Jenis Penelitian Variabel Penelitian Populasi dan Sampel

24 BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat.Unit analisis dalam penelitian adalah semua website resmi pemerintah daerah di Indonesia.Horizon waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross-sectional, yaitu studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, Sekaran 2006.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat secara positif atau negatif Sekaran, 2006.Apabila setiap unit kenaikan variabel bebas diikuti oleh kenaikan variabel terikat maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara positif.Begitu juga sebaliknya, apabila setiap unit penurunan variabel bebas diikuti oleh penurunan variabel terikat maka variabel bebas mempengaruhi variabel terikat secara negatif.Didalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan penulis adalah Dana Perimbangan, Pendapatan Pajak Daerah, dan Size ukuran. Universitas Sumatera Utara 25

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang menjadi fokus utama peneliti di dalam penelitian ini.Melalui analisis terhadap variabel terikat adalah mungkin untuk menemukan jawaban atas suatu masalah Sekaran, 2006.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kinerja Keuangan Pemerintah KabupatenKota di Indonesia. 3.4 Defenisi Operasional Variabel 3.4.1 Dana Perimbangan Dalam Undang – Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa: “Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi, terdiri dari dana bagi hasil, DAK, DAU”.

3.4.2 Pendapatan Pajak Daerah

Pendapatan dari pajak daerah digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat.Pendapatan pajak daerah dalam penelitian ini diukur dari laporan Realisasi APBD masing-masing pemerintah daerah.Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Florida 2007, menunjukkan bahwa pendapatan pajak daerah mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah. Universitas Sumatera Utara 26

3.4.3 Size

Dapat diukur dengan jumlah karyawan, total aset, total pendapatan dan tingkat produktifitas Damanpour, 1991 dalam Suhardjanto, et al, 2010. Ukuran pemerintah daerah dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Sumarjo 2010 yaitu diproksikan dengan menggunakan total aset.Akan tetapi, dalam penelitian ini terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian Sumarjo 2010, dimana ukuran pemerintah daerah diproksikan dengan logaritma natural dari total aset Ln aktiva. Hal ini dikarenakan besarnya total aset masing-masing pemerintah daerah berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrem. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total aset perlu di Ln kan. Pertimbangan pengukuran ini karena nilai aktiva lebih stabil dari pada nilai penjualan bersih dan kapitalisasi pasar Wuryaningsih, 2002 dalam Sumarjo 2010.

3.4.4 Kinerja Keuangan Daerah

Pada dasarnya terdapat 2 hal yang dapat dijadikan sebagai indikator kinerja, yaitu Kinerja Anggaran dan Anggaran Kinerja. KinerjaAnggaran merupakan instrumen yang dipakai oleh DPRD untukmengevaluasi kinerja kepala daerah, seadngkan Anggaran Kinerja merupakan instrumen yang dipakai oleh kepala daerah untukmengevaluasi unit-unit kerja yang ada di bawah kendali daerah selakumanager eksekutif. Penggunaan indikator kinerja sangat penting untukmengetahui apakah suatu program kerja telah dilaksanakan secara efisien dan efektif Mardiasmo, 2002:19. Indikator yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan daerah adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 27 1 Analisis SurplusDefisit APBD Analisis ini digunakan untuk memantau kebijakan fiskal dipemerintahan daerah. Analisis ini disajikan dengan 2 pendekatan menurut PP 58 Tahun 2005 yaitu:surplusdefisit = pendapatan daerah-belanja daerah , sedangkan menurut PMK Peraturan Menteri Keuangan 72 Tahun 2006 yaitu: surplusdefisit = pendapatan-belanja + silpa + pencairan dana cadangan. 2 Derajat Desentralisasi Fiskal DDF DDF antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah padaumumnya ditunjukkan oleh variabel-variabel seperti i PAD terhadaptotal penerimaan daerah, ii Rasio Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajakdaerah BHPBP terhadap Total Penerimaan Daerah TPD, iii RasioSumbangan Bantuan Daerah SBD terhadap TPD Halim, 2004. 3 Derajat Otonomi Fiskal DOF Kemandirian Keuangan Daerah adalah menunjukkan kemampuanPemerintah Daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagi sumber pendapatan yang diperlukan daerahHalim, 2004. 4 Upaya FiskalPosisi Fiskal Usaha pajak dapat diartikan sebagai rasio antar penerimaan pajakdengan kapasitas membayar disuatu daerah. Salah satu indikator yangdapat digunakan untuk mengetahui kemampuan membayar pajakmasyarakat adalah PDRB. Jika PDRB meningkat, maka kemampuandaerah dalam membayar pajak juga meningkat. Hal berarti bahwa administrasi penerimaan daerah dapat meningkatkan daya pajak Halim, 2004. 5 Analisis Efektivitas CLR Analisis ini menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasi PAD yang direncanakan, dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah Halim, 2004. Universitas Sumatera Utara 28 6 Indeks Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah Indeks Kinerja Pajak dan Retribusi Daerah digunakan untukmengetahui jenis pajakretribusi daerah termasuk dalam kategori prima, potensial, berkembang dan terbelakang. 7 Rasio Kemandirian Daerah Rasio ini digunakan untuk mengukur pola hubungan dan tingkatkemampuan daerah. 8 Kemampuan Pinjaman Daerah DSCR Kemampuan suatu daerah dalam mendapatkan uang atau manfaatdari pihak lain yang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan pelayanan publik Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel No Variabel Defenisi Indikator Skala 1 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah KabupatenKota di IndonesiaY Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan, visi dan misi suatu organisasi Bastian, 2006 1 Analisis SurplusDefisit APBD Analisis ini digunakan untuk memantau kebijakan fiskal dipemerintahan daerah. Analisis ini disajikan dengan 2 pendekatan menurut PP 58 Tahun 2005 yaitu:surplusdefisit = pendapatan daerah- belanja daerah Rasio Universitas Sumatera Utara 29 2 Dana Perimbangan X1 Dalam Undang – Undang No. 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah disebutkan bahwa: “Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi, terdiri dari dana bagi hasil, DAK, DAU Dana Perimbangan= Dana bagi hasi + dana alokasi khusus + dana alokasi umum Nominal 3 Pendapatan Pajak Daerah X2 Pendapatan dari pajak daerah digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan untuk diberikan lagi kepada masyarakat Florida,2008 Pendapatan pajak daerah dalam penelitian ini diukur dari laporan Realisasi APBD masing-masing pemerintah daerah Florida,2008 Nominal 4 Size X3 Ukuran dari pemerintah daerah yang diukur melalui nilai total aset Total aset yang dimiliki pemerintah daerah Rasio

3.5 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pemerintahan daerah yang ada di Indonesia yang berjumlah 548 yang terdiri atas 34 pemerintahan provinsi, 98 pemerintahan kota, dan 416 pemerintahan kabupaten. Sampling adalah proses pengambilan sebagian elemen dari suatu populasi sebagai wakil dari populasi tersebut. Besaran sampel yang tepat untuk penelitian adalah lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 Sekaran, 2006. Universitas Sumatera Utara 30 Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu Daulay, 2010. Adapun kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah memilik website resmi pemerintah daerah. 2. Pemerintahan daerah mempublikasikan secara lengkap informasi keuangan daerahnya pada website resmi pemerintah daerah.

3.6 Jenis dan Sumber Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

7 91 72

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dan Dana Bagi Hasil Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 39 85

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 38 82

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok Periode 2001-2010

1 19 107

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 24

KATA PENGANTAR - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

0 0 14

Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Barat

0 1 12