Faktor yang berpengaruh terhadap gejala pra menopause yang dapat mendorong tingkat stress pada perempuan adalah perubahan-perubahan psikologis
maupun fisik. Kenyataan di lapangan didapatkan bahwa perubahan psikologis dan fisik yang sering timbul pada perempuan pra menopause adalah cepat lelah,
berkurangnya konsentrasi dan timbulnya perubahan emosi yaitu suka memendam kemarahan dan susah tidur dan cemas yang akan meningkatkan gejala stress pada
perempuan menikah ataupun tidak menikah. Faktor ekonomi, lingkungan, dan factor lainnya perempuan yang belum menikah, perempuan karir, menerch yang terlambat
juga ikut berpengaruh dalam mendorong tingkat stres. Mayoritas keadaan ekonomi di daerah tersebut menengah kebawah, keadaan ekonomi juga dapat meningkatkan
stress pada perempuan masa pra menopause, disaat usia yang sudah tidak sanggup bekerja keras seperti waktu muda, tetapi mereka harus memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari yang semakin mahal. Hal demikianlah yang membuat perempuan masa pra menopause menjadi lebih gelisah dan resah. Lingkungan sosial juga berpengaruh
terhadap meningkatnya stres yang menganggap pra menopause sebagai tanda tua dan masa tidak mungkin mempunyai keturunan lagi.
5.2 Perbedaan Stres pada Masa Pra Menopause Perempauan Menikah dan Perempuan tidak Menikah
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan tingkat stres pada masa pra menopause perempuan menikah dan tidak menikah dengan nilap p 0,002
ά0,05. Perbedaan stres ditunjukkan dengan perbedaan nilai rata-rata tingkat stres pada
perempuan menikah dan tidak menikah. Rata-rata gejala stres yang dialami pada
Universitas Sumatera Utara
perempuan menikah mencapai 23,38 sedangkan perempuan tidak menikah mengalami gejala stres rata-rata mencapai 17,65. Tingkat stres ini akan menimbulkan
dampak buruk pada kehidupan sosial bagi perempuan itu sendiri seperti berkurangnya keinginan untuk bersosialisasi dengan lingkungan luar dan perempuan yang menikah
melampiaskan kemarahan kepada anak-anak dan cucunya. Hawari 2011 mengatakan bahwa stres dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi
perempuan itu sendiri, keluarganya, pekerjaannya dan lingkungannya, misalnya cepat emosi, malas keluar rumah, malas bekerja dan kurang berosiasalisasi.
Perempuan tidak menikah lebih siap menghadapi masa pra menopause karena mereka banyak yang mengetahui bahwa kalau sudah diatas umur 40 tahun akan
terjadi ketidakteraturan mentruasi yang akhirnya tidak ada lagi dan merupakan kondrat.
Kasdu 2002, mengatakan ada baiknya perempuan sudah mempersiapkan diri menghadapi masa pra menopause menopause dengan pengetahuan yang memadai
karena itu merupakan siklus kehidupan yang tidak bisa dihindari oleh seorang perempuan. Risiko timbulnya keluhan-keluhan akan menurun jika perempuan
mempersiapkan diri secara fisik dan psikis dan apabila keluhan masih tetap timbul dengan persiapan diri yang baik perempuan dapat menghadapi perubahan yang terjadi
atau dialami diterima dengan bijaksana. Dengan demikian perempuan dapat menjalani masa pra menopause lebih baik secara fisik dan psikis sehingga setiap
perempuan dapat menjalankan hari-harinya dengan kulitas hidup yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Informasi tentang pra manopouse belum banyak diketahui oleh perempuan yang menikah dan tidak menikah apa yang dimaksud dengan masa pra menopause
yang akan terjadi pada setiap perempuan. Hal ini disebabkan karena mereka tidak pernah mendapatkan informasi yang benar mengenai masa pra menopouse, beberapa
dari mereka hanya mengetahui tentang masa menopause, padahal sebelum memasuki masa menopause mereka akan mengalami keluhan pada masa pra menopause seperti
cepat lemah, lelah, sering lupa, susah tidur, badan terasa panas, menstruasi tidak teratur. Umumnya mereka tidak mendapatkan informasi yang benar sehingga yang
dibayangkan adalah efek negatif yang akan dialami setelah memasuki masa pra menopause dan menopause Proverawati dan Sulistyawati, 2010. Mereka
menggangap bahwa perubahan tersebut merupakan suatu penyakit. Rasa kuatir tersebut diawali karena mereka tidak tahu bahwa apa yang mereka alami adalah hal
yang normal yang akan dialami setiap perempuan, pada akhirnya kejadian tersebut ada yang menceritakan kepada teman sebaya, orang yang lebih tua dari mereka dan
beberapa orang berkonsultasi keluhan tersebut kepada bidan dan dokter. Setiap perempuan dalam hidupnya akan mengalami fase-fase yang berkaitan
dengan fungsi organ reproduksi yaitu masa perempuan yang fase tersebut adalah fase pra menopause, perimenopause, menopause dan pasca menopause. Menopause
merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh setiap perempuan yang biasanya terjadi di atas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan indung telur. Sesuatu yang berlebihan atau kurang pasti akan menimbulkan reaksi dan
Universitas Sumatera Utara
pada kondisi perempuan menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang langsung mempengaruhi kondisi fisik tubuh, organ reproduksi dan
psikis. Penurunan hormon estrogen menimbulkan perubahan pada terjadinya menstruasi menjadi sedikit, banyak, jarang tidak lancar dan terganggu dan ini
terjadi pada fase pra menopause. Yatim 2001 mengatakan bahwa normalnya mentruasi berlangsung sekitar 4 hari dengan variasi 3-7 hari dan jumlah darah yang
keluar setiap mentruasi sekitar 35 cc. Sementara Aina 2009, yang mengutip pendapat Hurlock, ketika seorang pada masa pra menopause, fisik mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang dapat terjadi secara tiba–tiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher, dan dada bagian atas. Kadang–kadang
rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar.
Salah satu perubahan pada perempuan pada masa pra menopause adalah mudah mengalami stres. Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan,
cemas dan tegang. Stres yang mudah dialami oleh perempuan pada masa pra menopause dipengaruhi juga oleh perubahan faktor fisiologis yang telah mengalami
kemunduran dalam berbagai kemampuan seperti kemampuan visual, berpikir, mengingat dan mendengar juga akan menyebabkan stres.
Gejala masa pra menopause pada setiap perempuan rata-rata akan sama termasuk juga stres. Semua wanita masa pra menopause akan mengalami perubahan
fisik dan psikis dalam tubuhnya yang dapat di duga sebagai stressor atau disebut dengan penyebab stres. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa tingkat stres pada
Universitas Sumatera Utara
perempuan menikah lebih tinggi dibanding dengan perempuan yang tidak menikah. Hal ini mungkin disebabkan karena menstruasi pada perempuan menikah banyak
mengalami ketidakteraturan yaitu sebesar 54,2 dibanding dengan perempuan yang tidak menikah yaitu hanya sekitar 31,2 saja yang mengalami ketidaktreturan
menstruasi. Ketidakteraturan menstruasi sangat mempengaruhi tingkat stres seorang perempuan walaupun ada juga pengaruh dari penggunaan kontrasepsi hormonal. Hal
ini terkait dengan ketidakteraturan menstruasi disertai dengan jumlah darah yang banyak tidak seperti jumlah pendarahan haid yang normal. Keadaan ini sering
mengesalkan perempuan karena ia takut terjadi penyakit dan harus beberapa kali mengganti pembalut yang dipakainya ataupun menstruasi yang menjadi sangat ringan
dan sebentar sampai menstruasi yang berjarak tiga bulan atau lebih. Keadaan ini bagi perempuan yang sudah mempunyai anak takut hamil lagi. Hal inilah yang terkadang
membuat seorang perempuan menjadi takut, was-was dan cemas karena perubahan siklus fisiologi dalam tubuhnya. Kecemasan yang terjadi pada perempuan pra
menopause yang berulangkali akan menyebabkan stres. Perbedaan lain yang terlihat signifikan yaitu perempuan menikah pikirannya
lebih cepat lelah dari pada perempuan yang tidak menikah, hal ini dapat terjadi dimungkinkan karena beban pikiran perempuan yang menikah lebih banyak
dibanding dengan beban pikiran perempuan tidak menikah. Beban pikiran perempuan menikah tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi harus memikirkan suami dan
anak-anak yang mereka miliki, tidak hanya itu saja pikiran perempuan menikah juga dibebani dengan permasalahan dua keluarga yaitu keluarga dari suaminya dan
Universitas Sumatera Utara
keluarganya sendiri, tanggung jawab dalam membesarkan anak, menghadapi setiap fase perkembangan anak dan memenuhi setiap keperluan anak juga merupakan beban
tertentu bagi perempuan menikah dibanding dengan perempuan tidak menikah. Kasdu 2002 perubahan psikis salah satunya adalah stres sangat tergantung
pada masing-masing individu, pandangan masing-masing terhadap menopause dan latar belakang perempuan menikah atau tidak menikah, mempunyai suami, anak,
cucu, kehidupan keluarga yang membahagiakannya serta pekerjaan yang mengisi aktifitas sehari-hari. Sementara Hutapea 2005 perempuan pada masa menopause
mengalami gejala-gejala fisik atau psikis tidak dapat diduga dan akan mencemaskan kalau tidak tau kaitannya dengan menopause. Gejala-gejala tersebut dapat diperparah
lagi apabila ada perubahan lain dalam hidup seperti: anak-anak meninggalkan rumah, perubahan hubungan dalam rumah tangga, perceraian atau menjadi janda, keamanan
finansial serta banyak perempuan pada masa menopause harus mengurus anak-anak atau cucunya, hal ini juga didukung bahwa perempuan tidak menikah sebesar 27,1
tidak merasa memiliki beban dan pekerjaan berat sedangkan perempuan menikah hanya 18,8 yang menyatakan tidak pernah merasa memiliki beban dan pekerjaan
berat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN