Untuk membuat kebijakan diperlukan informasi yang berkualitas tinggi. Informasi yang memiliki kualitas tinggi akan menentukan
sekali efektivitas kebijakan publik. Mengenai syarat-syarat informasi yang baik, Parker
Kumorotomo dan Agus Margono, 1994 mengemukakan sebagai berikut :
a. Ketersediaan availability. Syarat pokok bagi suatu informasi adalah tersedianya
informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi yang hendak memanfaatkannya.
b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami oleh pembuat kebijakan.
c. Relevan. lnformasi yang diperlukan harus benar-benar relevan dengan
permasalahannya. d. Bermanfaat.
Terkait dengan syarat relevansi, informasi harus bermanfaat bagi pembuat kebijakan.
e. Tepat waktu. Informasi harus tersedia tepat waktunya, terutama apabila
pembuat kebijakan ingin segera memecahkan masalah yang dihadapi oleh pemerintah.
f. Keandalan Reliability. Informasi harus diperoleh dari sumber-sumber yang dapat
diandalkan kebenarannya. g. Akurat.
lnformasi seyogyanya bersih dari kesalahan, harus jelas dan secara tepat mencerminkan makna yang terkandung dari data
pendukungnya. h. Konsisten.
Informasi tidak boleh mengandung kontradiksi dalam penyajiannya.
2. Pentingnya informasi dalam pembuatan kebijakan.
William N. Dunn 1994 memberikan definisi Analisis kebijakan publik sebagai suatu disiplin llmu Sosial Terapan, yang meng-
gunakan berbagai macam metode penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan mentransformasikan informasi yang relevan
dengan kebijakan yang digunakan dalam lingkungan politik tertentu untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan.
Dari pengertian Analisis Kebijakan Publik tersebut dapat dilihat bahwa untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan
diperlukan informasi. Dalam perumusanpembuatan kebijakan, diperlukan informasi,
dari data yang telah diolah. Misalnya pemerintah akan merumuskanmembuat kebijakan
kependudukan, maka untuk ini diperlukan informasi tentang pertumbuhan penduduk, persebaran penduduk, kualitas dan
struktur umur penduduk. Apabila pemerintah ingin merumuskan membuat kebijakan ekonomi, maka diperlukan informasi tentang
sektor-sektor yang potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkat kan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, misalnya: sektor-
sektor Industri, Perdagangan, KeuanganPerbankan, Pertanian, dan lain-lain.
3. Informasi yang Relevan dengan Kebijakan.
Tugas seorang Analis Kebijakan Policy Analist adalah memberikan informasi kepada pembuat kebijakan Policy
Maker untuk membuat kebijakan. Dalam kaitannya dengan penyediaan informasi ini, William N. Dunn 1994, mengemuka-
kan bahwa metodologi dalam analisis kebijakan dapat memberikan informasi dengan menjawab lima bentuk pertanyaan,
yaitu : a. Masalah apakah yang dihadapi?
Jawaban pertanyaan ini memberikan informasi tentang masalah-masalah kebijakan policy problem.
Misalnya, apabila pertanyaan ini diajukan kepada Pemerintah DKI Jakarta, maka jawabannya adalah masalah-masalah
kemacetan lalu lintas, urbanisasi, meningkatnya kriminalitas, perkelahian antar pelajar, dan lain-lain.
b. Kebijakan-kebijakan apa yang telah dibuat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, baik pada masa sekarang maupun
masa lalu; dan hasil-hasil apakah yang telah dicapai? Jawaban pertanyaan ini memberikan informasi tentang hasil-
hasil kebijakan policy outcomes. Misalnya, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas, Pemerintah
DKI Jakarta telah membuat kebijakan tentang Pajak Progresif, untuk pemilik mobil pribadi lebih dari satu. Makin
tambah jumlah mobil yang dimiliki, makin tinggi pajaknya. Selain itu juga ada kebijakan “three in one” untuk beberapa
jalan protokol. Hasil-hasil kebijakan tersebut di atas tampaknya belum bisa
mengatasi masalah kemacetan lalu lintas. c. Bagaimana nilai tujuan yang dinginkan dari hasil-hasil
kebijakan tersebut dalam memecahkan masalah? Jawaban pertanyaan ini memberikan informasi tentang kinerja
kebijakan policy performance. Menurut William N. Dune 1994, Policy Performance adalah
suatu tingkat derajat sampai di mana hasil suatu kebijakan membantu pencapaian. suatu nilai tujuan yang diinginkan.
Dalam kenyataannya banyak masalah seringkali “tidak dapat dipecahkan”. Oleh karena itu, seringkali perlu dicari cara-
cara pemecahan yang baru, dirumuskan kembali masalahnya, dan kemungkinan suatu masalah itu “tidak dapat dipecahkan”.
Meskipun suatu masalah itu mungkin dapat dipecahkan atau tidak dapat dipecahkan; informasi tentang hasil-hasil kebijakan
tetap diperlukan, terutama untuk meramalkan kebijakan yang akan datang. Misalnya di DKI Jakarta, meskipun telah dibuat
kebijakan-kebijakan untuk memecahkan masalah kemacetan lalu lintas, tetapi tampaknya belum dapat memecahkan
masalah tersebut Oleh karena itu, perlu dipikirkan adanya kebijakan untuk memecahkan kemacetan lalu-lintas.
d. Alternatif-alternatif kebijakan apakah yang tersedia untuk memecahkan masalah tersebut, dan apakah kemungkinan di
masa depan? Jawaban pertanyaan ini memberikan informasi tentang
kebijakan di masa depan policy futures. Misalnya untuk mengatasi kemacetan lalu-lintas di DKI
Jakarta, memang ada saran-saran untuk membatasi umur kendaraan yang boleh beroperasi, membuat jalan di bawah
tanah, di samping pembuatan jalan layang yang sudah ada. e. Alternatif-alternatif tindakan apakah yang perlu dilakukan
untuk memecahkan masalah tersebut? 21
Jawaban pertanyaan ini memberikan informasi tentang tindakan-tindakan kebijakan policy actionsimplementation.
Misalnya, sebelum ada krisis moneter, Pemerintah DKI Jakarta ada rencana untuk membuat jalan di bawah tanah
antara kawasan Blok M Kebayoran Baru dan kawasan Kota Glodok.
B. L a t i h a n