan jenis keunggulan lokal dari tema pertanian tersebut misalnya budidaya
pembesaran ikan air tawar. Jenis keunggulan lokal tersebut mengandung satu kesatuan kompetensi dibidang budidaya
pembesaran ikan air tawar.
b. Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal Pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat dilakukan
melalui: 1 Terintegrasi dalam mata pelajaran
2 Mata pelajaran keterampilan 3 Muatan lokal
4. Memberikan layanan ramah sosial SMA Berbasis Keunggulan Lokal dan Pembelajaran Berbasis TIK merupakan
sekolah yang memiliki standar mutu dan berkeunggulan dalam pendidikan berbasis keunggulan lokah dan pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK
merupakan bagian tak terpisahkan dari komunitas pendidikan. Oleh karena itu dengan keunggulan yang dimiliki, sekolah dituntut untuk berperan secara
aktif mencerdaskan anak bangsa untuk semua golongan dan lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Peran dan keunggulan tersebut merupakan
daya tarik bagi masyarakat untuk dapat menyekolahkan putra putinya di sekolah tersebut. Kondisi ini menuntut sekolah untuk senantiasa
memperhatikan dan mengikuti kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya dengan memberikan pelayanan pendidikan bermutu yang ramah
sosial.
Layanan pendidikan ramah sosial pada dasarnya merupakan layanan sekolah dengan memberikan kesempatan untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu tanpa diskriminasi; meningkatkan suasana belajar yang berlandaskan kesetaraan, mengembangkan peluang berprestasi kepada
seluruh siswa sesuai dengan potensi dirinya secara optimal, memberi peluang yang sama kepada seluruh siswa meningkatkan daya saing di
tingkat nasional, regional, dan internasional.
Pengembangan layanan ramah sosial oleh sekolah memiliki target sebagai berikut:
a. Memahami dan meningkatkan kesadaran akan adanya potensi ketimpangan antar siswa sehingga sekolah perlu proaktif untuk
menanggulanginya. b. Mengembangkan toleransi dan saling menghargai antara seluruh
pemangku kepentingan. c. Mempersempit ketimpangan prestasi kelompok atas, tengah, dan bawah.
d. Menciptakan susana dan proses pembelajaran yang kondusif, memberikan pelayanan yang setara berlandaskan nilai-nilai kultur
sekolah yang positif. e. Mengembangkan tanggung jawab moral dan etika pendidik dan tenaga
kependidikan untuk memberikan pelayanan yang adil dan setara kepada seluruh peserta didik.
Target pengembangan layanan ramah sosial diarahkan pada penghargaan kearifan sosial dan mengamalkan nilai kearifan yang ditunjukkan berbagai
indikator seperti di bawah ini: a. Sekolah terbuka untuk semua tanpa memandang latar belakang siswa.
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
b. Tidak mengeluarkan kebijakan yang bersifat diskriminatif, misalnya, memberikan fasilitas belajar yang berbeda karena perbedaan
kemampuan ekonomi siswa, tidak memberikan peluang belajar yang sama karena alasan biaya dll.
c. Tidak memarginalkan atau meminggirkan siswa dengan alasan apapun. Contohnya, sekolah tidak menganjurkan siswa membawa laptop ke
sekolah karena akan meminggirkan psikologi siswa yang tidak mampu menyediakannya.
d. Menjamin fasilitas yang sekolah miliki dimanfaatkan oleh seluruh siswa secara efektif dan efisien.
e. Senantiasa mengembangkan kebijakan peningkatan suasana dan proses belajar yang membuat siswa merasa lebih nyaman baik secara fisik,
sosial, maupun psikologis sehingga mereka nyaman dan berprestasi. f.
Mengembangkan pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan dan mencerdaskan semua siswa.
g. Mengembangkan pelayanan prima dalam memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi seluruh siswa sehingga mereka dapat
mengembangkan potensi dirinya secara optimal. h. Mengembangkan pelayanan berlandaskan kesetaraan, tanpa
membedakan kaya-miskin dan golongan. Contoh, pengelola sekolah berusaha mengembangkan persepsi guru yang menyetarakan semua
siswa dan menaruh harapan yang setara kepada semua siswa untuk mengembangkan potensi diri.
i. Menegakkan prinsip keadilan, terutama dalam memberikan pelayanan
yang setara terhadap semua siswa sehingga memperkecil kesenjangan mutu hasil belajar siswa.
j. Menerapkan pendekatan yang tidak bias. Contoh, sekolah memfokuskan
seluruh proses pengelolaan dan pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang bermutu namun dengan biaya yang terjangkau oleh seluruh
strata sosial dan ekonomi sehingga tidak menjadi sekolah elit dan eksklusif.
k. Mengembangkan sekolah yang tidak diskriminatif, artinya sekolah dapat meniadakan kebijakan membeda-bedakan latar belakang siswa.
Misalnya, menyediakan tempat secara proaktif untuk menerima siswa baru bagi siswa yang memiliki kendala ekonomi, menyediakan beasiswa
bagi yang membutuhkan, dan memperoleh dukungan yang proporsional dari orang tua yang berkemampuan ekonomi.
l. Mengembangkan kompetensi perbaikan kultur, melaksanakan kebiasaan
yang baik, meningkatkan motivasi dan keyakinan warga sekolah dapat mewujudkan prestasi terbaik.
Penerapan ramah sosial dilakukan antara lain melalui: a. Mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan
Indonesia, yang memiliki potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20 dari jumlah keseluruhan peserta
didik baru. PP Nomor 66 Tahun 2010, Pasal 53A, Butir 1 b. Menyediakan beasiswa atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik
warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi tetapi kurang mampu secara ekonomi paling sedikit 20 dari jumlah seluruh
peserta didik PP Nomor 66 Tahun 2010, Pasal 53A, Butir 2,3 dan 4 serta Permendiknas No. 79 Tahun 2009, Pasal 16, Ayat 2.
c. Pengembangan kultur sekolah meliputi: 1 Mengembangkan lingkungan sekolah yang bersih, tertib, indah,
rindang, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan dan berbudaya akhlak mulia
2 Proses pendidikan berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif, penekanan pada pembelajaran,
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
profesionalisme, harapan tinggi, keunggulan, respek terhadap setiap individu dan komunitas sosial warga sekolah
3 Mengembangkan budaya kompetitif dan kolaboratif serta jiwa kewirausahaan yang dilandasi oleh moral dan etika yang tinggi
4 Membangun kultur yang mengarah pada peningkatan kemampuan di bidang bahasa inggris danatau bahasa asing lainnya, teknologi
informasi dan komunikasi, dan budaya lintas bangsa. 5. Kemitraan dengan sekolah lain
Kemitraan sekolah merupakan salah satu strategi untuk mempercepat pencapaian tujuan penyelenggaraan SMA Berbasis Keunggulan Lokal dan
Pembelajaran Berbasis TIK. Kemitraan adalah suatu kegiatan kerja sama dengan prinsip saling menguntungkan antara sekolah yang mempunyai
keunggulan dan prestasi dikategorikan sebagai mampu melakukan pendampingan dan fasilitasi dan sekolah yang berpotensi untuk mencapai
keunggulan dan prestasi tersebut.
Sebagai tindak lanjut dari program kemitraan yang selama ini sudah terbangun, maka perlu dilakukan pengembangan dari program kemitraan
tersebut. Hal ini diperlukan untuk lebih mempercepat dan memperluas sekolah dalam pemenuhan SNP, PBKL, dan pembelajaran berbasis TIK.
Pengembangan pola kemitraan dilakukan antara sekolah inti yaitu 132 SMA Berbasis Keunggulan Lokal dan Pembelajaran berbasis TIK dengan sekolah
sekitarnya yang bukan kelompok 132 maupun R-SMA-BI. Selanjutnya sekolah-sekolah mitra yang tergabung dengan sekolah inti dapat mencari
sekolah mitra sebagai sekolah plasma. Pola kemitraan plasma terlihat dalam bagan di bawah ini.
Keterangan : Garis kordinasikonsultatif
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah INTI
MITRA
MITRA MITRA
MITRA
1
Gambar 2. Skema Kemitraan Antar SMA
Prosedur pelaksaanaan program kemitraan sebagai berikut: a. Sekolah inti menjadi penggerak dan kordinator pelasanaan program
kemitraan b. Sekolah mitra dengan sekolah inti merancang program kemitraan yang
saling memberi manfaat satu dengan lainnya c. Sekolah mitra dengan sekolah inti melaksanakan program yang telah
dirancang secara konsisten dan berkesinambungan. d. Sekolah mitra dan sekolah inti melaksanakan evaluasi pelaksanaan
program secara berkala dan berkesinambungan dan menetapkan program tindak lanjut.
e. Pembiayaan kemitraan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah mitra dengan sekolah inti dan bersifat swakelola.
Agar pelaksanaan kemitraan model plasma dapat dilaksanakan dengan baik, maka pola kemitraan yang sudah berjalan perlu diperbaiki terlebih dahulu,
terutama dalam hal menjalankan fungsi dan peran masing-masing sekolah, baik sebagai sekolah inti maupun sekolah mitra serta rancangan dan
implementasi program yang saling memberi manfaat. Atas hal tersebut, maka pola kemitraan akan fokus pada perbaikan kemitraan yang sudah
berjalan. Kemitraan yang akan dibangun adalah kemitraan antar sekolah yang berada di daerah masing-masing danatau antar sekolah di dalam
negeri.
Sebagai acuan pelaksanaan kemitraan antar sekolah sebagai berikut: a. Tujuan kemitraan adalah:
1 Peningkatan mutu pendidikan. 2 Memperkokoh ikatan kebersamaan antar komunitas sekolah mitra
3 Menumbuhkembangkan motivasi peningkatan kualitas secara berkesinambungan.
4 Mempercepat pemenuhan standar nasional pendidikan bagi sekolah bermitra.
b. Ruang lingkup kemitraan meliputi bidang akademik, non akademik, dan manajemen
c. Sasaran kemitraan adalah peserta didik, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan
d. Kegiatan kemitraan diantaranya meliputi: 1 Bidang akademik
a Workshop bersama pengembangan perangkat pembelajaran b Workshop bersama pengembangan materi ajar berbasis IT
e- learning
c Workshop pengembangan sistem dan instrumen penilaian hasil belajar
d Workshoplokakarya pengembangan keunggulan lokal sekolah mitra
e Pertukaran peserta didik dan pendidik sesama sekolah mitra f
Olimpiade bidang akademik antar sekolah mitra 2 Bidang non akademik
a Pelaksanaan Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah LDKS OSIS bersama
outbound, motivasi, dsb b Pertandingan persahabatan bidang seni dan olah raga
pendidiktenaga kependidikan dan peserta didik
©2012, Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
c Pengembangan wawasan tentang implementasi pendidikan abad 21
3 Manajemen a Pelatihan pengembangan materi ajar berbasis IT
e-learning b Pelatihan peningkatan kompetensi manajemen perkantoran
berbasis IT kepegawaian, tata persuratan, keuangan, kesiswaan, dsb
e. Strategi kemitraan dilakukan dengan cara pertukaran informasi, pelatihan, workshoplokakarya, pengembangan wawasan, pertukaran
pelajarpendidik dan tenaga kependidikan, dan lain-lain yang mengarah pada peningkatan mutu dan pelayanan penyelenggaraan sekolah.
D. Profil