Kesimpulan dan Saran Pemecahan Masalah

4.7.3. Analisis Pemecahan Masalah

Analisis dan pemecahan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Analisis kondisi kerja aktual dengan cara melakukan analisis hasil SNQ, postur kerja dan kapasitas penjemuran. 2. Perancangan fasilitas kerja usulan. Dalam melakukan perancangan fasilitas kerja usulan, yang menjadi pertimbangannya adalah dimensi, bahan dan bentuk yang ergonomis sehingga usulan rancangan perbaikan fasilitas kerja yang membuat operator merasa nyaman saat menjalankan aktivitas kerja dan meningkatkan produktivitas. 3. Analisis kondisi kerja setelah perbaikan dengan membandingkan kondisi kerja aktual dan usulan apabila usulan diterapkan.

4.8. Kesimpulan dan Saran

Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi butir penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan rangkuman hasil penelitian. Sedangkan saran yang diberikan akan diarahkan pada beberapa rancangan atau usulan perbaikan yang bermanfaat bagi perusahaan dan penelitian- penelitian berikutnya. Block diagram metodologi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2. Universitas Sumatera Utara Mulai Rumusan Masalah Keluhan Muskuloskeletal yang dialami operator yang disebabkan oleh postur kerja yang tidak alamiah dan adanya kegiatan non produktif pada stasiun penyablonan. Sasaran Penelitian -Penilaian keluhan MSDs yang dialami operator yang menjemur pakaian hasil sablon -Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA. -Perancangan alat bantu penjemuran hasil sablon. Penetapan Tujuan Perancangan fasilitas kerja yang mampu mengurangi risiko cedera muskuloskeletal disorders MSDs pada operator penyablonan sekaligus mampu meningkatkan produktivitas perusahaan. Pengumpulan Data Primer - Data elemen kegiatan penyablonan -Data keluhan operator bahan baku berdasarkan kuesioner SNQ. -Data sudut inklinasi, frekuensi pengangkatan. -Data postur kerja aktual operator. -Kapsitas penjemuran - layout staiun penyablonan Pengumpulan Data Sekunder -Urutan proses produksi. -Jumlah permintaan. -Jam kerja operator. Jumlah karyawan. Pengolahan Data -Penentuan level tindakan berdasarkan penilaian postur kerja dengan metode REBA. -penilain dari Peta Kerja -kapasitas Area penjemuran Aktual dan kebutuhan Area Penjemuran -Perancangan alat bantu operator. Analisis Pemecahan Masalah -Analisis tempat kerja aktual. -Analisis perancangan alat bantu baru. -Perbandingan metode kerja aktual dan baru. Kesimpulan dan Saran Selesai Pengamatan Pendahuluan Gambar 4.2. Blok Diagram Penelitian Universitas Sumatera Utara

BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Elemen Kegiatan pada Stasiun Penyablonan

Proses penyablonan adalah kegiatan mencetakmenyablon bentuk-bentuk tertentu baik berupa tulisan, gambar, atau logo dari suatu intansi tertentu pada pakaian yang akan disablon. Pakaian tersebut terlebih dahulu sudah dipasangi papan alas tripleks yang bertujuan untuk memudahkan proses penyablonan. Selain itu pemasangan alas tripeks ini juga bertujuan agar hasil penyablonan dapat melekatmenempel secara sempurna. Setelah semua pakaian dipasangi dengan alas tripleks, maka pakaian tersebut akan disusun secara rapid dan bertingkat pada meja penyablonan untuk selanjutnya dilakukan proses penyablonan. Adapun elemen-elemen kegiatan pada stasiun penyablonan adalah sebagai berikut: 1. Mengambil screen film Aktivitas ini berupa pengambilan screen film pada meja penyablonan yang terletak di sebelah kiri operator seperti terlihat pada Gambar 5.1 dibawah. Gambar 5.1. Aktivitas Mengambil Screen Film V-1 Universitas Sumatera Utara 2. Meletakkan dan menekan screen di atas kaos Adapun aktivitas meletakkan dan menekan screen di atas kaos seperti terlihat pada Gambar 5.2. Gambar 5.2. Aktivitas Meletakkan dan Menekan Screen Film di Atas Baju 3. Mengambil kuas sablon Aktivitas mengambil kuas sablon ini dilakukan oleh operator dengan jarak 17 cm disebelah kanan baju yang akan disablon, dapat dilihat pada Gambar 5.3. Gambar 5.3. Aktivitas Mengambil Kuas Sablon Universitas Sumatera Utara 4. Mengoleskan cat dengan kuas ke atas screen Adapun aktivitas mengoleskan cat dengan kuas ke atas screen dapat dilihat pada Gambar 5.4. Gambar 5.4. Aktivitas Mengoleskan Cat dengan Kuas ke Atas Screen 5. Meletakkan kuas Adapun aktivitas meletakkan kuas dapat dilihat pada Gambar 5.5. Gambar 5.5. Aktivitas Meletakkan Kuas Universitas Sumatera Utara 6. Melepaskan screen dari atas kaos Adapun aktivitas melepaskan screen dari atas kaos dapat dilihat pada Gambar 5.6. Gambar 5.6. Aktivitas Melepaskan Screen dari Atas Kaos 7. Mengangkat baju Setelah baju di sablon maka baju tersebut dibawa ke meja penjemuran untuk dijemur dengan cara mengangkat baju dan membawanya ke meja penjemuran. Pada saat aktivitas ini dilakukan, operator juga mengangkatmemegang screen film dan membawanya ke meja penjemuran. Aktivitas ini dapat dilihat pada Gambar 5.7. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.7. Aktivitas Mengangkat Kaos 8. Membawa ke penjemuran Adapun aktivitas membawa ke penjemuran dapat dilihat pada Gambar 5.8. Gambar 5.8. Aktivitas Membawa ke Penjemuran Universitas Sumatera Utara 9. Menyusun di tempat penjemuran Adapun aktivitas penyusunan di meja penjemuran dapat dilihat pada Gambar 5.9. Gambar 5.9. Aktivitas Penyusunan di Meja Penjemuran Aktivitas penyusunan di bawah ini adalah menyusun di lantai dikarenakan meja penjemuran telah penuh, seperti terlihat pada Gambar 5.10 . Gambar 5.10. Aktivitas Penyusunan di Lantai Universitas Sumatera Utara

5.1.2. Data Fasilitas Kerja Aktual

Pada stasiun penyablonan terdapat beberapa fasilitas kerja antara lain meja penyablonan, meja penjemuran, screen, dan kuas untuk penyablonan. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan pada stasiun penyablonan adalah obat film dan cat. Adapun gambar fasilitas kerja aktual yang tersedia pada stasiun penyablonan pada Gambar 5.11. Gambar 5.11. Fasilitas Kerja aktual di Stasiun Penyablonan Sedangkan untuk meja penyablonan dapat dilihat pada Gambar 5.12 sampai Gambar 5.14. Gambar 5.12. Fasilitas Meja Penyablonan Aktual Tampak Atas 1 2 3 4 5 Ket: 1 = ScreenMal 2 = Tumpukan kaos 3 = Tempat obat 4 = Kuas 5 = Operator = Daerah Penyablonan 50cm 210 cm Universitas Sumatera Utara Gambar 5.13. Fasilitas Fasilitas Meja Penyablonan Aktual Tampak Depan Gambar 5.14. Fasilitas Kerja aktual di Stasiun Penyablonan Tampak 3D Universitas Sumatera Utara Fasilitas kerja screen film mempunyai berat 700gr dan mempunyai panjang 35cm dan lebar 29cm seperti terlihat pada Gambar 5.15 dan Gambar 5.16 berikut. Gambar 5.15. Screen Film Tampak Atas Gambar 5.16. Screen Film Tampak 3D Adapun layout stasiun penyablonan dan penjemuran dapat dilihat pada Gambar 5.17. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.17. Layout Stasiun Penyablonan Setelah baju disablon, maka operator akan menjemur setiap baju dan membawanya ke meja penjemuran. Pada saat meja penjemuran terisi penuh, maka baju yang telah disablon akan disusun di lantai. Proses ini dilakukan terus menerus sehingga semua baju pada batch pertama sudah dilakukan proses penyablonan dan pengeringan setiap batch berisi 100 buah baju. Setelah semua baju dikeringkan maka dilakukan proses pengumpulan dan pelepasan alas tripleks yang digunakan pada proses penyablonan tadi. Baju yang sudah siap dibawa ke Universitas Sumatera Utara bagian pengepakan untuk disetrika dan di-packing, sementara papan alas tripleks digunakan kembali untuk proses penyablonan batch berikutnya. Setiap hari, operator melakukan kegiatan penyablonan sebanyak 5 batch dimana setiap batch-nya rata-rata berisi 100 potong baju. Adapun kapasitas meja penjemuran hanya mampu menampung sebanyak 33 potong baju untuk setiap batch, sehingga terdapat 67 potong baju harus dikeringkan di lantai. Dengan demikian, setiap hari operator menyusun baju di lantai sebanyak 67 x 5 batch yaitu sebanyak 335 kali. Hal ini berarti operator melakukan kegiatan membungkuk sebanyak 335 kali pada saat melakukan penjemuranpenataan di lantai. Selain itu pada saat mengumpulkan baju yang sudah dikeringkan dan proses pelepasan papan alas tripleks, posisi tubuh operator juga dalam keadaan membungkuk. Bila hal ini tidak diperbaiki dikhawatirkan akan berisiko menimbulkan keluhan skeletal pada operator.

5.1.3. Standard Nordic Qustionaire SNQ

Standard Nordic Questionare SNQ merupakan suatu alat yang dirancang untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh operator selama melakukan pekerjaan. Pengumpulan data SNQ diberikan kepada 1 operator yang bertugas pada stasiun penyablonan. Hasil SNQ dapat dilihat pada Gambar 5.18. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.18. Peta Keluhan Tubuh Operator Penyablonan Universitas Sumatera Utara Keterangan nomor dimensi tubuh: = Sangat sakit kaku di leher bagian atas 1 = Sedikit sakit kaku di leher bagian bawah 2 = Sakit di bahu kiri 3 = Sakit di bahu kanan 4 = Sakit lengan atas kiri 5 = Sangat sakit di punggung 6 = Sakit lengan atas kanan 7 = Sangat sakit pada pinggang 8 = Tidak sakit pada bokong 9 = Tidak sakit pada pantat 10 = Sakit pada siku kiri 11 = Sedikit sakit pada siku kanan 12 = Sakit pada lengan bawah kiri 13 = Sakit pada lengan bawah kanan 14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri 15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan 16 = Sakit pada telapak tangan kiri 17 = Sedikit sakit pada telapak tangan kanan 18 = Tidak sakit pada paha kiri 19 = Tidak sakit pada paha kanan 20 = Tidak sakit pada lutut kiri 21 = Tidak sakit pada lutut kanan Universitas Sumatera Utara 22 = Sangat sakit pada betis kiri 23 = Sangat sakit pada betis kanan 24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan 26 = Sakit pada telapak kaki kiri 27 = Sakit pada telapak kaki kanan Data Keluhan Tubuh yang dirasakan operator saat bekerja adalah sebagai berikut: 1. Tidak sakit = 21,42 2. Sedikit sakit = 25 3. Sakit = 35,72 4. Sangat sakit = 17,86

5.1.4. Waktu Siklus

Waktu siklus adalah waktu yang diperlukan untuk pengerjaan satu unit produk yang didapatkan dari hasil pengamatan di lapangan. Pada stasiun penyablonan elemen kegiatannya meliputi kegiatan mengambil screen, meletakkan dan menekan screen di atas baju, mengambil kuas obat sablon, mengoleskan ke dalam screen, meletakkan kuas obat, melepaskan screen dari kaos, mengangkat kaos, membawa ketempat penjemuran, menyusun di tempat penjemuran, kembali ke meja penyablonan. Adapun waktu siklus pada stasiun penyablona dapat dilihat pada Tabel 5.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1. Waktu Siklus Stasiun Penyablonan PENGAMATAN KE- WAKTUDETIK 1 12 10 15 20 17 30 19 40 21 50 23 60 23 70 24 80 25 90 26 100 29 5.2. Pengolahan Data 5.2.1. Penentuan Level Tindakan Postur Kerja dengan REBA Penilaian dilakukan terhadap tubuh bagian kanan dan kiri dengan menggunakan lembar penilaian Rapid Entire Body Asseseement REBA Assessment Worksheet. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada kotak yang telah disediakan. Bagian tubuh yang dinilai pertama kali adalah leher, kaki, dan badan. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel A hingga diperoleh nilai dari tabel A. Nilai dari tabel A lalu ditambahkan dengan nilai pembebanan yang akan menghasilkan nilai skor A. Bagian tubuh yang dinilai Universitas Sumatera Utara berikutnya adalah pergelangan tangan, lengan bawah, dan lengan atas. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel B hingga diperoleh nilai dari tabel B. Nilai dari tabel B lalu dijumlahkan dengan nilai genggaman yang akan menghasilkan nilai skor B. Nilai skor A dan B selanjutnya dimasukkan ke tabel C hingga menghasilkan nilai tabel C. Nilai skor REBA diperoleh dari penjumlahan nilai tabel C dan nilai aktivitas. Sebagi contoh perhitungan dapat dilihat pada aktivitas menyusun baju yang sudah disablon ke lantai seperti terlihat pada Gambar 5.19. Gambar 5.19. Aktivitas Penyusunan Baju Hasil Sablon di Lantai Penilaian postur kerja elemen gerakan menyusun baju yang sudah disablon ke lantai untuk tubuh bagian kanan dan kiri dapat dilihat pada Gambar 5.19 dan Gambar 5.20. Universitas Sumatera Utara Gambar 5.20. Penilaian REBA Kanan Tabel 5.2. Nilai Level Tindakan REBA Kanan Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan Tidak diperlukan perbaikan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan perbaikan 4-7 Sedang 2 Perlu perbaikan 8-10 Tinggi 3 Segera perbaikan 11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga perbaikan +1 jika batang tubuh berputarbengkokbungkuk +1 jika leher berputar bengkok +1 jika lutut antara 30-60 +2 jika lutut 60 + 1 jika bahu naik +1 jika lengan berputar bengkok +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah 2+1 2+1 1 2+1 2 2 8 8 5 5 5 6 1 Table A Table B Table C + Activity LoadForce Coupling Trunk Neck Legs Wrist Lower Arm Upper Arm REBA Score Sudut : 14 o Sudut : 32 o Sudut : 19 o Sudut : 17 o Sudut : 35 o Sudut : 32 o Universitas Sumatera Utara Gambar 5.21. Penilaian REBA Kiri Tabel 5.3. Nilai Level Tindakan REBA Kiri Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan 1 Dapat diabaikan Tidak diperlukan perbaikan 2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan perbaikan 4-7 Sedang 2 Perlu perbaikan 8-10 Tinggi 3 Segera perbaikan 11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga perbaikan +1 jika batang tubuh berputarbengkokbungkuk +1 jika leher berputar bengkok +1 jika lutut antara 30-60 +2 jika lutut 60 + 1 jika bahu naik +1 jika lengan berputar bengkok +1 jika pergelangan tangan putaran menjauhi sisi tengah 2+1 2+1 1+1 2+1 2 1 8 8 6 4 6 5 1 Table A Table B Table C + Activity + LoadForce + Coupling Trunk Neck Legs Wrist Lower Arm Upper Arm REBA Score Sudut : 14 o Sudut : 31 o Sudut : 15 o Sudut : 10 o Sudut : 35 o Sudut : 32 o Universitas Sumatera Utara Adapun untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil rekapitulasi perhitungan penilaian postur kerja untuk setiap elemen kegiatan pada stasiun penyablonan dapat dilihat pada Tabel.5.4. Tabel 5.4. Hasil Penilaian Postur Kerja Operator Elemen Gerakan Skor REBA Kanan Tindakan Kiri Tindakan Mengambil Screen 6 Sedang Perlu perbaikan 5 Sedang Segera perbaikan Meletakkan dan menekankan screen diatas baju 4 Sedang Perlu perbaikan 4 Sedang Perlu perbaikan Mengambil kuas cat 5 Sedang Perlu perbaikan 5 Sedang Perlu perbaikan Mengoleskan kuas kedalam screen 4 Sedang Perlu perbaikan 3 Sedang Perlu perbaikan Meletakkan kuas cat 5 Sedang Perlu perbaikan 4 Sedang Perlu perbaikan Melepaskan screen dari baju 5 Sedang Perlu perbaikan 5 Sedang Perlu perbaikan Mengangkat baju 6 Sedang Perlu perbaikan 4 Sedang Perlu perbaikan Membawa ke tempat penjemuran 7 Sedang Perlu perbaikan 6 Sedang Perlu perbaikan Menyusun di tempat penjumuran di atas meja 4 Sedang Perlu perbaikan 5 Sedang Perlu perbaikan Menyusun di tempat penjumuran di atas lantai 8 Tinggi Segera perbaikan 8 Tinggi Segera perbaikan Universitas Sumatera Utara Dari rekapitulai pada Tabel 5.4., dapat dilihat bahwasanya nilai skor REBA tertinggi berada pada aktivitas menyusun di tempat penjemuran di atas lantai. Skor REBA pada bagian tubuh kanan dan kiri adalah 8 Resiko tinggi.

5.2.2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Penyablonan

Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan dalam hal ini lebih dikenal sebagai peta operator Operator Process Chart adalah peta kerja setempat yang bermanfaat untuk menganalisa gerakan tangan manusia di dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual agar menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan kata lain Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan merupakan suatu alat studi gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Adapun Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan dalam proses penyablonan kaos dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Penyablonan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Pekerjaan : Proses Penyablonan Kaos Departemen : Penyablonan dan Penjemuran Nomor Peta : 01 Sekarang Usulan Dipetakan Oleh : Muhammad Firdaus Universitas Sumatera Utara Tanggal Dipetakan : 10 November 2012 1 2 3 4 5 Ket: 1 = ScreenMal 2 = Tumpukan kaos 3 = Tempat obat 4 = Kuas 5 = Operator = Daerah Penyablonan 50cm 210 cm PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Tangan Kiri Jarak cm Waktu dtk Lambing lambang Waktu dtk Jarak cm Tangan Kanan Menjangkau screenmal 30 Re - - - Delay Memegang screenmal 30 G - - - Delay Membawa screenmal 30 M - - - Delay Meletakan screenmal di atas kaos yang berada di daerah penyablonan 5 RL - - - Delay Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Penyablonan Lanjutan Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H Re 35 Menjangkau kuas yang berada di atas wadah obat penyablonan Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H G 35 Memegang kuas Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H M 35 Membawa kuas ke daerah penyablonan Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H P 5 Mengarahkan kuas ke atas screenmal Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H U 5 Mengoleskan kuas ke dalam screenmal Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H M 35 Membawa kuas kembali ke dalam tempat obat Menahan screenmal agar tidak lari atau berantakan 5 H RL 35 Melepaskan kuas ke dalam tempat obat Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Penyablonan Lanjutan PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN Tangan Kiri Jarak cm Waktu dtk lambang lambang Waktu dtk Jarak cm Tangan Kanan Memegang screenmal 5 H RE 5 Menjangkau kaos yang telah diolesi obat Memegang screenmal 30 H G 5 Memegang kaos yang telah diolesi obat Memegang screenmal 30 H M 5 Membawa kaos yang telah diolesi obat Dari peta tangan kanan dan tangan kiri di atas terlihat bahwa terdapat ketidakseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Penggunaan tangan kanan lebih produktif dibandingkan dengan tangan kiri. Selanjutnya untuk melihat aktivitas penjemuran dapat menggunakan Flow Process Chart FPC Tipe Orang yang dapat dilihat pada Tabel 5.7. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.6. Flow Process Chart FPC Tipe Orang PETA ALIRAN PROSES Pekerjaan : Proses Penyablonan Kaos Tgl dipetakan : 16 Januari 2013 No. Peta : 02 Dipetakan oleh : Muhammad Firdaus Lambang J a r a k m J u m l a h W a k t u detik Uraian Kegiatan Membawa kaos yang sudah disablon ke area penjemuran 3 Menjemur kaos yang telah disablon Merapikan kaos yang berada di penjemuran Kembali ke meja penyablonan 3 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat jarak yang harus dilalui oleh operator pada saat membawa kaos yang sudah disablon ke area penjemuran. Jarak tersebut akan semakin bertambah untuk setiap kegiatan penjemuran berikutnya. Dengan bertambahnya jarak tempuh tersebut, maka akan menyebabkan proses pengerjaan di stasiun penyablonan menjadi lebih lama. Universitas Sumatera Utara

5.2.3. Kapasitas Area Penjemuran Aktual dan Kebutuhan Area Penjemuran

Untuk menghitung kapasitas area penjemuran aktual, dilakukan dengan cara menghitung luas area penjemuran yang tersedia pada meja penjemuran. Meja penjemuran aktual terdiri atas dua bagian yaitu area I dan II. Meja Penjemuran I memiliki dimensi 0,5 m x 3,3 m. Sedangkan meja penjemuran area II memiliki dimensi 0,5 m x 6,1 m. Gambaran lengkap mengenai meja penjemuran aktual dapat dilihat pada Gambar 5.17. Gambar 5.22. Meja Penjemuran Aktual M EJA PEN YAB L O N AN 2 ,1 m 0,5m 3,3m 6 ,1 m 0,9m AR EA PEN JE MU R AN AREA PENJEMURAN I 0,5m Universitas Sumatera Utara Perhitungan luas total area penjemuran dapat dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut: Dari data di atas, diperoleh bahwa total luas area meja penjemuran secara keseluruhan adalah 47000 cm 2 . Untuk menghitung total kebutuhan area penjemuran dapat dilakukan dengan cara menghitung luas masing-masing pakaian yang disablon. Untuk memperoleh luas area pakaian yang disablon dapat menggunakan dimensi papan alas penyablonan yang dimasukkan ke dalam setiap baju yang akan disablon. Adapun dimensi dari papan alas penyablonan dapat dilihat pada Gambar 5.18. Gambar 5.23. Papan Alas Penyablonan Luas meja penjemuran I = 0,5x6,1m = 3,05 m 2 Luas meja penjemuran II = 0,5x3,3m = 1,65 m 2 Universitas Sumatera Utara Perhitungan kebutuhan area untuk setiap baju adalah sebagai berikut: Luas papan alas = 39 cm x 37 cm Luas papan alas = 1443 cm 2 Untuk menghitung jumlah baju yang mampu ditampung pada meja penjemuran dapat dilakukan dengan cara membagi luas area penjemuran dengan total kebutuhan area penjemuran untuk masing-masing baju. Perhitungan jumlah baju tertampung adalah sebagai berikut: Daya tampung = Luas area penjemurankebutuhan area untuk setiap baju Daya tampung = 47.000 cm 2 1443 cm 2 Daya tampung = 32,57 baju Daya tampung = 33 baju Untuk setiap batch rata-rata terdapat 100 buah baju yang disablon. Dari perhitungan diatas terlihat bahwa terdapat kekurangan jumlah kebutuhan area penjemuran dari area yang tersedia yaitu sebanyak 67 baju. Untuk memenuhi kekurangan tersebut maka operator akan menjemurmenyusun baju yang akan disablon pada lantai. Hal ini menyebabkan proses penyablonan menjadi lebih lama karena proses penataan di lantai memerlukan waktu yang lama. Selain itu aktivitas penataan baju di lantai menyebabkan posisi tubuh operator menjadi tidak alamiah membungkuk yang bisa menimbulkan risiko cedera musculoskeletal. Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis

6.1.1. Analisis Tingkat Keluhan Berdasarkan SNQ

Dari pengolahan data diperoleh bahwa operator mengalami keluhan sakit atau sangat sakit yaitu pada dimensi tubuh leher bagian atas, bahu kanan, bahu kiri, lengan atas kiri, siku kiri, lengan bawah kiri, pergelangan tangan kiri, telapak tangan kiri, punggung, lengan atas, pinggang, lengan bawah kanan, pergelangan tangan kanan, betis kiri dan betis kanan. Hal ini disebabkan karena posisi tubuh operator yang tidak alamiah membungkuk pada saat meletakkanmengatur hasil penyablonan di lantai yang berulang-ulang dan posisi tubuh yang statis. Selain itu kondisi kerja aktual juga mengharuskan operator selalu memegang screen film dengan tangan kiri secara terus menerus selama proses penyablonan. Mengingat kondisi pegangan handle screen yang buruk dan bekerja dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan kelelahan skeletal pada operator.

6.1.2. Analisis Postur Kerja

Hasil penilaian postur kerja memperlihatkan sudut-sudut tubuh yang terbentuk pada saat melakukan aktivitas kerja pada bagian lengan atas, lengan VI-96 Universitas Sumatera Utara bawah, pinggang serta punggung memberikan indikasi resiko yang akan terjadi pada pekerja. Kegiatan yang dimaksudkan adalah kegiatan membungkuk pada saat menjemur kaos yang sudah disablon di lantai, kegiatan mengumpulkan baju yang sudah dikeringkan serta kegiatan pelepasan papan alas tripleks. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang dan dalam durasi yang relatif lama sehingga berisiko cedera otot skeletal.

6.1.3. Analisis Waktu Kerja

Data waktu yang diukur dari beberapa siklus pengerjaan menunjukkan bahwa pada stasiun penyablonan waktu penyelesaian proses menjadi semakin panjang. Hal ini disebabkan jarak antara meja penyablonan dengan area menjadi semakin jauh selama proses penyablonan. Selain itu, pada saat meletakkan kaos hasil sablonan di area penjemuran, operator harus meletakkannya dengan hati-hati dan memposisikannya dalam keadaan yang tepat sehingga tidak saling tumpang tindih yang dapat merusak kualitas sablon.

6.1.4. Analisis Peta Kerja

Dari peta tangan kiri tangan kanan dapat diperoleh informasi bahwa terdapat ketidakseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan. Peta tangan kiri tangan kanan memperlihatkan bahwa penggunaan tangan kanan lebih produktif bila dibandingkan dengan tangan kiri. Sementara itu pada peta aliran Universitas Sumatera Utara proses terdapat jarak antara meja penyablonan dan area penjemuran yang harus dilalui oleh operator selama proses penyablonan. Jarak tersebut akan semakin bertambah untuk setiap kegiatan penjemuran berikutnya. Hal ini disebabkan oleh penyusunan atara satu baju dengan baju berikutnya tidak tumpang tindih.

6.1.5. Analisis Kapasitas Penjemuran

Hasil pengolahan data kapasitas area penjemuran aktual dan kebutuhan area penjemuran menunjukkan bahwa kapasitas penjemuran yang tersedia pada meja penjemuran tidak mampu menampung jumlah baju yang disablon. Oleh karena itu, untuk menutupi kekurangan tersebut maka operator menggunakan lantai sebagai area penjemuran. Penggunaan lantai sebagai area penjemuran menyebabkan posisi tubuh operator membungkuk yang beresiko menimbulkan keluhan musculoskeletal.

6.2. Pemecahan Masalah

Dari analisis sebelumnya diketahui bahwa aktivitas menyusun pakaian hasil penyablonan dilakukan dengan cara yang tidak ergonomis. Pada saat melakukan aktivitas tersebut operator diharuskan membungkuk secara berulang- ulang yang beresiko menimbulkan cedera tulang punggung low back pain. Selain itu, aktivitas menyusunmenata baju hasil penyablonan ke meja kerja mensyaratkan kegiatan berjalan yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga Universitas Sumatera Utara membuat waktu penyelesaian proses semakin tinggi. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka diperlukan perancangan fasilitas alat bantu yang mampu memperbaiki permasalahan di atas. Adapun fasilitas kerja usulan yang diusulkan adalah alas tripleks dan alat penjemuran. Alas tripleks adalah alas yang digunakan pada tahapan penyablonan sehingga proses penyablonan berlangsung sempurna. Alas tripleks yang digunakan sama dengan yang digunakan pada sistem kerja terdahulu, tetapi dengan menambahkan cantolan sebagai media penggantungan pada rel penjemuran. Adapun rancangan alas tripleks dapat dilihat pada Gambar 6.1. berikut. Gambar 6.1. Rancangan Alas Tripleks Alat bantu penjemuran adalah alat yang digunakan sebagai tempat menjemur pakaian hasil penyablonan. Alat ini terdiri dari tiang jemuran, rel penjemuran yang bisa digeser serta pengait yang digunakan untuk Universitas Sumatera Utara menggantungkan pakaian yang sudah disablon. Adapun pengait rel yang dapat digeser dapat dilihat pada Gambar 6.2 berikut. Gambar 6.2. Rancangan Pengait Rel Tampak Samping dan Depan Pada rancangan ini, setelah operator melakukan aktivitas penyablonan, maka operator tidak perlu lagi berjalan dan membungkuk untuk menyusun baju hasil penyablonan. Pada kondisi ini, yang dilakukan operator adalah mengarahkan baju hasil sablon pada pengait jemuran yang bisa digeser. Adapun rancangan fasilitas kerja usulan dapat dilihat pada Gambar 6.1 hingga Gambar 6.3 berikut ini. Gambar 6.4. Rancangan Fasilitas Kerja Tampak Samping 5cm Universitas Sumatera Utara Gambar 6.3. Rancangan Fasilitas Kerja Tampak Atas Gambar 6.5. Rancangan Fasilitas Kerja Tampak 3D Universitas Sumatera Utara Rancangan diatas mempunyai panjang rel keseluruhan 12m dan ketinggian 170cm dengan jarak hanger yang telah disangkutkan ke pengait yang satu dengan pengait yang lain adalah 5 cm. Kapasitas kaos yang dapat dijemur adalah 300 buah. Hal ini jauh meningkat 200 dari yang semula hanya mampu menjemur sebanyak 67 buah. Selain itu kapasitas jemur yang meningkat pihak perusaan juga harus mepersiapkan jumlah papan triplek yang semulanya hanya 100 papan sekarang menjadi 300 papan triplek.

6.3. Analisis Kondisi Kerja Setelah Perbaikan