“Peristiwa-peristiw
,
a yang terjadi dalam masyarakat diartikan secara berbeda pada waktu yang berbeda. Banyak masalah yang
timbul sebagai akibat dari satu peristiwa yang sama”. Mengenai pengertian “masalah”, David. G. Smith Islamy, 2001,
mengemukakan “Untuk tujuan kebijakan, masalah dapat diartikan secara formal sebagai kondisi atau situasi yang menghasilkan
kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan dalam masyarakat, untuk itu perlu dicari cara-cara penanggulangannya”
Mengenai istilah “peristiwa”, Jones Islamy, 2001 mengartikan- nya sebagai kegiatan-kegiatan manusia atau alam yang
dipandang mempunyai akibat pada kehidupan manusia. Sedangkan mengenai masalah, Jones sependapat dengan Smith,
yaitu “Kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhi ditanggulangi”.
Banyak kebutuhan atau ketidakpuasan yang ada dalam masyarakat, tetapi tidak selalu hal itu langsung menjadi “public
Problem”. Public problem adalah kebutuhan-kebutuhan atau ketidakpuasan manusia yang tidak dapat dipenuhi atau diatasi
secara pribadi privat. Dalam kebijakan publik dikenal adanya apa yang disebut “public
problem” dan “private problem”. Pada hakekatnya yang dinamakan “public problem” adalah masalah-masalah yang
mempunyai akibat yang luas, termasuk akibat-akibat yang mengenai orang-orang yang tak langsung terlibat.
Sedangkan “private problem” adalah masalah-masalah yang mempunyai akibat terbatas atau hanya menyangkut satu atau
sejumlah kecil orang terlibat secara langsung.
2. Proses Perumusan Kebijakan Publik. Setelah”public problem” masuk dalam agenda pemerintah,
maka langkah selanjutnya adalah proses perumusan kebijakan publik, Mustopadidjaja AR Bintoro Tjokroamidjojo dan
Mustopadidjaja AR, 1988 mengemukakan tentang langkah- langkah perumusan kebijakan publik sebagai berikut:
a. Perumusan Masalah Kebijakan.
Perumusan masalah kebijakan ini adalah untuk menemukan dan memahami hakikat masalah, kemudian merumuskannya
dalam bentuk sebab-akibat. Untuk ini harus jelas, mana faktor penyebab Independent variable dan mana faktor akibat
dependent variable.
Disiplin yang terkait dalam tahap ini, misalnya metode penelitian, metode kuantitatif dan teori-teori yang sesuai
dengan substansi masalah.
Teknik analisis yang dapat digunakan, misalnya analisis masalah dengan “pohon masalah” problem tree atau
analisis masalah dengan “tulang ikan” fish bones.
Contoh analisis masalah dengan pohon masalah, tentang meningkatnya arus urbanisasi di DKI Jakarta. Oleh karena
itu perlu dicari penyebabnya. 51
Mudahnya perpindahan penduduk dari luar DKI
Jakarta Meningkatnya
pembangunan Kota Jakarta
Kurangnya pembangunan fasilitas
di daerah-daerah Kurangnya dorongan
perpindahan penduduk ke daerah lain
Meningkatnya arus urbanisasi di DKI
Jakarta
b. Perumusan TujuanSasaran.
Tujuansasaran adalah suatu akibat yang secara sadar ingin dicapai atau ingin dihindari. Pada umumnya suatu kebijakan
bertujuan untuk mencapai kebaikan-kebaikan atau mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Teknik analisis tujuansasaran yang dapat di gunakan misalnya analisis sasaran, sebagai kelanjutan analisis
masalah dengan menggunakan pohon masalah.
Contoh Analisis Sasaran
Catatan : 1, 2, 3, 4 adalah alternatif-alternatif yang dipilih.
c. Perumusan alternatif.
Alternatif adalah pilihan tentang cara atau alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuansasaran. Alternatif ini
dapat diperoleh dari hasil analisis sasaran.
d. Perumusan Model.
Apabila diperlukan dapat dirumuskan suatu model analisis kebijakan, misalnya flow chart, miniatur dan lain-lain.
e . Perumusan Kriteria.
Kriteria ini dapat dipakai untuk mengukurmenilai feasibilitas kelayakan dari tiap-tiap alternatif.
Kriteria ini misalnya: 1 Politik;
2 Ekonomifinansial; 3 Administratiforganisatoris;
4 Teknologi; 5 Sosial, budaya, dan agama;
6 Pertahanan dan Keamanan Hankam
f. Penilaian Alternatif.