Penegakan disiplin siswa di SMP Al-Amanah Setu Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh: INDAH SUMAYA

103018227372

JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Indah Sumaya

Nim : 103018227372

Jurusan : Kependidikan Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatakan

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbuki bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi berdasarkan Undang-Undang yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 11 Oktober 2010 Penulis


(3)

Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan penegakan disiplin siswa. Adapun tempat penelitian dilakukan di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik Observasi, Angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa dengan 4 alternatif jawaban dan Wawancara kepada Kepala Sekolah, Koordinator BK dan Waka Kesiswaan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 481 siswa dengan sample 30 orang siswa. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus persentase. Penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari Pembiasaan, Contoh dan Tauladan, Pengawasan dan Penyadaran. Pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan termasuk dalam kategori baik, yaitu dengan skor rata-rata 78,33%.

Mengacu dari hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan penegakan disiplin yang telah dilaksanakan, menjadi contoh dan tauladan yang baik, memberikan pengetahuan tentang pentingnya disiplin, menumbuhkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dan memberikan perhatian yang positif. Agar penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan.


(4)

Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada junjungan kita, suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad S.A.W yang menjadi penerang sepanjang zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai dengan baik pada waktunya. Tidak ada yang bisa penulis berikan, melainkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan

waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis. 5. Drs. Oman Rohmanudin, M.M Kepala Sekolah dan Drs. Nuryaman, S.Pd

Wakil Kepala SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan yang telah membantu memberikan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam melakukan penelitian.


(5)

terkenang.

7. Saudariku Pia yang selalu memberikan dukungan. Sahabat-sahabatku KI-MP angkatan 2003 Sofa, Wiyah, Arif, Izul, Primus, Ade, Nining, Agus, Zaky, Asih yang setia menemani hingga akhir.

Skripsi ini khusus penulis persembahkan untuk Ayahanda Ma’sum dan Ibunda Rohaya yang telah membimbing penulis sejak dari buaian, mengasuh dengan kasih sayang, mengorbankan harta dan pikiran untuk membantu penulis meraih cita-cita. Doa yang mereka panjatkan, pengorbanan yang mereka lakukan merupakan hutang budi yang tidak terlunasi.

Suami tercinta Jamaluddin Arafah, SH. Trimakasih atas pengertiannya, tanpa dukungan dan motivasinya penulis tidak bisa menyelesaikan dengan segera. Kakanda dan Adinda tersayang (Mulyanah, Jamaluddin, M. Yamin, Fajar, Idris) yang memberikan arti akan indahnya kebersamaan, hanya doa yang bisa penulis haturkan untuk semua serta untuk keponakanku (Abang Ghifar, Ade Abin, Dede Ichan) yang membuat hari-hari lebih berwarna.

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 11 Oktober 2010 Penulis

Indah Sumaya iii


(6)

Lembar Pengesahan Panitia Ujian

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin Siswa ... 7

2. Tujuan Disiplin ... 9

3. Ciri-Ciri Disiplin ... 10

4. Macam-Macam Disiplin ... 12

5. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin ... 13

6. Sumber-Sumber Pelanggaran Disiplin Siswa ... 15

7. Pentingnya Disiplin ... 17

B. Penegakan Disiplin Siswa 1. Strategi Penerapan Disiplin ... 19


(7)

A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 33

C. Metodologi Penelitian ... 35

D. Sumber Data ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al Amanah 1. Sejarah Singkat Berdirinya Al Amanah ... 42

2. Unit-Unit Pendidikan Al Amanah ... 43

3. Keadaan Guru SMP Al Amanah ... 44

4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah ... 44

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Al Amanah ... 45

6. Struktur Organisasi SMP Al Amanah ... 47

7. Tata Tertib SMP Al Amanah ... 49

B. Deskripsi Data ... 50

C. Interpretasi Data ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(8)

3. Tafsiran persentase ... 39

4. Interpretasi nilai penegakan disiplin siswa ... 41

5. Keadaan siswa SMP Al Amanah ... 45

6. Keadaan sarana dan prasarana sekolah ... 47

7. Nasehat terhadap siswa yang mencoret-coret seragam dan fasilitas sekolah ... 51

8. Nasehat terhadap siswa yang malas belajar ... 51

9. Penyuluhan bahaya narkoba ... 52

10. Penyuluhan bahaya merokok dan minuman keras ... 53

11. Penyampaian tata tertib kepada siswa ... 53

12. Penyampaian tata tertib kepada orang tua siswa ... 54

13. Pemberian pengarahan kepada siswa pada waktu upacara ... 55

14. Berlaku sopan dan ramah ... 55

15. Mengucapkan salam ketika masuk kelas ... 56

16. Berlaku adil kepada seluruh siswa ... 56

17. Tidak merokok di lingkungan sekolah ... 57

18. Datang ke sekolah 10 menit lebih awal ... 58

19. Masuk kelas lebih awal ... 58

20. Berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar ... 59

21. Mengadakan razia ... 59

22. Mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut ... 60

23. Teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas ... 61


(9)

27. Teguran kepada siswa yang makan pada saat

berlangsungnya pelajaran ... 63

28. Teguran bagi siswa yang keluar kelas saat jam belajar ... 64

29. Teguran bagi siswa yang membuang sampah sembarangan ... 64

30. Pemanggilan orang tua/wali siswa ketika siswa melakukan pelanggaran ... 65

31. Hukuman bagi siswa yang berkelahi ... 66

32. Hukuman bagi siswa yang membolos ... 66

33. Hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke Sekolah ... 67

34. Pemberian pujian ... 67

35. Pemberian hadiah ... 68

36. Pemberian penghargaan ... 69

37. Perhitungan nilai rata-rata ... 70


(10)

3. Hasil Wawancara dengan Koordinator BK. 4. Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan. 5. Lembar Skor Butir Pernyataan.

6. Tata Tertib Siswa SMP Al-Amanah. 7. Contoh Surat Perjanjian Siswa.

8. Keadaan Guru dan Struktur Organisasi SMP Al-Amanah. 9. Surat Pengajuan Proposal Skripsi.

10. Surat Bimbingan Skripsi. 11. Surat Izin Penelitian.

12. Surat Keterangan Penelitian 13. Pengesahan Uji Referensi


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Keberadaan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting artinya dalam perkembangan kebudayaan manusia, pendidikan merupakan tolok ukur untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu kebudayaan manusia pada masa dan bangsa tertentu. 1 Bangsa bisa dikatakan maju apabila tingkatan pendidikannya telah memadai dengan keadaan yang dialaminya, dan bisa dikatakan mundur apabila pendidikan tidak dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada.

Berbicara tentang masalah pendidikan tidak akan terlepas dari komponen yang menentukan yaitu organisasi, personil, kesiswaan,

1

Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004), h. 128


(12)

sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum, hubungan masyarakat, administrasi keuangan dan guru sebagai penggerak.

Pendidikan merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia yang terus menerus dalam bentuk generasi tua mengajarkan kepada generasi yang lebih muda, berbagai hasil pelajaran dan

pengamalan mereka dan orang-orang terdahulu dari mereka.

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai dimensinya secara umum merupakan akibat dari pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa untuk membantu, membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara teratur ke arah kedewasaan.2

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan dan menumbuhkan bakat, minat dan kemampuan akal seseorang menjadi manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, guna mencerdaskan anak bangsa yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa:

”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3

Dengan pendidikan sumber daya manusia dibentuk agar generasi penerus bangsa turut serta berpartisipasi memajukan bangsanya.

2

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), h. 12

3

Departemen Pendidikan Nasional, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 6


(13)

Pendidikan amat ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dijenjang sekolah dasar. Anak adalah masa depan, karena itulah anak harus dididik sejak dini, tempat anak seharusnya di sekolah belajar dan mengembangkan dirinya, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau di tempat lainnya yang dapat membahayakan perkembangannya.

Menurut Permendiknas No. 19 Tahun 2007 (tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah), sekolah harus menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusip untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan, adanya tata tertib dan kode etik warga sekolah dan adanya bimbingan dengan teladan, pembinaan, pengembangan kreatifitas dari pendidik dan tenaga kependidikan.

Tata tertib ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Selain tata tertib peranan kedisiplinan sangat dibutuhkan di sekolah, walaupun kedisiplinan bukanlah hal yang mudah dan sederhana, namun harus ada perencanaan dan penyusunan peraturan, sosialisasi, pengawasan serta pengendalian dari sekolah. Kedisiplinan merupakan hal penting yang perlu diterapkan kapanpun dan dimanapun berada.

Penerapan disiplin di setiap sekolah beragam, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan norma kelakukan dan suasana sekolah. Setiap sekolah mempunyai kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan inilah yang kemungkinan menimbulkan adanya berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan, tetapi pada intinya semua penerapan disiplin bertujuan untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan teratur.

Disiplin adalah kepatuhan, ketaatan dan kesungguhan seseorang dalam melaksanakan tugas. Dalam disiplin seseorang dituntut untuk


(14)

mampu menjalankan aturan-aturan, norma-norma hukum dan tata tertib yang berlaku.

Menurut Kapten Artileri Sujono SK, “disiplin adalah suatu ketaatan yang didasarkan karena kesadaran dan keikhlasan terhadap perintah, peraturan-peraturan dan keharusan-keharusan yang berlaku dalam lingkungan hidup sehari-hari, organisasi maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara”.4

Disiplin mengembangkan sikap yang lebih mengutamakan hal-hal yang merupakan kebiasaan dan kemudian membatasinya. Disiplin mengatur dan memaksa. 5 Disiplin menjawab segala sesuatu yang selalu terulang dan bertahan lama dalam hubungan antar manusia.

Dalam proses belajar mengajar, setiap guru mempunyai keinginan

agar siswanya memperoleh hasil belajar yang baik. Untuk

mewujudkannya, diperlukan penegakan disiplin bagi siswa yang melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga diharapkan dapat memusatkan perhatian dalam pembentukan tingkah laku anak didik sebagai penuntun dirinya sehingga mereka berhasil dalam proses pembelajaran yang ditempuh.

Sebagian sekolah menjadikan disiplin sebagai syarat dalam pembentukan sikap dan prilaku siswa. Dengan disiplin akan tumbuh kepatuhan, kemandirian, keteraturan, menumbuhkan sikap percaya diri, peka dan peduli pada kepentingan orang lain. Disiplin juga dapat membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Maka sudah seharusnya kedisiplian anak diterapkan di sekolah, dengan adanya kerjasama antara orang tua dan

4

Sujono SK, Kumpulan Materi Kursus Dinas Staff Resimen Mahasiswa Jayakarta, (Jakarta: Satgas KDS 2006), materi ke-10, h. 1

5

Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 35


(15)

guru akan terlihat keberhasilan anak dalam mengendalikan emosi dan perilakunya. Dengan demikian akan nampak bahwa sekolah berusaha mendidik siswa untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Menegakan kedisiplinan merupakan upaya membentuk prilaku siswa secara baik melalui koordinasi kepala sekolah, guru dan wali kelas.

Adapun keadaan siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan yang ditemukan penulis pada waktu PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu). Siswa masih sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dan tidak disiplin seperti; masih ada siswa yang suka menyontek pada waktu ujian, membolos, merokok pada waktu istirahat, tidak mengerjakan PR, datang terlambat, berkelahi, mencoret-coret properti sekolah, keluar pada saat berlangsungnya pelajaran, membuat kegaduhan dalam kelas dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan merupakan sekolah yang ketat, namun masih banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: ”PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah?


(16)

3. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan kedisiplinan siswa dalam lingkungan sekolah?

4. Bagaimana peran dan tugas guru dalam penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah?

5. Bagaimana upaya sekolah dalam menerapkan disiplin siswa?

C. Pembatasan Masalah

Dari permasalahan yang ada, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Strategi penegakan disiplin siswa.

2. Pelaksanaan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah. 3. Upaya sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah? 2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis penelitian ini

a. Dapat memperbanyak khazanah kepustakaan pendidik, khususnya mengenai penegakan disiplin siswa.

b. Serta dapat menambah bahan masukan bagi yang berminat untuk menindak lanjuti hasil penelitian yang lebih banyak.

2. Secara praktis penelitian ini

Dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah khususnya mengenai penegakan disiplin siswa.


(17)

7 BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kedisiplinan Siswa

1. Pengertian Disiplin Siswa

Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang. Kemampuan atau kekuatan yang ada pada individu diperlukan sebagai cara untuk memahami ciri utama disiplin. Disiplin berasal dari bahasa latin ”dicipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan, kerohanian serta pengembangan bakat.

Istilah ”disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of Education yang dikutif dari buku Oteng Sutisna menjelaskan disiplin sebagai:

(1) proses pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) cara bertindak yang terpilih dengan gigih, dan aktif yang diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah; (4) pengekangan dengan cara-cara yang tidak enak dan menyakitkan.1

1

H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan, (Bandung: Patragading, 2004), Cet. Ke-4, h. 159


(18)

The Liang Gie merumuskan pengertian disiplin sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.2 Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya dorongan dari dalam diri orang itu sendiri.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Disiplin berarti tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib.3 Tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan situasi yang tertib.

Tata tertib dan disiplin sekolah berlaku untuk semua unsur yang ada di sekolah dan tidak terkecuali bagi kepala sekolah, guru dan staf semuanya harus patuh dan taat pada peraturan sekolah yang berlaku dan menjadi komitmen yang mengikat.

Tata tertib atau peraturan dapat ditegakan apabila ada sanksinya. Siswa atau siapapun yang melanggar tata tertib di sekolah harus mendapatkan hukuman, seringan apapun hukuman yang diterimanya. Dengan memberikan hukuman mereka akan menyadari kesalahan yang dilakukan dan menghargai peraturan yang berlaku. Hukuman yang diberikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa serta bersifat mendidik. Tata tertib harus diterapkan dengan bijaksana, disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwanya dan bukan suatu siksaan baginya.

Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin tidaklah sekedar tata aturan belaka tetapi maknanya mencakup secara

2

Tholib Khasan, Teori Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studio Press, 1999), h. 80 3

Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarata: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 268


(19)

keseluruhan. Oleh karena itu, konsep dasar dari disiplin adalah mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi yang utuh dan sadar akan hidup, semua harus ada normanya. Disiplin diri yang baik dalam tingkatan lingkup seperti ini terletak pada kemampuan diri untuk mengontrol tingkah laku seseorang melalui pemahaman orang lain.

2. Tujuan Disiplin

Tujuan disiplin adalah untuk menjamin adanya pengendalian dan penyatuan tekad, sikap dan tingkah laku demi kelancaran dalam melaksanakan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Elizabet B. Hurlock dalam bukunya “Perkembangan Anak”, menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk menanamkan disiplin.4

Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin di sekolah adalah: 5

a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar.

c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.

d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

4

Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), Jilid. 2, h. 82 5

Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah, 04/04/2008, tersedia di: www.yahoo.com. 26/08/2010, h. 4


(20)

Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa.

Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini yang dapat menentukan keberhasilan dalam hidupnya. Jika tidak dapat menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri, ia tidak akan menentukan jalan mana yang akan ditempuh dalam hidupnya, serta tidak mempunyai pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya pada saat diperlukan ketegasan bertindak.

Demikian pula dengan siswa, mereka perlu memiliki kemampuan untuk mengarahkan kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sehingga mereka dapat mengetahui dengan sadar akan kesalahan yang mungkin pernah dilakukannya, untuk kemudian tidak mengulanginya kembali.

3. Ciri-Ciri Disiplin

Ketika kita mendengar kata disiplin maka yang terbayang adalah usaha untuk menyekat, mengawal dan mengekang, padahal sebenarnya tidak demikian. Disiplin selain mendidik, juga dapat membuat siswa tahu dan dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, dan yang tak sepatutnya dilakukan. Disiplin yang sudah menyatu dengan diri, maka perbuatan yang dilakukan


(21)

tidak dirasakan sebagai beban dan keterpaksaan, melainkan kewajiban yang harus dilakukan.

Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: 6

a. Patuh pada aturan sekolah

b. Melaksanakan tugasnya yaitu belajar c. Teratur masuk kelas

d. Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan e. Tidak membuat onar di kelas

f. Mengerjakan pekerjaan rumah (PR).

Dengan demikian, diharapkan kedisiplian yang ada di sekolah akan membentuk kedisiplinan diri tanpa aturan tertulis. Sehingga kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan selalu tertanam pada pribadi anak, karena dengan kesadaran yang timbul dari diri sendirilah disiplin yang sebenarnya.

Sujono SK. Membagi disiplin menjadi dua sesuai dengan keadaannya yaitu sebagai berikut: 7

a. Disiplin pribadi yakni perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturan-aturan yang mengatur perilaku individu.

b. Disiplin kelompok yakni perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan norma-norma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.

Baik disiplin kelompok maupun disiplin nasional keduanya terlahir dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi yang tertanam dalam diri

6

Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologgis Pendidikan...., h. 106

7


(22)

seseorang, akan menjadikan disiplin sebagai bagian dari dirinya sehingga kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan diterapkan dalam hidupnya. Sikap dan perilaku disiplin dapat tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, pengalaman dan pengenalan dari keteladanan lingkungannya.

Oleh karena itu ditegaskan bahwa anak akan diajarkan berdisiplin seperti menghormati aturan. Ia akan belajar melaksanakannya, karena ia merasa wajib berbuat demikian sekalipun itu sulit. Kebiasaan diri semacam itu yang tidak dapat dipenuhi secara lengkap dalam keluarga, maka untuk melanjutkannya harus dibebankan pada lembaga pendidikan. Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang harus dibebankan pada lembaga pendidikan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kedisiplinan siswa hingga melekan dalam dirinya menjadi rutinitas sehari-hari.

4. Macam-Macam Disiplin

Pendidikan memiliki peranan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama masalah kedisiplinan. Untuk menjaga tetap berlakunya peraturan dan tata tertib, diperlukan kedisiplinan dari semua warga sekolah. Di lingkungan sekolah disiplin akan peraturan dan tata tertib sangat dibutuhkan agar terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.

Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah”, disiplin terbagi dalam tiga macam yaitu: 8

8

Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet.1, h.127


(23)

a. Disiplin Tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian anak didik.

b. Disiplin Moderen adalah disiplin yang memungkinkan terciptanya situasi dimana anak didik dapat mengatur dirinya, situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

c. Disiplin Liberal adalah disiplin yang diberikan kepada anak, sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas. Pada dasarnya disiplin terbagi dua, yaitu: disiplin eksternal dan internal. Disiplin eksternal adalah disiplin yang membutuhkan pengawasan dari orang lain, sedangkan disiplin internal adalah disiplin diri yang berbentuk pengendalian. Pengendalian diri merupakan kemampuan dalam mencapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang antara hak dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Disiplin tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi memerlukan proses untuk menumbuhkannya. Oleh karena itu, disiplin harus dimulai dengan melakukannya secara berulang-ulang atau terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.

3. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin

Disiplin harus ditegakkan kapanpun dan dimanapun kita berada, seperti dirumah, lingkungan sekitar ataupun sekolah. Tanpa kedisiplinan yang baik akan sulit mewujudkan tujuan yang diharapkan. Boleh dikatakan, kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan seseorang. Namun untuk menghadirkan kedisiplinan yang baik, harus

diperhatikan masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya


(24)

Adapun sebab-sebab timbulnya masalah disiplin antara lain sebagai berikut:9

a. Timbulnya Masalah Disiplin dari Anak didik

Masalah yang ditimbulkan dari anak didik adalah, karena kurang terpenuhinya kebutuhan secara fisik, seperti: makan, minum, pakaian, papan atau rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dihargai dan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan di atas tidak dapat terpenuhi secara wajar, maka timbulah ketidak seimbangan diri, antara ideal dengan aktualnya. Hal ini dapat berdampak pada tinggkah laku yang tidak benar dan melanggar peraturan.

b. Timbulnya Masalah Disiplin dari Guru

Masalah ini timbul karena guru kurang disiplin dalam melaksanakan tugas seperti: datang terlambat, pekerjaan rumah (PR) dan tugas tidak diperiksa, memberikan angka yang sama walaupun anak didik tersebut kurang disiplin, kepemimpinan guru otoriter, manajemen pengelolaan kelas semrawut, cara mengajar kurang menarik, dan tidak memberikan sikap keteladanan.

c. Timbulnya Masalah Disiplin dari Lingkungan Sekolah

Masalah ini timbul karena keadaan sekolah yang kotor, sanitasi tidak teratur. Begitu pula lingkungan mental, sosial dan moral yang kurang baik bagi pertumbuhan dan pengembangan peserta didik, sehingga lingkunga sekolah kurang menjamin rasa aman dan nyaman.

Oleh karena itu disiplin harus dijaga dengan baik, baik siswa, guru maupun lingkungan sekolah sama-sama saling menjaga. Agar masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya permasalahan disiplin dapat dicegah sejak dini. Siswa melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai mana mestinya, guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswanya. Sebab jika guru dan siswa saling menjaga, maka disiplin dapat dihadirkan di lingkungan sekolah dan sekitarnya.

9

H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini S.Pd, Manajemen Lembaga Pendidikan (Bandung: Patragading, 2002), Cet.1, h.160,


(25)

4. Sumber-Sumber Pelanggaran Disipin Siswa

Dalam pelaksanaan disiplin banyak kendala-kendala yang dihadapi, untuk mencapai keberhasilan yang optimal dalam pelaksanaan disiplin perlu diperhatikan sumber-sumber apa saja yang menjadi penyebab dari pelanggaran disiplin tersebut. Adapun sumber-sumber pelanggaran disiplin diantaranya sebagai berikut: 10

a. Sumber-Sumber Umum

1. Kebosanan dalam kelas (monoton, kurang kreatif).

2. Perasaan kecewa dan tertekan karena tuntutan yang kurang wajar/sesuai dengan kemampuan siswa.

3. Kurang perhatian, kasih sayang dan pengenalan status b. Sumber dari Lingkungan Sekolah itu sendiri

1. Tipe kepemimpinan kepala sekolah/guru yang otoriter. 2. Kelompok besar (mayoritas) siswa dikurangi haknya

sebagai siswa yang seharusnya turut menentukan rencana masa depan di bawah bimbingan guru.

3. Tidak/kurangnya memperhatikan kelompok minoritas. 4. Guru/siswa yang potensial kurang dilibatkan/diikutsertakan

dalam kegiatan/tanggung jawab sekolah.

5. Pihak sekolah kurang bekerja sama dengan orang tua/wali/BP.

Dari sumber-sumber pelanggaran tersebut dihawatirkan dapat menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak baik, yang termasuk dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah. Adapun perilaku yang termasuk ke dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah yaitu:11

a. Datang ke sekolah terlambat

b. Mengumpulkan tugas ataupun mengembalikan peralatan tidak tepat waktu.

c. Merokok di lingkungan sekolah d. Menyontek

e. Menggunakan property sekolah tanpa izin f. Meninggalkan kelas/kegiatan belajar tanpa izin

10

Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 97-98 11

Mutiara Endah, Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa, 06/03/2010, tersedia di: tarmizi.wordpress.com, 18/08/2010. h. 3


(26)

g. Memakai seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah

h. Kekerasan fisik

i. Membawa mainan, telepon genggam, audio/video player, majalah ataupun peralatan lainnya yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah.

Orang tua/wali diharapkan mendukung proses belajar mengajar dengan menjaga lingkungan belajar yang positif, teratur, aman serta aktif memberikan dukungan terhadap program sekolah ataupun program individu siswa. Seluruh siswa yang berada di lingkungan sekolah maka mereka berada dalam pengawasan sekolah. Oleh karenanya setiap kejadian yang berlangsung di sekolah menjadi perhatian khusus dan dapat dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

Guru dan staf sekolah yang bertanggung jawab terhadap penanganan kedisiplinan perilaku siswa memiliki kewenangan untuk menjaga kestabilan pelaksanaan aturan perilaku siswa di kelas. Menjalanjakan secara konsisten dan komitmen tinggi terhadap konsekuensi pelanggaran kedisiplinan perilaku, mengeluarkan siswa dari kelas apabila mereka melakukan pelanggaran atau merusak. Memberikan penguatan terhadap kedisiplinan perilaku siswa di sekolah, mencatat semua peristiwa pelanggaran kedisiplinan yang terjadi dan melaporkan kepada kepala sekolah/orang tua/wali, dan meningkatkan kemampuan manajemen penanganan siswa seperti penanganan konflik, pencegahan perilaku kekerasan pada siswa, hambatan emosi dan lain-lain.12

12


(27)

5. Pentingnya Disiplin

Disiplin merupakan kegiatan yang didasari dengan kesadaran dan keikhlasan terhadap perintah, peraturan dan keharusan yang berlaku dalam lingkungan sekolah ataupun organisasi. Disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lembaga pendidikan, disiplin menjadi syarat untuk pembentukan sikap dan perilaku anak didik.

Brown dan Brown mengemukakan tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan untuk mengajarkan siswa hal-hal sebagai berikut:13

a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, contoh kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah. b. Upaya untuk menanamkan kerjasama; disiplin dalam proses

belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.

c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.

d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan adanya dan dijunjung tinggi disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta dapat menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.

e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.

f. Memperkenalkan contoh prilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh prilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana prilaku disiplin dan yang tidak disiplin.

13


(28)

Dengan demikian disiplin dapat menjadi pendamping anak didik mengantarkannya membentuk kepribadian, mengembangkan potensi, meraih apa yang diinginkan dan menjadikannya mandiri serta bertanggung jawab tanpa ada rasa minder, takut, pesimis dengan apa yang dilakukannya karena ia memahami betul disiplin sebagai sesuatu yang menyenangkan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Disiplin juga akan membiasakan anak didik untuk bisa hidup secara teratur, dengan adanya keteraturan dalam hidup diharapkan mampu mengendalikan diri, dengan memiliki pengendalian diri tersebut maka ia tidak akan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan.

Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya ”Perkembangan Anak” mengemukakan, bahwa disiplin itu penting untuk perkembangan anak, karena disebabkan beberapa hal yaitu:14

a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan.

b. Dengan disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial.

c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini penting bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.

d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motifasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya.

e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.

14


(29)

Oleh karena itu disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari menjadikan siswa lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya dan membawanya kepada cita-cita yang diharapkan. Pengaruh disiplin ini akan dirasakannya ketika dia terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila disiplin sudah tertanam sejak dini maka akan mempermudahnya dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, Karena kedisiplinan dapat membentuk kepribadian yang kokoh dan dapat diharapkan bagi semua pihak.

B. Penegakan Disiplin Siswa di Sekolah 1. Strategi Penerapan Disiplin

Strategi adalah seni dan ilmu mengembangkan dan

menggunakan berbagai kekuatan dalam berbagai keadaan untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan, atau rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus.15 Sedangkan penerapan adalah suatu proses atau cara seseorang dalam mempraktekkan aturan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi penerapan disiplin adalah suatu rencana tentang tata cara yang akan digunakan untuk melaksanakan peraturan atau tata tertib sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Reisman dan Pyne mengemukakan strategi umum dalam merancang disiplin siswa yaitu:16

a. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka.

b. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa.

15

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi Ke-3, h. 1092, 1180.

16


(30)

c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah.

d. Klarifikasi nilai; guru membantu nilai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

e. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah.

f. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.

g. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.

h. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkaan cekatan, sangat terorganisir dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin.

Dalam rangka penegakan disiplin, baik siswa maupun guru sama-sama terlibat di dalamnya. Bahkan orang tua walipun harus diberi informasi mengenai penegakan disiplin yang diterapkan sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat bekerja sama dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas serta fungsi sekolah. Di samping itu mendorong upaya meningkatkan efektifitas sistem dan tata laksana peraturan dan tata tertib sekolah sehingga peserta didik dapat lebih disiplin dalam segala aktifitasnya baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Dengan adanya strategi-strategi yang digunakan dalam menumbuhkan sikap disiplin terhadap siswa, diharapkan bisa membawa anak didik ke arah yang lebih baik. Semua ini tidak dapat dilakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara


(31)

bersama-sama dan melibatkan seluruh personil sekolah dan orang tua. Dengan demikian tujuan yag diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin.

Disiplin memiliki arti yang cukup penting, oleh karena itu guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:17

a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati diri dan mengembangkan dirinya secara optimal.

b. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi dan ada pula yang memiliki standard perilaku sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.

c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum, peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Maka Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal apabila pihak sekolah, dan para guru melakukan perbaikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah figur manusiawi sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Penerapan disiplin pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup yang disertai pengawasan agar terlaksananya tata tertib.

17


(32)

Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga cara menanmkan disiplin, dari tiga cara tersebut akan menunjukan ciri-ciri masing-masing yaitu sebagai berikut :18

a. Disiplin Otoriter

Disiplin otoritarian dapat berkisar antara pengendalian prilaku anak dari yang wajar hingga yang kaku dan tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali sesuai dengan standar yang ditentukan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan.

Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan, dan tidak ada pujian atau penghargaan apabila anak mendapatkan hasil yang diharapkan.

Orang yang sadar dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu, disiplin ini tidak mendorong anak untuk mandiri dengan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Mereka mengatakan apa yang harus dikerjakan dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan, sehingga anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan prilaku mereka sendiri.

b. Disiplin Permissive

Dalam disiplin permissive anak diberi kebebasan penuh, mereka tidak diberi batasa-batas atau kendala-kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diizinkan untuk

18


(33)

mengambil keputusan dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Membiarkan anak meraba-raba dalam keadaan apapun. Disiplin permissieve cenderung membuat anak menjadi bingung dan merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan ketidak matangan mental menghambat mereka mengambil keputusan-keputusan tentang perilaku yang akan memenuhi harapan sosial. Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Akibatnya, mereka menjadi ketakutan, cemas dan sangat agresif .

c. Disiplin Demokratis

Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri, sehingga seseorang dapat memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Konsep disiplin ini menekan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang melanggar tata tertib, akan tetapi hukuman dimaksudkan sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik.

Cara ini menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, serta menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan. Yang merupakan ciri disiplin demokratis, tampak pada kerja sama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, pengendalian diri yang lebih baik, kreatifitas yang besar dan sikap yang ramah terhadap orang lain.

Pendidikan demokratis dibutuhkan untuk menghasilkan anak didik yang memiliki sifat demokratis. Pendidikan yang demokratis


(34)

merupakan model pendidikan yang fungsional.19 Dalam upaya

menanamkan

disiplin pada peserta didik, cara demokratis harus menjadi pilihan utama. Tetapi mengingat keadaan pribadi dan tahapan perkembangan peserta didik, maka kedua cara tersebut terdahulupun terkadang perlu digunakan dalam kondisi dan situasi tertentu.

Selain cara-cara di atas, ada pula cara-cara penerapan disiplin yang bisa dilaksanakan dalam lingkunagan sekolah. Karena disiplin harus diterapkan dan ditanamkan sejak dini sehingga akhirnya disiplin itu akan tumbuh menjadi kebiasaan

yang harus dilakukan. Adapun langkah-langkah untuk

menanamkan disiplin pada anak menurut Amir Daien yaitu sebagai berikut:20

a. Pembiasaan / Konsistensi

Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Pembiasaan yang baik sangat berpengaruh bagi pembentukan watak anak, dan akan terus berpengaruh sampai hari tuanya. Oleh karena itu anak harus dibiasakan melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan teratur. Seperti berpakaian dengan rapi, masuk dan keluar kelas dengan teratur, makan dan minum pada waktunya, membuang sampah pada tempatnya, hingga menulis dan membuat catatan-cataatan di buku harus dibiasakan dengan rapi dan teratur. Sehingga akan berpengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan akan ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal yang lainnya.

19

Djohar, MS. Pendidikan Strategik; Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan,(Yogyakart: Kurnia Kalam Semesta, 2003), h. 11

20

Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 142-144


(35)

Agar pembiasaan dapat tercapai dengan baik, kita harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 21

1) Mulailah pembiasaan sebelum terlambat, yaitu membiasakan anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik sebelum anak mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan.

2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus-menerus (berulang-ulang) secara teratur, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis.

3) Pendidikan yang konsekuen, bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya. Tidak memberi kesempatan anak untuk melanggar pembiasaan yang ditetapkan.

4) Pembiasaan yang awalnya bersikap mekanistis, harus ditingkatkan menjadi pembiasaan yang disertai dengan hati.

Melalui cara di atas diharapkan secara berangsur-angsur anak akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk kebaikannya dan menjadi kebiasaan yang tertanam di dalam dirinya. Bagi pendidik atau guru hendaknya menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan

pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang sesuai dengan

perkembangan jiwanya.22 Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

b. Contoh dan Tauladan

Dalam hal ini guru harus selalu memberikan contoh yang baik dan menjadi tauladan bagi anak didik. Terlebih lagi jika guru membiasakan sesuatu pada anak, hendaknya mereka terlebih

21

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis..., h. 225 22


(36)

dahulu sudah melakukannya hal tersebut sebagai upaya mencotohkan dan menjadi tauladan bagi anak didik. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa sikap dan sifat-sifat guru yang harus diperhatikan diantaranya:23

1) Guru harus adil.

2) Percaya kepada murid-muridnya. 3) Guru harus sabar dan rela berkorban. 4) Berwibawa.

5) Guru hendaklah orang yang penggembira.

6) Bersikap ramah dan sopan terhadap guru-guru lainnya. 7) Bersikap baik terhadap masyarakat.

8) Guru harus benar-benar menguasai mata pelajaannya. 9) Guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas.

Dengan keteladanan disiplin yang baik tentunya akan diikuti oleh anak didik. Sebaliknya jika keteladanan kurang baik, maka akan berakibat menurunnya kedisiplinan anak didik. Oleh karena itu guru harus menjadi contoh dan tauladan bagi siswanya. Hendaknya guru bersikap dan memiliki sifat-sifat yang baik.

c. Penyadaran

Selain adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan, maka siswa yang sudah mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penyadaran melalui penghargaan-penghargaan, hukuman-hukuman yang berlaku di lingkungan sekolah dan kemudian diberiakn penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Karena dengan demikian lambat laun siswa akan menyadari betapa penting

peraturan-peraturan tersebut, maka dengan sendirinya

kedisiplinan akan tumbuh pada dirinya.

23


(37)

Penghargaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan. Adanya penghargaan baik berupa pujian maupun hadiah, akan memicu motivasi anak didik untuk terus menjaga dan meningkatkan kedisiplinannya. Sebaliknya tanpa adanya penghargaan dikhawatirkan dapat mengakibatkan kedisiplinan sulit ditingkatkan.

Namun di samping penghargaan, hukumanpun sangat

berpengaruh dalam mewujudkan kedisiplinan. Hukuman

digunakan untuk mencegah terjadinya tindakan indisipliner, di samping itu hukuman juga akan membuat anak didik takut dalam melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah. d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan cara yang efektif untuk tetap menjaga kedisiplinan anak didik. Dengan pengawasan yang baik tentunya kedisiplinan akan tetap terpelihara, di samping juga akan meminimalisir dan mencegah indisipliner anak didik. Pengawasan harus dilakukan terus-menerus, lebih-lebih dalam situasi yang memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena anak yang dibiarkan tumbuh sendiri tanpa pengawasan akan hidup semaunya saja dan kemungkinan besar anak menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui mana arah tujuan hidup yang sebenarnya.

Menurut Oteng Sutisna ada beberapa karakteristik dari proses pengawasan yang efektif, yaitu:24

24

Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1989), Cet. Ke-10, h. 243-244


(38)

1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi.

2) Pengawasan hendaknya diarahkan pada fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan.

3) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan. 4) Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel.

5) Sistem pegawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang terlibat dalam pengawasan tersebut.

6) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah

tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya.

Dengan pembiasaan, peneladanan pengawasan dan penyadaran yang diterapkan baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar, maka dengan sendirinya akan membentuk kesadaran yang baik dan efektif. Namun demikian

pengawasan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan

organisasi, bersifat fleksibel dan membimbing. Sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siwa.

2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah

Pendidikan pada dasarnya untuk membangun pribadi manusia yang terdidik. Namun demikian pendidikan itu akan menjadi fungsional, apabila berbagai penghambat pendidikan ditiadakan.25 Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang secara terencana diberikan tugas untuk memberikan pendidikan yang pada intinya berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap yang dibutuhkan oleh masyarakat.

25


(39)

Kedisiplinan di sekolah merupakan sarana yang harus dipenuhi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri anak didik. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka usaha apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah: 26

a. Datang ke sekolah tepat waktu. b. Rajin belajar.

c. Mentaati peraturan sekolah. d. Mengikuti upacara dengan tertib.

e. Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu. f. Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya.

g. Memotong rambut jika kelihatan panjang. h. Tidak merokok di lingkungan sekolah. i. Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran. j. Membuang sampah pada tempatnya. k. Tidak membolos sekolah dan lain-lain.

Tujuan disiplin sekolah adalah agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga disiplin dianggap sebagai sarana yang harus ada di lembaga pendidikan atau sekolah. Kedisiplinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kematangan emosi, siswa yang memiliki kematangan emosi akan lebih berdisiplin.

Kedisiplin sekolah lebih bertujuan pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati

dan siapapun yang melanggar mesti berani

mempertanggungjawabkan perbuatannya secara umum.

26

Aptorina, Kedisiplinan Penting Dalam Proses Pendidikan di Sekolah, 04/09/1990, tersedia di: http://meezone.blogspot.com, 26/08/2010. h. 4


(40)

Dalam penegakan disiplin di lingkungan sekolah tidak hanya berkaitan seputar masalah kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak, melanggar atau tidak. Tetapi lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat aturan yang dihormati dan siapapun yang melanggar harus siap bertanggung jawab. Dalam memberikan hukumanpun harus bersifat mendidik, sehingga siswa dapat memahami bahwa kedisiplinan itu bukanlah kekerasan, melainkan tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama.

3. Upaya Sekolah dalam Menerapkan Kedisiplinan

Di lingkungan pendidikan, budaya disiplin masih memprihatinkan antara lain, tingginya pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa, banyaknya penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan sekolah, buruknya penggunaan bahasa yang santun, rendahnya kesdaran memelihara lingkungan, membuang sampah sembarangan, tingginya kebiasaan mencontek hasil pekerjaan orang lain dan sebagainya.

Untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas, sekolah melakukan upaya-upaya penerapan kedisiplinan, dengan menerapkan kedisiplinan diharapkan dapat mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satu upaya sekolah dalam menerapkan kedisiplinan yaitu dengan melakukan bimbingan dan konseling. Dalam bimbingan dan konseling terdapat layanan konseling kelompok dengan bidang bimbingan sosial yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok, yaitu masalah-masalah yang berkenaan dengan pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah.


(41)

Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah dikenakan sanksi sebagai berikut: (1) teguran, (2) penugasan, (3) pemanggilan orang tua, (4) skorsing, (5) dikeluarkan dari sekolah.

Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa antara lain: 27

a. Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan, bisa juga melalui media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera, pada saat mengajar dan lain-lain. b. Pembinaan kedisiplinan secara individual oleh wali kelas

maupun secara kelompok oleh guru BP.

c. Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliner tidak akan ditolerir oleh siapapun.

d. Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan disiplin.

Dengan demikian peran guru sangatlah penting selain mendidik dan memberikan pelajaran, menjadi contoh dan tauladan, guru juga berperan dalam meningkatkan kedisiplin siswa. Karena guru adalah unsur terpenting dalam pendidikan di sekolah, hari depan anak didik tergantung banyak kepada guru. Guru yang pandai, bijaksana, ikhlas dan memiliki sikap positif akan membimbing anak-anak didik ke arah sikap yang positif pula terhadap pelajaran yang diberikan kepadanya dan dapat menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam hidunya dikemudian hari. Sebaliknya guru yang tidak bijaksana dan mengajar tidak dengan keikhlasan, maka tidak akan ada manfaat yang bisa

27

Ahmad, Peran Guru dalam Penegakan Disiplin Siswa, 09/05/2009, tersedia di: www.smppgricimanggisdepok.com, 26/08/2010. h. 12


(42)

diterima oleh anak didik. 28 Upaya yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan yang baik pula. Dengan demikian dapat membantu sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan, karena bagaimanapun kedisiplinan harus terus dibina dan ditegakkan, meskipun tidak mudah melaksanakannya.

Oleh karena itu sekolah membuat aturan-aturan yang harus ditaati, khususnya bagi warga sekolah, guru, siswa, karyawan, dan kepala sekolah. Karena untuk menerapkan kedisiplinan dibutuhkan tanggung jawab dan kerjasama dari penduduk sekolah itu sendiri secara bersama, dengan kerjasama yang baik akan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang diharapkan besama.

28


(43)

33 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui strategi penegakan disiplin di SMP Al Amanah Setu Tangerng Selatan.

2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al Amanah, yang berlokasi di JL. Raya Puspiptek Desa Bakti Jaya Setu Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 2 sampai dengan 24 september 2010, dengan schedul time sebagai berikut:

Schedul Time

No. Hari / Tanggal Kegiatan

1. Kamis, 02/09/10 - Kunjungan pertama dan memberikan surat izin penelitian kepada kepala SMP Al


(44)

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Jum’at, 03/09/10

Sabtu, 04/09/10

Senin, 20/09/10

Selasa, 21/09/10

Rabu, 22/09/10

Kamis, 23/09/10

Jum’at, 24/09/10

Amanah.

- Melakukan pencatatan mengenai kegiatan kegiatan sekolah dan siswa.

- Mengikuti kegiatan keputriian/muhadoroh yang dilakukan setiap hari jum’at.

- Melihat arsip (sejarah YPPA, surat menyurat dan tata tertib siswa).

- Mencatat kegiatan siswa dan guru.

- Berbicara dengan guru piket, seputar

maswalah kehadiran, keterlambatan,

mebolos dan izin siswa.

- Menghadiri upacara bendera dan kegiatan belajar mengajar serta mencatat hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.

- Menyebarkan angket kepada 30 orang siswa, data terlampir.

- Wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru BK (Bimbingan Konseling), dengan hasil wawancara terlampir.

- Wawancara dengan Waka Kesiswaan, dengan hasil wawancara terlampir.

- Kunjungan terakhir, ucapan terimakasih kepada pihak sekolah dan mengambil surat keterangan penelitian dari sekolah.


(45)

C. Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang situasi yang terjadi di lapangan.

Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Metode ini banyak dilakukan oleh peneliti karena dua alasan; pertama dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan dilakukan dalam bentuk deskriptif, kedua metode deskriptif berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.1

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 481 dengan sampel 30 orang menggunakan angket dan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konselinga dan Waka Kesiswaa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dengan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:

1

Sukardi, Metide Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-1, h.157 2


(46)

1. Observasi

Observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap kondisi yang diteliti.3 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prilaku siswa sehari-hari, keadaan sekolah dan guru, pelaksanaan tata tertib, sejarah, sarana dan prasarana dan menjadi panduan dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan di jawab secara lisan pula.4 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah Bapak Oman Rohmanudin, M.M, Guru Bimbingan Konseling Bapak Drs. Nuryaman, S.Ag, dan Bagian Kesiswaan Bapak Iyep Sumpena, S.Pd,.

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejak kapan penegakan disiplin dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan, Strategi apa yang digunakan pihak sekolah dalam penegakan disiplin siswa, Bagaimana peran sekolah dalam menegakan disiplin siswa, jenis kenakalan apa yang sering dilakukan siswa, langkah apa saja yang ditempuh untuk melaksanakan Bimbingan dan Konseling, faktor apa yang menjadi hambatan dalam menegakan kedisiplinan siswa dan upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi siswa yang melakukan pelanggaran.

3. Angket

Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

3

S. Margono, Metodologi Penelitia Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 158 4


(47)

informasidari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal ia ketahui dan disertai dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan.5 Dalam penelitian ini digunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu, selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Diberikan kepada siswa untuk mengetahui strategi dan penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan. Adapun angket disusun berdasarkan indikator yang ada pada penegakan disiplin siswa.

Untuk lebih jelas, berikut kisi-kisi instrumen penelitian:

Tabel. 1

Kisi-Kisi Instrumen Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu

No. Dimensi Indikator No. Item Jumlah

1. Pembiasaan a. Memberikan Nasehat b. Memberikan Penyuluhan c. Memberikan Pengarahan

1, 2 3 4, 5, 6

6

2. Tauladan a. Sikap Guru b. Disiplin Waktu

c. Kerapihan Berpakaian

7, 8, 9, 10 11, 12 13

7

3. Pengawasan a. Mengadakan Razia / Pemeriksaan

b. Memberikan Teguran

c. Mengadakan Pemanggilan Bagi Siswa Yang

14, 15, 16

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 24

11

5

Suharsimi Arikunto, ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 140


(48)

Melakukan Pelanggaran 4. Penyadaran a. Pemberian Penghargaan

b. Pemberian Hukuman

25, 26, 27 28, 29, 30

6

Jumlah Item : 30 Tabel. 2

Kriteria Alternatif Jawaban

No. Alternatif Jawaban Skor

1. Selalu (SL) 4

2. Sering (SR) 3

3. Kadang-Kadang (KK) 2 4. Tidak Pernah (TP) 1

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Teknik Pengolahan Data

Untuk mengolah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing

Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit data sehingga hanya data yang termpakai saja yang ada. Langkah editing ini bermaksud merapihkan data, meneliti satu persatu mengenai kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisan agar terhindar dari kesalahan dan kekeliruan.

b. Skoring

Selanjutnya memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan


(49)

memperhatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberikan skor.

c. Tabulating

Langkah selanjutnya adalah perhitungan data-data yang sudah terkumpul lalu diberi skor.

2. Teknik Analisa Data

Merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data tersebut dapat dipahami, bukan saja oleh peneliti tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian tersebut. Dalam menghitung data yang didapatkan, penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

ƒ

P =  X 100 % N

Keterangan :

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase.6

6

Anas Sudijono, Pengantar Ststistik Pendidikan,, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-5, h. 43


(50)

Tabel. 3 Tafsiran Persentase

No. Persentase  Penafsiran

1. 100 Seluruhnya 2. 90-99 Hampir Seluruhnya 3. 60-89 Sebagian Besar 4. 51-59 Lebih dari Setengah

5. 50 Setengahnya

6. 40-49 Hampir Setengahnya 7. 10-39 Sebagian Kecil 8. 1-9 Sedikit Sekali 9. 0 Tidak Sama Sekali

Dari data hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas selanjutnya adalan nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masing-masing aspek yang diteliti, berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan persentase, maka digunakan perhitungan sederhana dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi.

b. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian.

c. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus.

NS

 =  X 100  NH


(51)

Dalam pemberian interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel. 4

Interpretasi Nilai Penegakan Disiplin Siswa

No. Interval Skor Kategori

1. 76-100 % Baik

2. 56-75 % Cukup Baik 3. 41-55 % Kurang Baik


(52)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al-Amanah

1. Sejarah Singkat Berdirinya Al-Amanah

Al Amanah didirikan oleh Bpk. Drs. H. T.B. Suhandi, M.M. Pada mulanya beliau sebagai ustadz yang mengajar dari masjid ke masjid maupun dari rumah ke rumah, menyiarkan agama Islam. Pada suatu kesempatan salah seorang jamaah beliau Ibu HJ. Fien Sulaeman mewakafkan sebidang tanahnya, dari wakaf tersebut menyalakan kembali semangatnya sebagai seorang alumni Tebuireng. Ketika masih nyantri, seorang santri biasanya punya cita-cita kalau sudah tamat akan mendirikan sebuah madrasah. Modal awal gedung berasal dari infaq Ibu Hj. Nihaya Roeba’I yang juga merupakan salah satu jamaah pak ustadz, dan dari donatur-donatur lainnya. Maka pada tanggal 25 November 1990 pembangunan gedung dimulai. Di tengah perjalanan, pembangunan mengalami ketersendatan. Dengan bantuan Ir. H. M Wargono Soenarko, H. Poerwanto Soewandji dan H. Zaenuddin Hasan, pembangunan dilanjutkan. Dan akhirnya pembangunan selesai pada tahun 1991/1992. menyadari bahwa sebuah lembaga harus memiliki legalitas formal, maka tanggal 18 Maret 1991 ditandatangani sebuah akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Al Amanah, yaitu Akta Notaris Dr. H. Erwal Gewang, SH.


(53)

Nomor 4 tahun 1991. Tanggal penandatanganan akta tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai hari lahir Al Amanah.

2. Unit-unit Pendidikan Al Amanah

Al Amanah merupakan yayasan yang berkonsentrasi pada bidang keagamaan dan memfungsikan dirinya sebagai sarana partisipasi dalam pendidikan keagamaan yang ditekankan pada pembentukan pribadi muslim bertawadlu dan berakhlak mulia.

Untuk mencapai sasaran tersebut, Al Amanah menyelenggarakan unit pendidikan sebagai berikut:

a. Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (RA /TKA) Raudhatul Athfal b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Amanah

c. Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Amanah

d. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Amanah

e. Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen (SMK BM) Al-Amanah

f. Pondok Pesantren Al-Amanah

Di wilayah Kemasyarakatan Al Amanah menyelenggarakan Majelis Ta’lim Remaja dan Masyarakat Umum.

Unit SMP adalah unit yang pertama dibuka bersama dengan RA/TKA. SMP Al-Amanah mulai beroperasi pada tahun 1991/1992 berdasarkan SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor: 572 / 102 / Kep / E / 91.

Untuk meraih kepercayaan di masyarakat SMP Al-Amanah mengikuti akreditasi tahun 1994 dan berhasil meraih status disamakan berdasarkan SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor 852 / 102 / Kep / 94 tanggal 4 Nopember 1994. Selanjutnya diakreditasi ulang pada tahun 1990.


(54)

dan Depag dengan perbandingan 70:30, ditambah dengan kurikulum Yayasan meliputi pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dan Komputer.

Agar para siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dan utuh, SMP dilengkapi dengan laboratorium IPA, Perpustakaan, Sanggar dan Laboratorium Komputer (digunakan bersama dengan unit SDI dan SMK). Dan sebagai kegiatan selingan, SMP menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler berupa Pramuka, Seni, Rohis, Olahraga, dan English Club.

3. Keadaan Guru SMP Al-Amanah

Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik di sekolah memiliki tanggung jawab yang urgen untuk kemajuan sekolah, terlebih lagi mereka diberi tugas sebagai wali kelas yang bertanggung jawab melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas dalam membantu proses perkembangan anak.

Keberadaan karyawan sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah di luar pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik. Di SMP Al Amanah terdapat tiga karyawan administrasi yang membantu jalannya proses kegiatan di sekolah.

Adapun guru (tenaga pengajar) di SMP Al Amanah berjumlah 25 orang, sebagian besar bidang studi yang dipegang dan diajarkan sesuai dengan lulusannya atau pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Guru bertanggung jawab atas bidang studi yang diajarkan dengan membuat Program Satuan Pembelajaran demi tercapainya target kurikulum.

4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah


(55)

bedasarkan data tahun ajaran 2009-2010 secara keseluruhan berjumlah 703 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel. 6

Keadaan Siswa SMP Al Amanah Tahun Ajaran 2009 /2010

KELAS LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

I 96 126 222

II 129 130 259

III 124 98 222

Jumlah 349 354 703

5. Keadaan Sarana dan Prasarana

Yang dimaksud dengan sarana adalah unit-unit yang ada di Al Amanah yang secara langsung turut memberikan sumbangsih terhadap kelancaran jalannya unit-unit pendidikan yang ada. Sarana penunjang SMP Al Amanah sebgai berikut:

a. Kantin

Kantin Al Amanah didirikan dengan tujuan memberikan sarana belanja yang murah dan sehat baik bagi siswa maupun guru. Dengan sendirinya makanan yang dijual disini diupayakan memenuhi standar gizi dan kebersihan makanan (higienis). Kantin dikelola oleh Koperasi Al Amanah.

b. Perumahan Guru / Karyawan

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Di lain pihak pengadaan perumahan memerlukan biaya tinggi. Maka salah satu cara mengatasi problem ini, sebagian orang memilih tinggal di


(56)

rumah-rumah kontrakan dengan harga kontrak yang relative terjangkau.

Sebagai upaya membantu mengatasi problem ini, YPP Al Amanah mendirikan perumahan bagi guru / karyawan Al Amanah. Pembangunan tahap I sebanyak 12 unit dilaksanakan pada tahun 1997 di atas lahan seluas 1.200 meter persegi. Lahan tersebut terletak di belakang bangunan pesantren dan dibangun dengan fasilitas kredit Swa Griya Bank Tabungan Negara. Tujuan lain pembangunan perumahan ini adalah untuk membangun kedisiplinan, kemantapan dan ketentraman berkarier sehingga para guru berkonsentrasi dalam mendidik para siswa.

Sebaagai upaya untuk kemajuan proses belajar mengajar dan lebih meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa SMP Al Amanah, maka sangat diperlukan bagi berlangsungnya suatu tujuan, sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Al Amanah ini sudah cukup memadai walaupun masih terdapat kekurangan.

Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Menegah Pertama Al Amanah cukup lengkap dan dapat mendukung kelancaran proses

pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki akan mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusannya.

Oleh karena itu, untuk keperluan proses belajar mengajar agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka SMP Al Amanah memiliki ruangan dengan perincian sebagai berikut:

Tabel. 7

Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

NO. FASILITAS JUMLAH

1. Ruang Kepala Sekolah 1 2. Ruang Wakil Kepala Sekolah 1


(1)

II. LARANGAN

1. Dilarang meninggalkan pekarangan sekolah selama jam pelajaran, tanpa seizin kepala sekolah melalui guru piket.

2. Dilarang merokok.

3. Dilarang berpakaian, bersolek, berhias berlebihan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

4. Dilarang memakai topi dan assesoris yang bukan seragam sekolah.

5. Dilarang memakai pakaian seragam sekolah di tempat-tempat tertentu seperti : Bar, Diskotik, Play Station dan pertemuan-pertemuan yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran.

6. Dilarang menerima tamu tanpa seizin guru piket.

7. Dilarang membawa menyimpan, mengedarkan minuman keras atau minuman yang memabukan serta obat bius dan obat-obatan terlarang (ganja, heroin, morphine) dan sebagainya.

8. Dilarang membawa, menyimpan, mengedarkan buku bacaan, film dan media lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

9. Dilarang membawa senjata api, senjata tajam berupa apapun yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan dan pelajaran sekolah.

10. Dilarang berkelahi dan baku hantam baik secara perorangan, kelompok, maupun secara masal.

11. Dilarang melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian dan kerusakan materil, milik umum, sekolah maupun milik perorangan.

12. Dilarang membentuk organisasi selain OSIS maupun kegiatan lainnya tanpa seizin Kepala Sekolah.

13. Dilarang mencoret-coret seragam, bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya. 14. Dilarang membawa Tipp-ex.

15. Dilarang memmbawa sepeda motor.


(2)

III. SANKSI – SANKSI

1. Mengkonsumsi, mengedarkan obat-obatan terlarang dan minuman keras. - Dikeluarkan dari sekolah setelah orang tuanya dipanggil.

2. Berkelahi.

a. Berkelahi dengan teman sekolah

- Membersihkan lingkungan sekolah selama 4 jam pelajaran. b. Berkelahi dengan pihak luar

- Diskor selama 3 hari

3. Membawa dan menggunakan senjata tajam/senjata api dan benda lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan.

4. Merokok.

- 1 kali merokok digunduli

- 2 kali merokok digunduli dan orang tuanya dipanggil. - 3 kali merokok dikembalikan ke orang tuanya

5. Tidak berseragam.

- 1 kali tidak berseragam menyapu atau membersihkan ruangan/halaman - 2 kali tidak berseragam membersihkan WC

- 3 kali tidak berseragam atau lebih, dipulangkan dengan membawa surat perjanjian dari sekolah yang harus ditanda tangani oleh orang tuanya dan surat dikembalikan keesokan harinya.

6. Mencoret-coret.

a. Mencoret-coret seragam

- Dihapus sendiri sampai bersih

b. Mencoret-coret bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya.

- Dihapus sampai bersih dan atau membawa cat serta mengecatnya. 7. Tidak mengikuti kegiatan mingguan.

a. Tidak sholat jum’at bagi putra

- Digunduli dan diberikan bimbingan khusus dari guru BK. b. Tidak ikut Muhadoroh tanpa izin bagi putri.


(3)

- Mengepel WC

8. Tidak sholat dzuhur / Ashar di sekolah. - Laki-laki digunduli

- Perempuan dikurung di ruang BK maksimal 3 jam

9. Memakai topi selain topi sekolah dan assesoris yang tidak pantas di lingkungan sekolah pada jam pelajaran.

- Diambil dan tidak dikembalikan

10. Membawa buku, gambar, VCD porno dan sejenisnya.

- Diambil dan dimusnahkan serta mendapat bimbingan khusus dari guru BK.

11. Terlambat, bolos dan todak piket.

- Terlambat ditangani guru piket, berdiri di kelas selama 1 jam pelajaran - Bolos dan tidak piket diberikan sanksi oleh wali kelas masing-masing. 12. Membawa Tipp-ex, diambil dan tidak dikembalikan lagi.

13. Hal-hal yang belum tercantum akan tiatur kemudian.

JAJNJI SISWA

KAMI SISWA-SISWI SMP AL AMANAH BERJANJI :

1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Hormat dan patuh kepada Orang Tua dan Guru 3. Taat dan patuh kepada seluruh peraturan Sekolah 4. Sopan santun terhadap siapapun

5. Menjauhkan perselisihan dan mempererat persaudaraan 6. Selalu menjunjung tinggi nama baik Sekolah


(4)

Lampiran 7

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hendra

TTL : Tangerang, 11 Februari 1997 Kelas : VII – D

Orang Tua

Nama : Herdian Umur : 38 Tahun

Alamat : JL. Raya Puspiptek Desa Bhakti Jaya RT. 01/03 No. 35 Setu.

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya siap menerima hukuman apapun yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap diri saya apabila saya mengulangi perbuatan saya kembali (melanggar tata tertib).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Setu, 22 Juli 2010

Orang Tua/Wali Yang membuat pernyataan

Herdian Ali Hendra Ali

S a k s i

Wali Kelas VII – D Guru BP


(5)

Lampiran 8

Tabel .5

Keadaan Guru SMP Al-Amanah

NO. NAMA JABATAN BIDANG STUDI

1. Drs. Oman Rohmanudin, M.M Kepala Sekolah - 2. Drs. Nuryaman, S.Ag Waka. Kep.Sek PAI / Akidah

3. H. Ahmad Hadi, S.Ag Guru Fiqih

4. Drs. Ahmad Muhroj Guru Ekonomi

5. Drs. Ulul Arkham Guru Sejarah

6. Drs. Syaefullah Guru Geografi

7. Shodikin, S.Pd Guru Bahasa Inggris

8. Bambang Widada, S.Pd. Kim Guru Fisika

9. Iyep Sumpena, S.Pd Guru Ekonomi

10. Ahmad Husen, S.Ag Guru Bahasa Arab

11. Dede Aslikah, S.Ag Guru PAI / KAH

12. Siti Maryam, S.Ag Guru Bahasa Arab

13. Diyah Purwandari, S.Pd Guru Fisika 14. Desy Maryatul Qibtiyah, S.Pd Guru B. Indonesia

15. Dian Susanti, S.Pd Guru Biologi

16. Siti Maesaroh, S.Pd Guru Fiqih

17. Ngatinem, S.Pd Guru MTK

18. Ogi Suprayogi, S.Pd Guru B. Indonesia 19. Eka Vitria Vanissih, S.Pd Guru Geografi

20. Triwijayanto, A.Pd Guru Komputer

21. Syaiful Bahri Guru KTK

22. Andy Karyanto, SE Guru MTK


(6)

24. Mustofa Ahmad, S.Pd Guru PPKN

25. Pujiono Guru Penjas

Struktur Organisasi SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan

a.

Sumber: Arsip SMP Al-Amanah Setu, Kota Tangerang Selatan. Ketua Yayasan

H. TB. Suhandi, Ch. M.Pd

Kepala Sekolah

Drs. Oman Rohmanudin, M.M

Wakil Kepala Sekolah Drs. Nuryaman, S. Ag.

Waka Kesiswaan Iyep Sumpena, S.Pd Waka Kurikulum

Drs. Ulul Arkham.

Waka Administrasi Sundussiah

Guru-guru