Alat Bahan a.E.Merck a.E.Merck Pembahasan

3.1 Alat

- Spektofotometer Serapan Atom Shimadzu AA-6300 - Labu Takar Pyrex - Gelas Ukur Pyrex - Pipet Volumetri Pyrex - Gelas Beaker Pyrex - Termometer - - Bola Karet - - Hot Plate Cimarec - Pipet Skala Pyrex - Kertas saring Whatman - pH meter WalkLAB - Mesin Reverse Osmosis Kemflo F5633C - Botol Sampel - - Sampel cup - - Kaca arloji - - Pipet tetes - - Botol Aquadest -

3.2 Bahan

- Sampel Air baku - Sampel Air hasil olahan - Larutan induk Mn 1000 mgL

p.a.E.Merck

- Larutan induk Ni 1000 mgL

p.a.E.Merck

- HNO 3p p.a.E.Merck - Akuades -

3.3 Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara

3.3.1 Pembuatan Larutan Standar Mangan 100 mgL

Sebanyak 5 mL larutan induk mangan 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.2 Pembuatan Larutan Standar Mangan 10 mgL

Sebanyak 5 mL larutan standar mangan 100 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Mangan 0,00; 0,20; 0,40; 0,60; 0,80 dan 1,00 mgL

Sebanyak 0,00; 1,00; 2,00; 3,00 ; 4,00 dan 5,00 mL larutan standar mangan 10 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan di homogenkan.

3.3.4 Pembuatan Kurva Standar Logam Mangan Mn

Larutan seri standar logam Mangan 0,00 mgL diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada λ spesifik 279,5 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar mangan 0,20; 0,40; 0,60; 0,80 dan 1,00 mgL. SNI 6989.5:2009

3.3.5 Pembuatan Larutan Standar Nikel 100 mgL

Sebanyak 5 mL larutan induk nikel 1000 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.6 Pembuatan Larutan Standar Nikel 10 mgL

Universitas Sumatera Utara Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 100 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan di homogenkan.

3.3.7 Pembuatan Larutan Standar Nikel 1 mgL

Sebanyak 5 mL larutan standar nikel 10 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.8 Pembuatan Larutan Seri Standar Nikel 0,00; 0,03; 0,05; 0,07 ,0,10 dan 0,13 mgL

Sebanyak 0,00; 1,50; 2,50; 3,50; 5,00 dan 6,50 mL larutan standar nikel 1 mgL dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.9 Pembuatan Kurva Standar Logam Nikel Ni

Larutan seri standar logam nikel 0,00 mgL diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom pada λ spesifik 232,0 nm. Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali. Dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standard nikel 0,03; 0,05; 0,07; 0,10 dan 0,13 mgL. SNI 6989.18:2009

3.3.10 Pengawetan dan Tahap Destruksi Sampel SNI 6989.18:2009

Sampel ditambahkan HNO 3pekat sampai pH ≤ 2. Diambil sebanyak 50 mL sampel air dimasukkan ke dalam gelas beaker. Ditambahkan dengan 5 mL HNO 3p , ditutup dengan kaca arloji kemudian dipanaskan hingga sisa volume 15-20 mL. kemudian didinginkan dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL melalui kertas saring dan diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Kemudian ditentukan kadar unsur Mn Universitas Sumatera Utara pada λ spesifik 279,5 nm dan kadar unsur Ni pada λ spesifik 232,0 nm dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom SSA. 3.4 Bagan Penelitian 3.4.1. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Mangan Mn SNI 6989.5:2009 Dipip Larutan Standar Mangan Mn 1000 mgL Universitas Sumatera Utara Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar mangan dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar mangan dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 0,0; 1,00; 2,00; 3,00; 4,00; 5,00 larutan standar mangan dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda Diaduk hingga homogen 4 5 Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada � spesifik 279,5 nm 3.4.2. Pembuatan Larutan Seri Standar dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Nikel Ni SNI 6989.18:2009 Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Larutan Standar Mangan Mn 100 mgL Larutan Standar Mangan Mn 10 mgL Larutan Seri Standar Mangan Mn 0,00; 0,20; 0,40; 0,60; 0,80 dan 1,00 mgL Hasil Larutan Standar Nikel Ni 1000 mgL Universitas Sumatera Utara Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diaduk hingga homogen Dipipet sebanyak 5 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diaduk hingga homogen 6 Dipipet sebanyak 0,0;5;10;15;20; dan 25 mL larutan standar nikel dan dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diaduk hingga homogen Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada � spesifik 232.0 nm 7

3.4.3 Preparasi dan Penentuan Mangan Mn dalam Sampel Air Baku SNI 6989.5:2009

Ditambahkan HNO 3p hingga pH ≤ 2 Sampel Air Baku Larutan Standar Nikel Ni 100 mgL Larutan Standar Nikel Ni 10 mgL Larutan Standar Nikel Ni 1 mgL Larutan Seri Standar Nikel Ni 0,0; 0,03; 0,05; 0,07: 0,10 dan 0,13 mgL Hasil Universitas Sumatera Utara Dimasukkan ke dalam gelas beaker Ditambahkan 5 mL HNO 3p Ditutup dengan kaca arloji Dipanaskan hingga sisa volume 15-20 mL Didinginkan Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diukur absorbansi dengan SSA pada � spesifik 279,5 nm Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel air hasil olahan

3.4.4 Preparasi dan Penentuan Nikel Ni dalam Sampel Air Baku SNI 6989.18:2009

Ditambahkan HNO 3p hingga pH ≤ 2 Hasil Sampel Air Baku Sampel Air Baku 50 mL Universitas Sumatera Utara Dimasukkan ke dalam gelas beaker Ditambahkan 5 mL HNO 3p Ditutup dengan kaca arloji Dipanaskan hingga sisa volume 15-20 mL Didinginkan Dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL melalui kertas saring Diencerkan dengan akuades hingga garis tanda Diukur absorbansi dengan SSA pada � spesifik 232,0 nm Catatan : Perlakuan yang sama dilakukan pada sampel air hasil olahan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sampel Air Baku 50 mL Universitas Sumatera Utara

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Logam Mangan Mn

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar logam Mangan Mn dilakukan dengan membuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,00; 0,20; 0,40; 0,60; 0,80; dan 1,00 mgL, kemudian diukur absorbansinya dengan alat SSA kondisi alat pada lampiran 2. Data absorbansi untuk larutan standar Mangan Mn dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1. Data absorbansi larutan standar Mangan Mn Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-rata 0,00 0,0002 0,20 0,0380 0,40 0,0694 0,60 0,0972 0,80 0,1342 1,00 0,1714 Gambar 4.1. Kurva kalibrasi larutan standar Mangan Mn

4.1.2. Pengolahan Data Logam Mangan Mn

y = 0.1675x + 0.0013 R = 0.9989 0,05 0,1 0,15 0,2 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 A bs o rban si L o g am Man g an Konsentrasi Logam Mangan mgL Universitas Sumatera Utara

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Mangan Mn pada tabel 4.1. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Mangan Mn berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Mangan Mn No Xi Yi Xi-X Yi-Y Xi-X 2 Yi-Y 2 Xi-XYi-Y 1 0,0 0,0002 -0,5000 -0,0848 0,2500 71,9104.10 -4 424,0000.10 -4 2 0,2 0,0380 -0,3000 -0,0470 0,0900 22,0900.10 -4 141,0000.10 -4 3 0,4 0,0694 -0,1000 -0,0156 0,0100 2,4336.10 -4 15,6000.10 -4 4 0,6 0,0972 0,1000 0,0122 0,0100 1,4884.10 -4 12,2000.10 -4 5 0,8 0,1342 0,3000 0,0492 0,0900 24,2064.10 -4 147,6000.10 -4 6 1,0 0,1714 0,5000 0,0864 0,2500 74,6496.10 -4 432,0000.10 -4 Σ 3,0 0,5104 0,0000 0,0004 0,7000 196,7784.10 -4 1172,4000.10 -4 � = ∑ �� � = 3 6 = 0,5000 0850 , 6 5104 , = = = ∑ n Yi y Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : dimana : Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.2. pada persamaan ini maka diperoleh : 1675 , 7000 , 10 . 400 , 1172 4 = = − a 5000 , 1675 , 0850 , − = b = 0,0850 – 0,0837 = 0,0013 Maka pesamaan garis yang diperoleh adalah : 0013 , 1675 , + = x y

4.1.2.2. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Koefisien korelasi untuk logam Mangan Mn adalah: 2 1 4 4 ] 10 . 7784 , 196 70000 , [ 10 . 4000 , 1172 − − = r 2 1 4 4 ] 10 . 7448 , 137 [ 10 . 4000 , 1172 − − = r 2 4 10 . 7364 , 11 10 . 4000 , 1172 − − = 9989 , =

4.1.2.3. Penentuan konsentrasi

Universitas Sumatera Utara Untuk menghitung konsenrasi dari logam Mangan Mn, maka diambil data hasil pengukuran absorbansi logam Mangan Mn dalam sampel. Data selengkapnya pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Data absorbansi logam Mangan Mn dalam sampel yang diukur sebanyak 7 kali Sampel Hari Absorbansi Rata-Rata Absorbansi A A 1 A 2 A 3 Air Baku 1 0,0316 0,0320 0,0318 0,0318 2 0,0334 0,0333 0,0332 0,0333 3 0,0363 0,0368 0,0364 0,0365 4 0,0387 0,0386 0,0388 0,0388 5 0,0420 0,0419 0,0413 0,0417 6 0,0419 0,0433 0,0435 0,0429 7 0,0455 0,0461 0,0434 0,0450 Air Hasil Olahan 1 0,0033 0,0029 0,0028 0,0048 2 0,0056 0,0056 0,0059 0,0057 3 0,0072 0,0074 0,0073 0,0073 4 0,0090 0,0088 0,0091 0,0090 5 0,0107 0,0106 0,0108 0,0107 6 0,0114 0,0112 0,0119 0,0115 7 0,0131 0,0125 0,0125 0,0127 Konsentrasi logam Mangan Mn dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y absorbansi logam Mangan Mn ke persamaan : 0013 , 1675 , + = x y Untuk air baku hari ke 1 konsentrasi logam mangan Mn adalah sebagai berikut : 0013 , 1675 , 0318 , + = x 1675 , 0013 , 0318 , − = x 1675 , 0305 , = = 0,1825 Universitas Sumatera Utara Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Mangan Mn hari ke 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 serta dalam air hasil olahan . Data selengkapnya pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Hasil penentuan konsentrasi logam Mangan Mn dalam Sampel Hari Konsentrasi Sampel mgL Air baku Air hasil olahan Hari 1 0,1825 0,0212 Hari 2 0,1910 0,0262 Hari 3 0,2101 0,0358 Hari 4 0,2238 0,0459 Hari 5 0,2412 0,0561 Hari 6 0,2483 0,0609 Hari 7 0,2609 0,0680

4.1.2.4. Persentase penurunan konsentrasi logam Mangan Mn

Dari data di atas dapat ditentukan persentase penurunan konsentrasi logam Mangan Mn dengan menggunakan rumus : [ ] [ ] [ ] baku air Mn olahan hasil air Mn baku air Mn − x 100 Dimana : Air baku merupakan air sebelum penyaringan Air hasil olahan merupakan air setelah penyaringan Maka persentasi penurunan konsentrasi logam Mangan Mn dari air baku menjadi air hasil olahan yang telah diolah melalui membran reverse osmosis pada hari ke 1 adalah : 1825 , 0212 , 1825 , − x 100 = 88,38 Dengan cara yang sama dapat ditentukan persentase penurunan konsentrasi logam Mangan Mn pada hari ke 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Data selengkapnya pada tabel 4.5. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Persentase hasil penurunan kadar logam Mangan Mn pada sampel Hari Konsentrasi Mn dalam sampel mgL Persentase penurunan Mn dalam sampel Air baku Air hasil olahan Hari 1 0,1825 0,0212 88,38 Hari 2 0,1910 0,0262 86,28 Hari 3 0,2101 0,0358 82,96 Hari 4 0,2238 0,0459 79,49 Hari 5 0,2412 0,0561 76,74 Hari 6 0,2483 0,0609 75,47 Hari 7 0,2609 0,0680 73,93

4.1.3. Logam Nikel Ni

Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar logam nikel Ni dilakukan dengan membuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu pada pengukuran 0,00; 0,03; 0,05; 0,07; 0,10; 0,13 mgL, kemudian diukur absorbansinya dengan alat SSA kondisi alat pada lampiran 3. Data absorbansi untuk larutan standar nikel Ni dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini Tabel 4.6. Data absorbansi larutan standar Nikel Ni Konsentrasi mgL Absorbansi Rata-rata 0,00 0,0014 0,03 0,0039 0,05 0.0062 0,07 0,0083 0,10 0,0111 0,13 0,0137 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Kurva kalibrasi larutan standar Nikel Ni

4.1.4. Pengolahan Data Logam Nikel Ni

4.1.4.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square

Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar logam Nikel Ni pada tabel 4.6. diplotkan terhadap konsentrasi sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linier. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode least square dengan data pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Penurunan persamaan garis regresi untuk penentuan konsentrasi logam Nikel Ni berdasarkan pengukuran absorbansi larutan standar Nikel Ni No Xi Yi Xi-X Yi-Y Xi-X 2 Yi-Y 2 Xi-XYi-Y 1 0,00 0,0014 -0,0633 -0,0060 0,4000.10 -2 0,0360.10 -3 3,7980.10 -4 2 0,03 0,0039 -0,0333 -0,0035 0,1165.10 -2 0,0122.10 -3 1,1655.10 -4 3 0,05 0.0062 -0,0133 -0,0012 0,1768.10 -2 0,0014.10 -3 0,1596.10 -4 4 0,07 0,0083 0,0067 0,0009 0,0045.10 -2 0,0008.10 -3 0,0603.10 -4 5 0,10 0,0111 0,0367 0,0037 0,1347.10 -2 0,0137.10 -3 1,3579.10 -4 y = 0.0829x + 0.0022 R = 0.9993 0,003 0,006 0,009 0,012 0,015 0,00 0,03 0,06 0,09 0,12 0,15 A bs o rban si L o g am N ik e l Konsentrasi Logam Nikel mgL Universitas Sumatera Utara 6 0,13 0,0137 0,0697 0,0063 0,4858.10 -2 0,0397.10 -3 4,3911.10 -4 Σ 0,38 0,0446 0,0032 0,0002 1,3183.10 -2 0,1038.10 -3 10,9324.10 -4 0633 , 6 38 , = = = ∑ n Xi x 0074 , 6 0446 , = = = ∑ n Yi y Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis : dimana : Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan mengunakan metode least square sebagai berikut : Dengan mensubstitusikan harga-harga yang tercantum pada tabel 4.10. pada persamaan ini maka diperoleh : 0829 , 1,3183.10 10,9324.10 2 - -4 = = a 0633 , 0829 , 0074 , − = b = 0,0074 – 0,0052 = 0,0022 Maka pesamaan garis yang diperoleh adalah : 0022 , 0829 , + = x y

4.1.4.2. Koefisien Korelasi

Universitas Sumatera Utara Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Koefisien korelasi untuk logam Nikel Ni adalah: [ ] 2 1 3 2 - -4 10 . 1038 , 1,3183.10 10,9324.10 − = r 2 1 5 4 10 . 1368 , 10 . 9324 , 10 − − = 4 4 10 . 0205 , 11 10 . 9324 , 10 − − = = 0,9993

4.1.4.3 Penentuan konsentrasi

Untuk menghitung konsentrasi dari logam Nikel Ni, maka diambil data hasil pengukuran absorbansi logam Nikel Ni dalam air baku dan air hasil olahan. Data selengkapnya pada Tabel 4.8. Tabel 4.8. Data absorbansi logam Nikel Ni dalam sampel yang diukur sebanyak 7 kali Sampel Hari Absorbansi Rata-Rata Absorbansi A A 1 A 2 A 3 Air Baku 1 0,0060 0,0062 0,0058 0,0060 2 0,0061 0,0063 0,0062 0,0063 3 0,0066 0,0064 0,0062 0,0064 4 0,0058 0,0068 0,0066 0,0064 5 0,0063 0,0064 0,0069 0,0066 6 0,0066 0,0064 0,0065 0,0065 7 0,0065 0,0067 0,0072 0,0068 1 0,0025 0,0021 0,0020 0,0022 Universitas Sumatera Utara Air Hasil Olahan 2 0,0020 0,0022 0,0024 0,0022 3 0,0022 0,0024 0,0023 0,0023 4 0,0026 0,0024 0,0022 0,0024 5 0,0027 0,0026 0,0028 0,0026 6 0,0024 0,0028 0,0029 0,0027 7 0,0026 0,0025 0,0030 0,0027 Konsentrasi logam Nikel Ni dalam sampel dapat diukur dengan mensubstitusikan nilai Y absorbansi logam Nikel Ni ke persamaan : 0022 , 0829 , + = x y Untuk hari ke 1 konsentrasi logam Nikel Ni di dalam air baku adalah sebagai berikut 0022 , 0829 , 0060 , + = x 0829 , 0022 , 0060 , − = x 0829 , 0038 , = = 0,0458 Dengan cara yang sama dapat ditentukan konsentrasi logam Nikel Ni dalam air baku pada hari ke 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 serta pada air hasil olahan . Data selengkapnya pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Hasil penentuan konsentrasi logam Nikel Ni dalam Sampel Hari Konsentrasi Sampel mgL Air baku Air hasil olahan Hari 1 0,0458 Tidak Terdeteksi Hari 2 0,0494 Tidak Terdeteksi Hari 3 0,0526 0,0012 Hari 4 0,0527 0,0024 Hari 5 0,0530 0,0048 Universitas Sumatera Utara Hari 6 0,0518 0,0060 Hari 7 0,0554 0,0060 Keterangan : Tidak terdeteksi : Konsentrasi di bawah batas deteksi alat

4.1.4.4. Persentase penurunan konsentrasi logam Nikel Ni

Dari data di atas dapat ditentukan persentase penurunan konsentrasi logam Nikel Ni dengan menggunakan rumus : [ ] [ ] [ ] baku air Ni olahan hasil air Ni baku air Ni − x 100 Dimana : Air baku merupakan air sebelum penyaringan Air hasil olahan merupakan air setelah penyaringan Maka persentase penurunan konsentrasi logam nikel Ni dari air baku menjadi air hasil olahan yang telah diolah melalui membran reverse osmosis pada hari ke 1 adalah: 0458 , 0000 , 0458 , − x 100 = 100 Dengan cara yang sama dapat ditentukan persentase penurunan konsentrasi logam Mangan Ni pada hari ke 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Data selengkapnya pada tabel 4.10. Tabel 4.10. Persentase hasil penurunan kadar logam Nikel Ni pada sampel Hari Konsentrasi Ni dalam sampel mgL Persentase penurunan Ni dalam sampel Air baku Air hasil olahan Hari 1 0,0458 Tidak Terdeteksi 100 Hari 2 0,0494 Tidak terdeteksi 100 Hari 3 0,0506 0,0012 97,62 Hari 4 0,0507 0,0024 95,26 Hari 5 0,0530 0,0048 90,94 Hari 6 0,0538 0,0060 88,85 Hari 7 0,0554 0,0060 82,88 Universitas Sumatera Utara

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan mengukur kadar logam mangan Mn dan nikel Ni dalam air baku dan air hasil olahan pada depot air minum yang menggunakan reverse osmosis. Sampel dianalisis setiap hari selama seminggu sesuai dengan masa waktu pencucian membran reverse osmosis yang dilakukan 7 hari selama seminggu setelah penggantian filter dengan mendestruksi sampel air terlebih dahulu. Kemudian diukur nilai absorbansi dan konsentrasi dari sampel menggunakan alat Spektrofotometer Serapan Atom pada panjang gelombang tertentu. Konsentrasi sampel air baku yang didapat dibandingkan dengan konsentrasi sampel air hasil olahan. Kemudian ditentukan persentasi penurunan konsentrasinya. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase penurunan konsentrasi terendah diperoleh pada hari ke 7 setelah penggantian filter reverse osmosis yaitu sebesar 73,93 untuk logam mangan Mn dan 82,88 untuk logam nikel Ni dimana pada air baku konsentrasi logam mangan Mn berkisar antara 0,1825 mgL hingga 0,2609 mgL dan pada air hasil olahan antara 0,0212 mgL sampai 0,0680 mgL. Penurunan konsentrasi mangan Mn secara berturut-turut dari hari ke 1 sampai ke 7 dimana konsentrasi setelah penggantian filter diperoleh sebesar 88,38 , 86,28, 82,96, 79,49, 76,74, 75,47 dan 73,93 yang dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3. Grafik Persentase Penurunan Konsentrasi Mangan Mn Sedangkan pada logam nikel Ni tidak terjadi penurunan pada persentase penurunan konsentrasi pada hari ke 2 namun hari selanjutnya mengalami penurunan sebesar 97,62, 95,26, 90,94, 88,85 dan 82,88 dimana konsentrasi logam nikel Ni pada air baku berkisar antara 0,0458 mgL hingga 0,0554 mgL dan pada air hasil olahan sekitar 0,0000 mgL sampai 0,0060 mgL yang dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini. Gambar 4.4. Grafik Persentase Penurunan Konsentrasi Nikel Ni Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa efisiensi membran reverse osmosis semakin lama semakin menurun tergantung dari lamanya waktu pemakaian membran reverse osmosis. Hal ini disebabkan karena semakin lama waktu pemakaian, akan menimbulkan scalling dan fouling pada membran reverse osmosis yang dapat menghambat kerja reverse osmosis itu sendiri dan juga apabila sumber air baku yang 20 40 60 80 100 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rs e n ta se P e n u ru n a n Kon se n tr a si M n Hari 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 P e rs e n ta se P e n u ru n a n K o n se n tr a si N i Hari Universitas Sumatera Utara digunakan mengandung kontaminan yang tinggi maka akan mengakibatkan efisiensi dari membran reverse osmosis tersebut pun menjadi menurun dan lama pemakaian membran pun semakin singkat. Kandungan logam tertinggi pada air hasil olahan pada depot air minum sebesar 0,0680 mgL untuk logam mangan dan 0,0060 mgL untuk nikel yang masih memenuhi standar air minum untuk kandungan logam tersebut menurut peraturan menteri kesehatan nomor 492MENKESPERVII2010. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Pada Air Minum Isi Ulang Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara

13 178 57

Penurunan Kadar Logam Kromium, Tembaga, dan Nikel Pada Limbah Cair Laboratorium Elektroplating Politeknik Negeri Medan Dengan Metode Elektrokoagulasi

13 149 56

Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

8 89 35

Analisa Permintaan Air Minum Isi Ulang Reverse Osmosis (RO)di Kota Medan(Studi Kasus Kecamatan Medan Kota Belawan)

14 95 75

Efektivitas Saringan Pasir Cepat dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) pada Air Sumur dengan Penambahan Kalium Permanganat (KMnO4) 1%

21 132 87

Penurunan Kadar Pati Bambu Hitam (Gigantochloa Atroviolaceae Widjaja) Oleh Fermentasi Suspensi Bakteri Biakan Murni Dengan Metode Vertical Soak Diffusion

4 74 51

Penggunaan Membran Kitosan Untuk Menurunkan Kadar Logam Krom (Cr) Dan Nikel (Ni) Dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam

1 44 85

Analisis Kadar Logam Besi (Fe), Mangan (Mn) Dan Kadmium (Cd) Dari Sedimen (Padatan Total) Dan Air Sungai Lau Borus Aliran Lahar Dingin Gunung Sinabung Pasca Erupsi Gunung Sinabung Di Desa Guru Kinayan Kecamatan Naman Teran Kabupaten Tanah Karo Dengan Me

4 55 97

Analisa Kadar Mangan (Mn) Pada Air Baku Dan Reservoir Secara Spektrofotometri Di Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Instalasi Pengolahan Air Di Sunggal Medan

3 72 37

STUDI PENURUNAN KADAR LOGAM MANGAN (Mn) DAN NIKEL (Ni) DALAM AIR MINUM ISI ULANG YANG DIOLAH DENGAN SISTEM REVERSE OSMOSIS SKRIPSI RAHMANI KARTIKA AYU 090802054

0 1 12