Penilaian Alternati Proses Perumusan Kebijakan Publik. Setelah”public problem” masuk dalam agenda pemerintah,

b. Perumusan TujuanSasaran.

Tujuansasaran adalah suatu akibat yang secara sadar ingin dicapai atau ingin dihindari. Pada umumnya suatu kebijakan bertujuan untuk mencapai kebaikan-kebaikan atau mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Teknik analisis tujuansasaran yang dapat di gunakan misalnya analisis sasaran, sebagai kelanjutan analisis masalah dengan menggunakan pohon masalah. Contoh Analisis Sasaran Catatan : 1, 2, 3, 4 adalah alternatif-alternatif yang dipilih.

c. Perumusan alternatif.

Alternatif adalah pilihan tentang cara atau alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuansasaran. Alternatif ini dapat diperoleh dari hasil analisis sasaran.

d. Perumusan Model.

Apabila diperlukan dapat dirumuskan suatu model analisis kebijakan, misalnya flow chart, miniatur dan lain-lain. e . Perumusan Kriteria. Kriteria ini dapat dipakai untuk mengukurmenilai feasibilitas kelayakan dari tiap-tiap alternatif. Kriteria ini misalnya: 1 Politik; 2 Ekonomifinansial; 3 Administratiforganisatoris; 4 Teknologi; 5 Sosial, budaya, dan agama; 6 Pertahanan dan Keamanan Hankam f. Penilaian Alternatif. Alternatif-alternatif yang ada perlu dinilai berdasarkan kriteria di atas. 1 Politik. Alternatif mana yang paling banyak mendapat dukungan dari para aktor kebijakan. 2 Ekonomifinansial. Alternatif mana yang paling banyak menggunakan dana. 3 Administratiforganisatoris. Apakah secara administratiforganisatoris, alternatif tersebut dapat dilaksanakan atau apakah ada organisasi- organisasi yang melaksanakan. 53 1 Membatasi tinggal di DKI Jakarta 3 Membatasi Pembangunan di Jakarta 2 Membangun fasilitas di daerah-daerah 4 Mendorong perpindahan penduduk ke daerah lain Mengurangi arus urbanisasi di DKI Jakarta 4 Teknologi. Apakah untuk alternatif-alternatif tersebut didukung oleh tersedianya teknologi yang diperlukan. 5 Sosial, budaya, dan agama. Apakah alternatif-alternatif tersebut tidak menimbulkan gejolak sosial, SARA, dan sebagainya. 6 Hankam. Apakah alternatif-alternatif tersebut dari segi stabilitas keamanan cukup feasible layak. Misalnya, hanya ada empat alternatif kebijakan yang akan diperhitungkan, yaitu : 1 Membatasi kemungkinan untuk tinggal di Jakarta dengan tidak memberikan KTP baru bagi mereka yang baru datang. 2 Membangun fasilitas yang lebih baik di daerah-daerah. 3 Membatasi pertumbuhan kota Jakarta dengan mem- batasi pertambahan investasi baru. 4 Mendorong perpindahan penduduk ke wilayah lain dengan lebih mempermudah transportasi laut ke dan dari wilayah-wilayah diluar Jakarta. Dengan mengutamakan kriteria feasibilitas kelayakan politik, ekonomi, keuangan, administratif, dan efektivitas lebih banyak mencapai hasil, dalam hal ini mengurangi urbanisasi, kita menilai keempat alternatif tersebut. Setiap alternatif kita beri nilai secara relatif. Karena kriteria ada lima, Maka yang paling baik sekali kita beri nilai 5, baik sekali diberi nilai 4, baik diberi nilai 3, sedang diberi nilai 2, dan kurang baik diberi nilai 1. Hasil analisis sasaran menunjukkan ada empat alternatif kebijakan yang akan diperhitungkan, yaitu : Alternatif 1 : Dari segi politik kurang baik, karena ini menimbulkan kesan pembatasan kebebasan warga negara bertempat tinggal di negaranya sendiri. Dari segi ekonomi terhitung sedang. Sekalipun dapat mencegah adanya pengangguran, akan tetapi ini dapat mengurangi pengadaan tenaga kerja baru di Jakarta, sementara di pedesaan tidak ada kesempatan kerja. Dari segi keuangan, ini paling baik, karena tidak memerlukan biaya yang besar. Dari segi administratif termasuk kurang baik. Biarpun kelihatannya tidak sulit untuk tidak memberi KTP bagi pendatang baru, tetapi ini dapat mendorong terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang mengarah pada KKN. Dari segi efektifitas termasuk baik, karena dapat mengurangi minat tinggal di Jakarta yang berdampak cukup baik pada pengurangan urbanisasi dalam jumlah yang terbatas. Alternatif 2 : Dari segi politik paling baik sekali. Mengembangkan kemampuan daerah dan mudah mendapat dukungan masyarakat dan kekuatan-kekuatan politik yang ada. Dari segi ekonomi paling baik sekali. Pembangunan daerah merupakan strategi yang memang harus dilakukan untuk menghilangkan ketimpangan antar daerah dan memperkuat basis perekonomian nasional, memperluas pasar dan daya beli dalam negeri, serta pemanfaatan sumber daya nasional secara luas. Dari segi keuangan kurang baik, karena pembangunan daerah cukup mahal dan tidak memberikan keuntungan dengan segera. Dari segi administratif masuk kategori sedang, karena pembangunan daerah merupakan kegiatan yang cukup berat, walaupun ini tergantung pada kemampuan penanganan oleh masing-masing daerah. Dari segi efektivitas termasuk baik sekali untuk mengurangi urbanisasi, karena dapat memberi dorongan untuk bertindak sendiri untuk merubah arah arus urbanisasi. Alternatif 3 : Dari segi politik termasuk kurang baik, karena pembatasan pembangunan kota Jakarta merupakan tindakan yang radikal. Itu bisa terjadi kalau dilakukan secara tidak langsung melalui perluasan pembangunan daerah. Tetapi apabila dilakukan, secara langsung merupakan tindakan yang sulit mendapat dukungan politik. Dari segi ekonomi termasuk kurang baik, karena pembatasan pembangunan kota dapat membatasi perkembangan ekonomi. Dari segi keuangan termasuk kategori sedang, karena pembatasan pembangunan kota Jakarta barangkali tidak mengeluarkan biaya, tetapi juga mengurangi tambahan pemasukan baru. Dari segi administratif termasuk sedang, pembatasan pembangunan kota Jakarta tidak berarti tidak ada kegiatan, bahkan mungkin dapat menimbulkan berbagai kegiatan administrasi baru. Dari segi efektivitas termasuk kategori baik. Pembatasan pembangunan kota Jakarta barangkali mengurangi minat pendatang baru, tetapi tidak mengurangi minat mereka yang sudah tinggal di Jakarta. Alternatif 4 : Dari segi politik termasuk yang paling baik sekali, karena dapat memperluas wawasan politik masyarakat, dan lebih memungkinkan untuk mendapat dukungan yang luas dari berbagai pihak. Dari segi ekonomi termasuk baik sekali, karena dapat memperluas jangkauan perekonomian dalam negeri melalui perluasan pemanfaatan sumber daya dan perluasan pasar. Dari segi keuangan termasuk kurang baik, karena adanya pengeluaran yang cukup besar. Dari segi administratif termasuk baik, karena akan menimbulkan kegiatan administratif lebih banyak, perluasan hubungan dan memperlancar kegiatan administrasi pembangunan. Dari segi efektifitas termasuk baik, karena untuk mengurangi urbanisasi, secara tidak langsung sangat bermanfaat. Untuk memilih alternatif yang terbaik, sesuai dengan penilaian di atas, maka setiap alternatif tersebut di atas dapat diproyeksikan dalam angka-angka seperti tersebut dalam tabel 1 di bawah ini. 57 Tabel 1 Dalam tabel tersebut di atas terlihat bahwa pembangunan daerah merupakan salah satu alternatif yang mempunyai angka tertinggi, yakni. 17, disusul oleh alternatif pembangunan transportasi ke daerah lain dengan nilai 16. Dalam penilaian untuk pemilihan lebih lanjut, angka-angka ini belum merupakan angka final. Yang perlu dinilai adalah nilai bobot dari masing-masing kriteria itu sendiri sesuai dengan pertimbangan dalam hubungan dengan tujuan yang lebih tinggi ataupun yang lebih, mendesak. Pertimbangan itu bisa jadi berhubungan dengan persatuan dan kesatuan nasional, kepentingan untuk segera meningkatkan daya saing, yang mungkin diperkirakan makin mendesak, dan sebagainya. Katakanlah misalnya prioritas kita pada peningkatan daya saing nasional yang mendesak, sementara persatuan dan kesatuan nasional dipandang sudah cukup mantap, maka kriteria itu dapat kita beri nilai bobot sebagai berikut: Kriteria politik : 3 Kriteria ekonomi : 5 Kriteria keuangan : 2 Kriteria administrasi : 3 Kriteria efektifitas : 4 Kriteria ekonomi dipandang penting, sementara efektifitas merupakan sesuatu yang ingin diusahakan. Jadi nilainya tidak boleh kurang dari empat. Kriteria politik juga cukup penting, namun masih di bawah kriteria ekonomi, yang langsung berkaitan dengan daya saing. Kriteria keuangan dipandang kurang penting dibandingkan dengan kriteria administrasi, karena keperluan adanya peningkatan kemampuan dalam pelayanan umum. Dengan demikian nilai dalam tabel 1 berubah menjadi seperti dalam tabel 2 sebagai berikut: Tabel-2 Pada tabel 2 tersebut di atas terlihat bahwa pembangunan daerah masih tetap merupakan alternatif kebijakan yang terbaik, diikuti oleh alternatif keempat, pembangunan transportasi ke daerah lain. Kondisi ini kelihatannya sama dengan tabel 1. Tetapi keadaan ini tidak selalu demikian, tergantung prioritas yang kita berikan terhadap kriteria-kriteria yang kita pakai. 59 NO. Kriteria Pol Ek Keu Adm Eft Jml 1. Membatasi tinggal di- 1 2 5 1 3 12 Jakarta 2. Membangun Daerah 5 5 1 2 4 17 3. Membatasi Pemba- 1 1 2 2 3 9 ngunan-Pembangun an Jakarta 4. Membangun Transpor 5 5 1 2 3 16 tasi ke Daerah lain. 1. Membatasi tinggal di- 1 x 3 2 x 5 5 x 2 1 x 3 3 x 4 38 Jakarta 2. Membangun Daerah 5 x 3 5 x 5 1 x 2 2 x 3 4 x 4 64 3. Membatasi Pemba- 1 x 3 1 x 5 2 x 2 2 x 3 3 x 4 30 ngunan-Pembangunan Jakarta 4. Membangun Transpor 5 x 3 5 x 5 1 x 2 2 x 3 3 x 4 60 tasi ke Daerah lain. Adm Jml Eft Keu Ek Pol No. Kriteria Alt. Kebijakan Dengan demikian, pilihan kita jatuh pada alternatif ke-2, pembangunan daerah dengan nilai akhir 64, diikuti alternatif ke-4.

B. Latihan