BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Permasalahan
Sebuah organisasi dikatakan berhasil bila mampu memperbaiki kinerja perusahaannya secara menyeluruh. Pengertian menyeluruh di sini didefinisikan
sebagai keberhasilan perusahaan untuk memperoleh keuntungan bisnis sebesar- besarnya sekaligus memperhatikan aspek kesehatan, keselamatan dan
kesejahteraan pekerja sebaik-baiknya. Dalam kehidupan nyata, seringkali perusahaan hanya mementingkan
aspek bisnis dengan mengabaikan kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Salah satu kasus yang paling sering muncul terkait dengan kesehatan dan keselamatan
kerja adalah musculoskeletal disorders MSDs. MSDs didefinisikan sebagai keluhan pada otot-otot skeletal yang dirasakan seseorang terkait aktivitas fisik
yang dilakukan dan sikap tubuh yang tidak alamiah Tarwaka, 2004. CV. Raya Sport merupakan industri yang bergerak di bidang konveksi
yang menghasilkan produk berupa pakaian olahraga dengan sistem make to order. Proses produksi yang terjadi di dalamnya terdiri atas beberapa proses diantaranya
adalah pembuatan pola, pemotongan, penjahitan, pembuatan film, penyablonan dan pengepakan. Pada stasiun penyablonan terdapat kegiatan tidak alamiah
awkward posture berupa kegiatan membungkuk hampir 90
o,
yaitu pada saat menjemur menata pakaian yang sudah disablon di lantai. Pekerjaan ini dilakukan
secara berulang-ulang dengan frekuensi 300 kali setiap harinya. Dari pengamatan I-1
Universitas Sumatera Utara
pendahuluan dengan menyebarkan kueisoner SNQ diperoleh bahwa adanya keluhan sakit dan sangat sakit yang dirasakan operator. Hal ini menunjukkan
adanya indikasi resiko cedera muskulokeletal pada operator terkait aktivitas yang dilakukannya di lantai produksi. Ditinjau dari aspek produktivitas kerja,
performansi operator pada bagian penyablonan juga sangat rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kegiatan non produktif yang dilakukan operator yaitu berupa
kegiatan berjalan yang berulang-ulang. Kegiatan berjalan ini dilakukan pada saat operator siap menyablon satu buah baju lalu dibawa ke meja penjemuran dan
ditata secara rapi sehingga tidak tumpang tindih antara satu baju dengan baju berikutnya, setelah itu operator kembali lagi ke meja penyablonan. Hal ini
dilakukan secara terus menerus sampai baju pada batch pertama selesai. Bila hal tersebut dipertahankan secara terus-menerus tanpa ada perbaikan maka akan
mengakibatkan pada rendahnya produktivitas perusahaan. Beranjak dari permasalahan di atas, maka perlu dilakukan pengkajian,
evaluasi serta perancangan fasilitas kerja yang diharapkan mampu mengurangi risiko cedera musculoskeletal sekaligus menghilangkan kegiatan non produktif
sehingga bisa meningkatkan produktivitas perusahaan.
1.2. Rumusan Permasalahan