Implementasi Kebijakan Publik U r a i a n

BAB VI IMPLEMENTASI, MONITORING, DAN

EVALUASI KEBIJAKAN PUBLIK Setelah membaca Bab ini, peserta Diklat diharapkan mampu menjelaskan implementasi, monitoring, dan evaluasi kebijakan publik.

A. U r a i a n

1. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Udji Abdul Wahab, 1991 mengemukakan: “Implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang penting, bahkan mungkin lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana yang tersimpan dalam arsip apabila tidak diimplementasikan”. Meskipun implementasi kebijakan itu penting, akan tetapi baru beberapa dasa warsa terakhir ini saja para ilmuwan sosial menaruh perhatian terhadap masalah implementasi dalam proses kebijakan. Sebagai akibat kurang adanya perhatian pada implementasi kebijakan adalah adanya semacam “mata rantai yang hilang” antara tahap perumusan kebijakan dan evaluasi kebijakan. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa kebanyakan pemerintah di dunia ini baru mampu untuk mensahkan kebijakan dan belum sepenuhnya mampu untuk menjamin bahwa kebijakan yang telah disahkan itu benar-benar akan menimbulkan dampak atau perubahan yang diinginkan Abdul Wahab, 2001. Gejala inilah yang menurut Andrew Dunsire Abdul Wahab, 2001, diuraikan sebagai “implementation gap”, yaitu suatu keadaan di mana dalam suatu proses kebijakan selalu akan terbuka kemungkinan terjadinya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pembuat kebijakan dengan apa yang senyatanya dicapai sebagai hasil dari implementasi kebijakan. Besar kecilnya perbedaan tersebut akan tergantung pada “implementation capacity” dari organisasiaktor yang dipercaya untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut. Implemen- tation capacity ini adalah kemampuan suatu organisasiaktor untuk melaksanakan mengimplementasikan kebijakan agar tujuan yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai Abdul Wahab, 2001. Dalam kenyataannya, kebijakan publik itu mengandung risiko untuk mengalami kegagalan. Hogwood dan Gunn 1986, mengelompokkan kegagalan implementasi kebijakan tersebut dalam dua kategori, yaitu: “non implementation” tidak dapat diimplementasikan dan “unsuccessful implementation” implementasi yang kurang berhasil. Sebagai contoh suatu kebijakan yang dikategorikan sebagai kebijakan yang “non implementation” adalah kebijakan Menteri Keuangan yang mengenakan pajak 5 untuk penukaran rupiah ke US , yang ternyata tiga hari kemudian kebijakan tersebut dicabut kembali. Sedangkan contoh kebijakan yang dikategorikan “unsuccessful implementation” adalah implementasi kebijakan pemungutan 31 retribusi pesawat TV televisi, yang pelaksanaannya ter- sendat-sendat. Secara umum, tugas implementasi adalah mengembangkan suatu struktur hubungan antara tujuan kebijakan publik yang telah ditetapkan dengan tindakan-tindakan pemerintah untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut yang berupa hasil kebijakan policy outcomes. Untuk ini perlu diciptakan suatu sistem, yang diharapkan melalui sistem ini, tujuan kebijakan dapat direalisasi- kan, yaitu dengan cara menterjemahkan tujuan kebijakan yang luas itu ke dalam program-program kegiatan yang mengarah pada tercapainya tujuan kebijakan. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan kebijakan perlu diciptakan berbagai macam program. Oleh karena itu, suatu studi tentang proses implementasi kebijakan akan meliputi pengkajian dan analisis terhadap program-program kegiatan yang dirancang sebagai sarana untuk mencapai tujuan- tujuan kebijakan.

2. Monitoring Kebijakan Publik