Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok Periode 2001-2010

(1)

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,

DANA PERIMBANGAN, DAN TINGKAT PARTISIPASI

ANGKATAN KERJA TERHADAP PDRB DI KOTA DEPOK

PERIODE 2001-2010

Di susun oleh

LAENI NAJIAH

1060 8400 3658

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : Laeni Najiah

Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 22 Mei 1988

Alamat : Jl.Baladewa Kiri No 6 RTOO5/RWOO4 Tanah Tinggi- Johar Baru Jakarta Pusat

Anak Ke : anak ke 5 dari 6 bersaudara Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Single

Kewarganegaraan : Indonesia

RIWAYAT PENDIDIKAN

SDN 05 Jembayat- Tegal 1994-2000 SMP Manbaul Ulum Asshidiqiyah Jakarta 2000-2003 MAN Babakan Lebaksiu Tegal 2003-2006 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2006-2013

ORGANISASI

PMII

PENGALAMAN KERJA

Surveyor Lembaga Survei Nasional 2011 Panitia Amil Masjid Agung Al azhar 2011-2012 Freelancer Kompas Gramedia 2012


(7)

ABSTRAK

Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan faktor yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap pertumbuhan PDRB di Kota Depok. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan E-viws 5. Data sekunder yang digunakan adalah data time series periode tahun 2001-2010. Variabel independen terdiri dari Pendapatan Asli Daerah,Dana Perimbangan, serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, sedangkan variabel dependennya adalah PDRB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendapatan asli daerah (PAD), Dana perimbangan (DP) dan Tingkat partisipasi angkatan kerjan(TPAK) secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap PDRB Kota Depok. Nilai R2 0.973734. Hal ini berarti 97,3734 persen di pengaruhi oleh varibel variabel independen dan sisanya 2,6266 di pengaruhi di luar model. Kata Kunci : PAD, Dana perimbangan, TPAK , PDRB


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya yang telah senantiasa memberikan nikmat yang berlimpah kepada penulis, sehingga penulis diberikan kemampuan, kekuatan, serta ketabahan hati dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan shalawat beriring salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah ke zaman ketauhidan dan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi prasyarat kurikulum sarjana strata satu (S-1) program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Skripsi ini, antara lain :

1. Agus zaeni ma’awi (Ayah) dan rosinah (mama) atas segala doa, semangat, nasihat, dukungan, dan kasih sayangnya yang tak henti-hentinya di berikan kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bekerja keras mengembangkan FEIS menjadi FEB

3. Dr. Lukman, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP), dan dosen pembimbing II yang telah memberikan


(9)

bantuan baik waktu, saran, maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik..

4. Utami Baroroh,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis dan bantuannya selama ini.

5. Pheni Chalid,SF,MA,Ph.D selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bantuan baik waktu, saran maupun ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Terima kasih juga atas dorongan dan motivasi yang bapak berikan kepada penulis sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

6. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan bisnis

7. Kakak- kakak saya Amir Syaikhu, Siti Barkah, Ali Subhan,Elok Faiqoh, Serta adik saya Abdulloh syafei, Terimakasih atas semua dukungan dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Ponakan- ponakan saya tercinta Rossa Meilani, El-Mubarik, Kenziro, yang telah menjadi inspirasi dan pelipur lara

9. Kepada Awaludin Rizal terima kasih atas dukungan , kasih sayang, perhatian dan selalu memberi saya motivasi yang luar biasa sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

10.Anak – anak Jurusan IESP angkatan 2006

11.Buat seluruh teman – teman, anak Kost Chantiq serta anak iesp vera, zidney, febi, isty


(10)

12.Semua pihak yang belum disebut di atas, terima kasih atas segala bantuan selama proses penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk tercapainya penulisan skripsi yang lebih baik lagi.

Wasalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta 21 Januari 2013


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... ii

ABSTRACT... .... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... ix

DATAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Pertanyaan Penelitian ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 8

1. Proses Pertumbuhan Ekonomi... ... 9

2. Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 11

3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 16

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 17

1. PDRB Pendekatan Produksi ... 18


(12)

3. PDRB Pendekatan Pengeluaran ... 19

C. Keuangan Daerah ... 20

1. Penerimaan Daerah ... 21

2. Pengeluaran Daerah ... 28

D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 28

E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi... 30

F. Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 31

G. Hubungan TPAK dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 33

H. Penelitian Terdahulu ... 34

I. Kerangka Berfikir... 40

J. Hipotesis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 45

B. Metode pengumpulan sampel ... 45

C. Metode pengumpulan data operasional variabel ... 46

D. Metode Analisis Data ... 47

1. Metode analisis... 47

2. Uji Asumsi Klasik ... 48

3. Pengujian Statistik...51

E. Operasional variabel ... . 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55


(13)

1. Perkembangan PDRB ... 58

2. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah ... 60

3. Perkembangan Dana Perimbangan ... 62

4.Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ... 64

C. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi ... 66

1. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 66

2. Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) ... 69

3. Hasil Uji Statistik ... 70

4. Interprestasi Ekonomi ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Implikasi ... 80

C. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan PDRB, PAD, Dana perimbangan dan TPAK ... 4

2.1 Penelitian Terdahulu ... 37

3.1 Operasional Variabel ... 54

4.1 Perkembangan PDRB Kota Depok Tahun 2001-2010 menurut harga konstan ... 59

4.2 Perkembangan PAD Kota Depok Tahun 2001-2010 ... 61

4.3 Perkembangan Dana perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 .... 63

4.4 Perkembangan TPAK Kota Depok Tahun 2001-2010... 64

4.5 Hasil uji Multikolineritas ... 67

4.6 Hasil Uji Autokolerasi ... 68

4.7 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 68

4.8 Hasil Olah Data Dengan Metode OLS ... 69

4.9 Hasil Uji t-Statistik ... 71


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Fungsi Produksi neoklasik ... 13

2.2 Kerangka Pemikiran ... 42

4.1 PDRB Kota Depok Atas harga Konstan Tahun 2001-2010 ... 59

4.2 Pendapatan Asli Daerah Kota Depok Tahun 2001-2010 ... 61

4.3 Dana Perimbangan Kota Depok Tahun 2001-2010 ... 63

4.4 Partisipasi Angkatan Kerja Kota Depok Tahun 2001-2010 ... 65

4.5 Hasil Uji Normalitas ... 66


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas stuktural sosial, sikap- sikap masyarakat institusi nasional disamping terus mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentas kemiskinan atau perubahan total suatu masyarakat/ penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan menuju lebih baik (Todaro, 2004:17). Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses kerja antara pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan merangsang perkembangan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam suatu wilayah.

Pertumbuhan ekonomi secara sempit dapat di artikan dengan meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak akan pernah lepas dari peranan para pelaku ekonomi yakni pemerintah yang berperan sebagai instrumen kebijakan publik dan fiskal,swasta yang berperan dalam pengembangan investasi dan masyarakat itu sendiri yang berperan sebagai input dari faktor produksi dan jaminan terciptanya pasar dalam perekonomian.


(17)

Salah satu indicator yang sering digunakan untuk melihat adanya gejala pertumbuhan ekonomi daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). karena didalamnya mencerminkan kegiatan ekonomi yang dilaksanakan dan dicapai oleh penduduk selama periode tertentu. Produk domestik regional bruto (PDRB) juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah atau masyarakat.

Tahun 2001 merupakan awal pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal. Otonomi daerah secara langsung dirasakan oleh pemerintah daerah tingkat II (Kabupaten/Kota). Setiap daerah di tuntut untuk dapat bisa dalam mencari sumber pembiayaan untuk pembangunan daerahnya. Salah satu sumber pembiayaan untuk pembangunan daerahnya yang pada akhirnya bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah yaitu dengan adanya sumber- sumber penerimaan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah dan dana perimbangan.

Pengelolaan keuangan daerah di Indonesia dapat di telusuri dari skema keuangan pemerintah daerah yang tertuang secara resmi dalam Undang- undang nomor 25 tahun 1999 dan di lengkapi dengan Undang-undang Nomor 34 tahun 2000. Kini, peraturan tersebut telah disempurnakan sehingga penerimaan pemerintah daerah dapat disimak dalam UU Nomor 32 dan 33 tahun 2004. Di sebutkan dalam peraturan tersebut bahwa sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan daerah.Pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan.(Muluk, Khairul M.R, 2005: 146)


(18)

Analisis angkatan kerja dalam kaitannya dengan kondisi perekonomian merupakan hal yang menarik untuk dilakukan karena tingkat dan pola partisipasi angkatan kerja cenderung bergantung pada ketersediaan kesempatan kerja dan perbedaan pada tuntutan memperoleh pendapatan antar kelompok penduduk. “modal pembangunan yang penting untuk meningkatkan pertumbuhn ekonomi daerah selain dari keuangan daerah adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang dibisa di lihat dari Tingkat partisipasi angkatan kerja. (Wiratno, 2008: 8)

Kota Depok merupakan Kota hasil pemekaran dari Kota Bogor dan salah satu Kota diprovinsi Jawa Barat dengan tingkat penerimaan pendapatan asli daerah yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan kota lainnya diprovinsi Jawa Barat. Seiring dengan pembangunan di Kota Depok pula maka baik langsung maupun tak langsung Kota Depok telah menyediakan lapangan kerja baru untuk menyerap tenaga kerja yang ada.

Tabel 1.1

PERKEMBANGAN PDRB, PAD, DANA PERIMBANGAN DAN TPAK DI KOTA DEPOK TAHUN 2005-2010

Tahun PDRB PAD

Dana

perimbangan TPAK

(Rp) (Rp) (Rp) (%)

2005 4.750.034.100.000 64.060.869.669 415.229.467.888 46 2006 5.006.129.060.000 65.149.151.767 493.318.004.764 54 2007 5.422.760.390.000 75.457.361.734 504.052.499.829 61 2008 5.770.827.640.000 97.139.989.565 574.268.400.146 66 2009 6.129.569.620.000 96.889.185.310 618.381.753.387 63 2010 6.519.326.210.000 128.229.208.876 667.535.226.354 64


(19)

Dari data di atas terlihat bahwa pada tahun 2005-2010 PDRB Kota Depok mengalami peningkatan tiap tahunnya walaupun peningkatannya sangat minim, yaitu dari tahun 2005 sebesar Rp4.750.034.100.000 menjadi Rp 5.006.129.060.000 pada tahun 2006. Dan pada tahun- tahun berikutnya. Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan Pendapatan Asli daerah (PAD) yang cukup tinggi yaitu dari tahun 2009- 2010., yaitu pada tahun 2009 besarnya Rp 96.889.185.310 menjadi sebesar Rp 128.229.208,876 pada tahun 2010. Tetapi pada tahun 2008 nilainya sebesar Rp 97.139.989.565 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 menjadi 96.889.185.310. Ini menunjukan bahwa kontibusi PAD pada kota depok sangat rendah pada saat itu, dan sama halnya dengan dana perimbangan juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Yaitu pada tahun 2005 sebesar Rp 415.229.467.888, menjadi 618.381.753.387 pada tahun 2006. Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan yang sangat minim yaitu pada tahun 2005 sebesar 46 % menjadi 54% . pada tahun 2008 sebesar 66% menurun menjadi 63% pada tahun 2009.

Sejalan dengan upaya untuk meningkatkan serta menggali sumber- sumber penerimaan daerah maka pemerintah Kota Depok berusaha secara aktif untuk meningkatkan serta menggali sumber- sumber penerimaan daerah terutama penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri. Hal ini bisa dilihat dari nilai pendapatan asli daerah. Peningkatan Pendapatan Asli daerah masih sangat minim di bandingkan dengan nilai dana perimbangan, Hal ini berarti penerimaan yang dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dalam


(20)

meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDRB riil) lebih banyak dalam bentuk sumbangan dan bantuan pemerintah pusat.

Salah satu kontribusi yang paling dominan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) diKota Depok adalah adalah dari subsector perdagangan dan jasa. Hal itu terlihat secara nyata dengan semakin banyaknya layanan sektor jasa dan perdagangan yang bermunculan di Kota Depok, seperti restauran, Mall, tempat-tempat usaha dan layanan jasa lainnya. Hal itu akan berdampak positif pula terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Depok.

B. Perumusan Masalah

Dengan adanya otonomi daerah di harapkan tiap – tiap daerah mampu menggali dan mengelola sumber- sumber penerimaan baik yang berasal dari pendapatan daerah yaitu melalui pendapatan asli daerah dan dana perimbangan, hal ini dimaksudkan untuk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang lebih baik. Sedangkan Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang diharapkan bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam menambah jumlah angkatan kerja. Berbagai gambaran di atas maka Penulis ingin meneliti mengenai bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan dana perimbangan terhadap Produk Domestik Regional Bruto serta Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis memilih judul sebagai berikut: “Analisis Pengaruh PAD, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) di Kota Depok periode tahun 2001- 2010”


(21)

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka berikut pertanyaan penelitiannya :

1. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB diKota Depok secara simultan.

2. Seberapa besarkah pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara parsial.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara simultan.

2. Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja terhadap PDRB di Kota Depok secara Parsial.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Instansi Pemerintah

Sebagai bahan masukan agar pemerintah pusat khususnya pemerintah daerah lebih memperhatikan tentang kebijakan otonomi daerah.

2. Bagi dunia akademis

Hasil penelitian dapat di pakai sebagai bahan referensi perpustakaan, untuk referensi perbandingan terhadap objek penelitian yang sama


(22)

khususnya tentang PAD,Dana Perimbangan, dan Tenaga Kerja Terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di kota Depok.

3. Bagi penulis

Bagaimana penulis dapat mempratekan pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk tulisan sekaligus mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang di teliti.


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya peekembangan GNP potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output per kapita dan meningkatnya standar hidup masyarakat. (Asfia Murni,2006:173).

Menurut Simon Kuznets dalam (Todaro,2000;144) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari suatu Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya.kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau di mungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, intitusional dan ideologis terhadap berbagai keadaan yang ada.

Menurut Boediono,(1992:9) pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka waktu yang panjang. Pertumbuhan ekonomi meliputi 3 aspek yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.

2. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita dalam hal ini 2 aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.ouput perkapita adalah output total di bagi jumlah penduduk 3. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang

dikatakan tumbuh bila dalam jangka panjang waktu yang cukup lima (5 tahun) mengalami kenaikan output.


(24)

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat di tarik kesimpulan bahwa suatu proses perekonomian dikatakan mengalami suatu perubahan atau pertumbuhan apabila tingkat kegiatan ekonomi adalah lebih tinggi dari pada yang di capai pada waktu sebelumnya. Dengan kata lain perkembangan baru tercipta apabila jumlah fisik barang-barang dan jasa- jasa yang di hasilkan bertambah besar pada tahun berikutnya. Sedangkan untuk mengetahui apakah suatu perekonomian mengalami pertumbuhan perlu ditentukan perubahan yang sebenarnya terjadi dalam kegiatan- kegiatan dari tahun ke tahun.

1. Proses Pertumbuhan Ekonomi

Proses pertumbuhan ekonomi di pengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi disuatu Negara tergantung pada sumber alamnya, sumber daya manusia, modal, usaha, teknologi, dan sebagainya

a. Faktor ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan. Fakror-faktor produksi terdiri dari

1) Sumber Alam

Tanah yang dapat di Tanami merupakan faktor yang paling berharga selain tanah, sumber daya alam yang penring lainnya antara lain minyak gas, hutan air, dan bahan- bahan mineral lainnya. 2) Akumulasi Modal

Untuk pembentukan modal diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi yang mungkin berlangsung selama beberapa


(25)

puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sebenarnya sangat dibutuhkan untuk kemajuan cepat dibidang ekonomi.

3) Organisasi

Organisasi bersifat melengkapi dan membantu meningkatkan produktivitasnya.

4) Kemajuan teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi. Perubahan itu betkaitan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil teknik penelitian terbaru.

5) Pembagian kerja dan skala produksi

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas. Keduannya membawa kearah ekonomi produksi skala besar yang selanjutnya membantu perkembangan industri.

b. Faktor Non Ekonomi

Faktor Non ekonomi bersama-sama saling mempengaruhi kemajuan perekonomian.oleh karena itu faktor nonekonomi juga memiliki arti penting di dalam pertumbuhan ekonomi. Beberapa faktor non ekonomi diantaranya:

1) Faktor sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Faktor ini menghasilkan perubahan pandangan dan harapan, struktur dan nilai nilai sosial.


(26)

2) Faktor sumber daya manusia

Kualitas input tenaga kerja atau sunber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi.

3) Faktor politik dam administrative

Struktur politik dan adminuistratif yang lemah merupakan penghambat besar bagi pembangunan ekonomi Negara terbelakang, administratif yang kuat, efesiensi, dan tidak korup, demeikina amat penting bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Teori pertumbuhan ekonomi a. Pandangan Adam Smith

Proses petumbuhan ekonomi menurut Adam Smith di bedakan menjadi dua aspek diantaranya yaitu :

1) Pertumbuhan output total

Menurut Adam Smith sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah sumberdaya alam yang tesedia merupakan batas maksimum bagi pertumbuhan ekonomi. Maksudnya jika sumber daya ini belum digunakan sepenuhnya maka jumlah penduduk dan stok modal yang ada yang memegang peranan dalam pertumbuhan output. Tetapi pertumbuhan output tersebut akan berhenti jika semua sumberdaya alam tersebut digunakan secara penuh.

Sumberdaya insan (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang sangat pasif dalam proses pertumbuhan output. Jumlah penduduk


(27)

akan menyesuaiakan diri dengan kebutuhan akan tenaga kerja dari suatu masyarakat.

Stok modal merupkan unsur produksi yang sangat penting untuk menentukan tingkat output.

2) Pertumbuhan penduduk

Jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tingi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pasa-pasan untuk hidup.

Tingkat upah yang berlaku menurut Adam Smith di tentukan oleh tarik menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sementara itu permintaan akan tenaga kerja akan ditenukan oleh stok modal dan tingkat output masyarakat. Oleh karena itu laju pertumbuhan permintaan tenaga kerja di tentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi modal) dan laju pertumbuhan output.

b. Solow-Swam

Pertumbuhan ekonomi neo klasik berkembang sejak tahun 1950-an. Teori ini berkembang berdasarkan analisis-analisis menegenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik.ekonom yang menjadi perintis dalam mengembangkan teori tersebut adalah Robert sollow dan Trevir swan. (Arsyad,2010:61)

Pandangan teori ini di dasarkan kepada anggapan yang mendasari analisi klasik yaitu perekonomian akan tetap mengalami


(28)

tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.

Dalam teori ini rasio modal-output (capital-output ratio=COR) bisa berubah. Dengan kata lain jika lebih banyak modal yang digunakan maka tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit. Sebaliknya jika modal yang digunakan lebih sedikit, maka lebih banyak tenaga kerja yang dibutuhkan. Dengan adanya fleksibilitas ini suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan kombinasi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) yang akan digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Sifat teori pertumbuhan ini bisa di gambarkan oleh fungsi produksi sebagai berikut :

Gambar 2.1


(29)

Dalam fungsi produksi demikian suatu tingkat output tertentu dapat diciptakan dengan menggunakan berbagai kombinasi modal dan tenaga kerja. Misalnya untuk menciptakan output sebesar 11,kombinasi modal dan tenaga kerja yang dapat digunakan antara lain (a)K3, dengan L3, (b) K2 dengan L2, dan (c)K1 dengan L1, dengan demikian meskipun jumlah modal berubah namun terdapat kemungkinan bahwa tingkat output tidak mengalami perubahan.

Disamping itu, tingkat output tetap dapat mengalami perubahan meskipun jumlah modalnya konstan. Misalnya, meskipun jumlah modal diasumsikan tidak mengalami perubahan sebesar K3, namun jumlah output dapat dari I1 menjadi diperbesar I2 jika tenaga kerja yang digunakan bertambah dari L3 menjadi L4.

Teori pertumbuhan neoklasik juga dapat disajikan kedalam bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass, dimana output merupakan fungsi dari tenaga kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan variabel eksogen. Asumsi yang digunakan dalam model solow-swam adalah skala pengembalian yang konstan(constan returns to scale), subsitusi antara modal (K) dan tenaga kerja (L) bersifat sempurna, dan adanya produktivitas marginal yang semakin menurun (diminishing marginal productivity) dari tiap inputnya.

Fungsi produksi Cobb-Douglass dapat digambarkan sebagai berikut :


(30)

Dimana:

Qt adalah tingkat produksi pada tahun t. Tt adalah tingkat teknologi pada tahun t. Kt adalah skor barang modal pada tahun t. Lt adalah jumlah tenaga kerja pada tahun t.

a adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit modal.

b adalah pertambahan output yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga kerja

c. Keynesian (Harrod- Domar)

Teori Harrod Domar merupakan perluasan dari analisis Keynesian mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja.Dalam teorinya pembentukan modal merupakan faktor penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi.Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh melalui akumulasi modal. Pembentukan modal tidak hanya di andang sebagai pengeluaran yang akan menambah kemampuan suatu perekonomian untuk menghasilkan barang dan jasa tetapi juga aka meningkatkan permintaan efektif masyarakat.teori ini menunjukan bahwa jika oada suatu periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa berikutnya perekonomian tersebut akan mempunyai kemampuan yang lebih besardalam menghasilkan barang dan jasa. Teori ini juga mengganggap bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional ditentukan oleh kenaikan pengeluaran masyarakat. Dengan


(31)

demikian meskipun kapasitas produksi bertambah, pendapatan nasional baru akan mengalami kenaikan hanya jika terjadi kenaikan pengeluaran masyarakat.

3. Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Data ekonomi merupakan sumber informasi sistematik untuk dapat mengukur sejauh mana perkembangan aktivitas ekonomi suatu negara.Suatu data yang akurat diharapkan dapat menggambarkan suatu kondisi statistik perekonomian. Statistik ini digunakan oleh para ahli ekonomi untuk mempelajari perekonomian dan oleh para pengambil keputusan untuk mengawasi pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat.

Dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu (Mankiw, 2006: 19). Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah, yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah.Dengan menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada (Saggaf, 1999: 15).


(32)

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan ekonomi daerah adalah angka yang ditunjukkan oleh besarnya tingkat pertumbuhan produk domestik regional bruto suatu daerah yang diukur atas dasar harga konstan. Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor.

B. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.

PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunujukan nilai tambah barang dan jasa yang di hitung menggunakan harga pada tahun tertentu.

PDRB atas harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengeahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS, 2007:2). Angka-angka PDRB dapat di hitung dengan tiga pendekatan yaitu :


(33)

1. PDRB Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi yang berada di suatu wilayah /provinsi dalam periode tertentu (biasanya satu tahun).

Unit-unit tersebut dikelompokan menjadi 9 lapangan usaha yaitu: a. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan,

b. Pertambangan dan penggalian c. Industry pengelolaan

d. Listrik, gas, dan Air bersih e. Konstruksi

f. Perdagangan, hotel,dan restoran g. Pengankutan dan komunikasi

h. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2. PDRB Pendekatan Pendapatan

PDRB menurut pendapatan merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam prose produksi di suatu region dalam jangka waktu tertentu yaitu satu tahun.

Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung dan lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tak langsung neto sedangkan


(34)

jumlah semua komponen pendapatan ini pers sektor disebut sebagai nilai tambah bruto sektoral. Oleh karena itu, PDRB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

3. PDRB Pendekatan Pengeluaran

Salah satu cara/pendekatan untuk mengetahui nilai PDRB dengan melihat sisi pengeluaran. Pos pendapatan nasional membagi GDP menjadi 4 kelompok pengeluaran (Mankiw. 2000 ; 24)

a. Konsumsi b. Investasi

c. Pembelian pemerintah d. Ekspor bersih (NX)

Jadi dengan menggunakan symbol Y untuk GDP menjadi : Y = (C + I +G +NX). Persamaan ini disebut national income account adentity. Persamaan ini menegaskan bahwa PDRB merupakan total pengeluaran dari konsumsi rumah tangga (C) Investasi perusahaan (I) pembelian pemerintah (G) dan Ekspor Neto (NX).

Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang di beli rumah tangga. Konsumsi di bagi menjadi 3 kelompok yaitu : antara lain barang tidak tahan lama dan barang tahan lama dan jasa (service). Konsumsi dalam perekonomian memegang peranan penting dalam pembentukan GDP, karena hampir 70% GDP berasal dari konsumsi.

Investasi terdiri dari barang-barang yang di beli untuk penggunaan masa depan. Investasi juga di bagi 3 kelompok 1.)investasi tetap bisnis


(35)

(Bussines Fixed Investment) 2.) investasi tetap residensi (Residential Fixed Investment) 3.) dan investasi persediaan (Inventory Investmen). Investasi tetap bisnis adalah peralatan dan struktur yang di beli perusahaan untuk penggunaan dalam produksi mendatang. Misalnya pembelian pabrik. Investasi tetap residensi adalah perumahan yang baru yang di beli seseorang untuk di tinggali atau untuk disewakan.sedangkan investasi persediaan adalah perubahan dalam kuantitas barang yang disimpan perusahaan di gudang termasuk bahan baku dan perlengkapan barang jadi dan barang setengah jadi. Investasi persediaan ini akan meningkatkan persedian barang perusahaan.

Pembelian pemerintah (government purchases) adalah barang dan jasa yang di beli oleh pemerintah pusat, negara bagian, dan daerah.

Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang di ekspor ke negara lain di kurangi nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain yang merupakan cerminan neraca perdagangan suatu negara.

C. Keuangan Daerah

Seiring dengan pelaksanaan desentralisasi fiscal terjadi perubahan dalam prinsip- prinsip pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi pada output, menggunakan konsep nilai uang (value for money) dengan prinsip tata pemerintahan yang baik. Pendekatan anggaran kinerja adalah suatu system anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja output dari perencanaan alokasi biaya (input) yang telah di tetapkan (PP Nomor 105 tahun


(36)

2000, pasal8) kinerja mencerminkan efesiensi dan efektifitas pelayanan public dan harus berpihak pada kepentingan publik.

Pengelolaan keungan daerah pada dasarnya menyangkut 2 aspek analisis yang saling terkait satu dengan lainnya yang terdiri dari :

a. Analisis penerimaan yaitu analisis mengenai kemampuan pemerintah daerah dalam menggali sumber- sumber pendapatan yang potensial dan biaya – biaya dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan tersebut.

b. Analisis pengeluaran yaitu analisis mengenai seberapa besar biaya- biaya dari suatu pelayanan public dan faktor yang menyebabkan biaya tersebut meningkat.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme. Penyelenggara pemerintah daerah sebagai sub- system pemerintahan Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggra pemerintahan dan pelayanan masyarakat sebagai daerah otonom. (Bratakusumah dan Solihin, 2001:168)

1. Penerimaan Daerah

Sumber-sumber penerimaan keuangan daerah dapat meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pinjaman daerah. (Pheni Chalid, 2005:14)


(37)

a. Pendapatan Asli Daerah

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah , peningkatan pendapatan asli daerah selalu di upayakan karena merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli dari dari daerah, bukan merupakan pemberian bantuan, hibah, penyertaan modal dan sebagainya. PAD bertujuan untuk untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. 1) Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggarakan Pemda dan pembangunan daerah.

Dari sudut pandang kewenangan pemungutan, pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah ditingkat provinsi (pajak provinsi), dan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/Kota. (Pheni Chalid,2005:26)

Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) dan (2) yang menjadi pajak daerah provinsi meliputi:


(38)

b) Pajak kendaraan diatas air Bea Milik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PPKB) d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air

Yang termasuk pajak daerah Kabupaten / Kota meliputi : a) Pajak Hotel

b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g) Pajak Parkir

2) Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan demikian retribusi merupakan pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga masyarakat baik invidu maupun badan atau koorporasi dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan ke kas daerah.

Retribusi daerah di golongkan menjadi tiga yaitu; Jenis retribusi umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah


(39)

provinsi dan daerah kabupaten kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan jenis retribusi jasa usaha untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan jasa pelayanan yang diberikan oleh masing- masing daerah yang bersangkutan.

3) Hasil kekayaan yang dipisahkan

Sumber PAD lainnya yang yang sangat penting selain pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD.

BUMD merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masayarakat dan merupakan salah satu sumber penerimaaan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaaan kekayaan yang dipisahkan antara lain sperti bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.(HAW.Wijaya, 2002:110)

4) Lain- lain pendapatan asli daerah yang sah.

Lain- lain pendapatan asli darah yang sah yang dapat digunakan untuk membiayai belanja daerah dapat di upayakan oleh daerah dengan cara- cara yang tidak memnyalahi aturan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

a) Hasil penjualan daerah yang tidak dipisahkan. b) Jasa giro

c) Pendapatan bunga


(40)

e) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan barang dan/ jasa oleh daerah.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.(HAW,Wijaya.2005,:33)

Dana perimbangan dalam UU No.25 Tahun 1999 dan UU No.33/2004 adalah terdiri (a) Dana Bagi Hasil (b) Dana Alokasi Umum (c) Dana Alokasi Umum (Pheni Chalid, 2005:14)

Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta untuk mengurangi keseimbangan pendanaan pemerintahan antar daerah diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa. Dana perimbangan meliputi :

1) Dana Bagi Hasil (DBH)

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentasi untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH Bersumber dari Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA). Dana bagi hasil dari pajak meliputi pajak bumi dan


(41)

bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, (UU No.33 Th.53 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan pemerintah daerah pasal 11 tentang bagi hasil :273)

2) Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU Bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah termasuk jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengna penerimaan umum APBD. DAU digunakan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang penggunaannya di tetapkan oleh daerah.(HAW. Wijaya 2005,:33)

DAU untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten ditetapk masing 10% dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-masing provinsi dan kabupaten di hitung berdasarkan perkalian dari jumlah DAU bagi seluruh bobot daerah, dengan bobot seluruh daerah diseluruh Indonesia (Bratakusumah dan Solihin, 2001:183)

Mekanisme perhitungan DAU dildalam pertimbangan otonomi daerah dilakukan pertama kali secretariat bidang


(42)

perimbangan keuangan pusat dan daerah (DPOD). Selanjutnya DPOP merekomendasikan hasil perhitungan tersebut kepada presiden untuk disah kan melalui keputusan presiden (Kepres) sebelum disampaiakan kepada presiden, sebelumnya DPOP berkonsultasi dengan DPR. Penyaluran DAU dilakukan oleh menteri Keuangan melaui ditjen anggaran secara berkala setiap bulan 1/12 dari total DAU perdaerah.

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional.

DAK digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis panjang yaitu 3 tahun. (HAW, Wijaya. 2005,34- 35)

Criteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD.Kriteria khusus ditetpkan dengan memperhatiakan peratura perundang- undanagn dan karakteristik daerah. Sedangkan criteria teknis ditetapkan oleh kementrian Negara / departemen teknis. Tidak semua pembiayaan kegiatan khusus dialokasikan dari DAK., namun daerah yang bersangkutan wajib menyediakan dana sekurang kurangnya 10 %


(43)

dari DAK yang dialokasikan dari APBD. Dana tersebut di istilahkan dana pendamping. Kecuali bagi daerah yang memiliki kemampuan fiscal yang tidak memadai, maka tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan dana pendamping.

c. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah merupakan mekanisme yang di berikan kepda daerah dalam rangka mencari pos keuangan daerah di luar anggaran pendapatan daerah (APBD).Pemerintah daerah dapat memperoleh pinjaman daerah setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat.Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang memegang peranan penting terutama pembangunan infra struktur. Pinjaman daerah bisa berbentuk pinjaman dari dalam negeri atau luar negeri. (Pheni Chalid, 2005:29)

2. Pengeluaran Daerah

Pengeluaran daerah terdiri dari belanja aparatur, belanja publik serta belanja bagi hasil dan bantuan keuangan.

D. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK merupakan ukuran tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan gambaran yang jelas sampai berapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk usia kerja (15 tahun ke atas) benar- benar aktif di dalam bekerja dan tidak aktif bekerja. Jadi TPAK perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk dalam usia kerja.Semakin besar jumlah


(44)

penduduk usia kerja akan menyebabkan semakin besarnya angkatan kerja. Secara singkat TPAK adalah jumlah angkatan kerja di bagi dengan jumlah tenaga kerja dalam kelompok yang sama.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya TPAK meliputi : 1. Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga

Hubungan antara TPAK dan jumlah penduduk yang masih bersekolah adalah semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah,semakin kecil jumalah angkatan kerja yang berarti semakin kecil TPAK.

2. Tingkat umur

Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang tidak begiu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan umumnya mereka bersekolah.

3. Tingkat upah

Kaitan antara tingkat upah dengan TPAK adalah melalui kenyataan bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja.

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja.


(45)

5. Kegiatan ekonomi

Kegiatan ekonomi berhubungan dengan TPAK karena program pembangunan di satu pihak menurut keterlibatan lebih banyak orang, dilain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan- harapan baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah kegiatan ekonomi semakin besar TPAK.

E. Hubungan PAD dengan Pertumbuhan Ekonomi

Pendapatan perkapita merupakan pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada suatu waktu tertentu. Pendapatan perkapita menunjukan kemampuan untuk membayar pengeluarannya termasuk membayar pajak. Semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka akan mempunyai pengaruh positif dalam penerimaan pajak, sehingga pendapatan asli daerah juga mengalami peningkatan.

Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah, sehingga kemampuan masyarakat untuk membayar pajak meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Teori Keynes menerangkan bahwa permintaan agregat akan menentukan tingkat kegiatan perekonomian. Menurut Keynes jika pada suatu periode tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa yang akan datang perekonomian akan mempunyai kemampuan lebih besar dalam menghasilkan barang dan jasa.


(46)

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah , jika PAD meningkat maka dana yang dimiliki daerah meningkat pula, sehingga pemerintah daerah akan lebih berinisiatif untuk lebih menggali potensi – potensi daerah – daerah yang dimiliki. Salah satunya memberi proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembangunan. Dengan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana oleh pemerintah daerah akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.

F. Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan ekonomi

Menurut Todaro (Amin, Pujiati,2007:5) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah : akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia, pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya akan memperbanyak jumlah akumulasi capital kemajuan teknologi.

Desentralisasi merupakan bagian dari strategi setiap institusi yang berkehendak untuk tidak mati dalam persaingan global. Demikian pula bagi sebuah Negara. Desentralisasi menjadikannya terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang terintegrasi dan menjadi sebuah makhluk organik yang bergerak efesien mengatasi tantangan global. Desentralisasi merupakan sistem pengolahan yang berkelebihan dengan sentralisasi. Jika sentralisasi adalah pemusatan pengelolaan, maka desentralisasi adalah pembagian dan pelimpahan wewenang.


(47)

Menurut Prawisetoto (Amin, Pujiati, 2007:5-6) desentralisasi fiscal adalah pendelegasian tanggung jawab dan pembagian keputusan dibidang fiskal yang meliputi aspek penerimaan (tax assignment) maupun aspek pengeluaran (expenditure assignment). Desentralisasi fiscal ini dikaitkan dengan tugas dan fungsi pemerintah daerah dalam penyediaan barang dan jasa public (public goods/public service).

Menurut Oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) desentralisasi fiscal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang publik. Desentralisasi fiscal akan menyebabkan meningkatnya efisiensi ekonomi yang kemudian berkaitan dengan dinamika pertumbuhan ekonomi. Perbelanjaan infrastruktur dan sektor sosial oleh pemerintah daerah lebih memacu pertumbuhan ekonomi daripada kebijakan pemerintah pusat. Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih efisien dengan memuaskan kebutuhan masyarakat karena lebih mengetahui keadaannya.

Sumber sumber penerimaan daerah dalam desentralisasi fiscal selain dari pendapatan asli daerah bisa kita lihat dari dana perimbangan yang terbagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Dana bagi hasil (DBH) 2. Dana alokasi umum (DAU) dan Dana alokasi khusus (DAK) .

DBH bersumber dari pajak dan sumber daya alam (SDA), sedangkan DAU digunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sehingga penyelengaraan pelayanan kepada masyarakat terjamin. Sedangkan DAK yang


(48)

dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional.

Dapat disimpulkan bahwa selain dari sisi pengeluaran, implikasi desentralisasi fiscal terhadap pertumbuhan ekonomi dari sisi penerimaan juga penting untuk dilihat. Dana perimbangan merupakan sisi penerimaan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dimana penerimaan akan terhimpun menjadi modal. Selanjutnya melalui modal tersebut maka daerah akan melakukannya untuk belanja pembangunan sehingga pertumbuhan ekonomi akan meningkat.

G. Hubungan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dengan pertumbuhan Ekonomi.

Menurut Teori Sollow-Swan

Pertumbuhan ekonomi ekonomi bergantung kepada kesediaan faktor-faktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal, serta tingkat kemajuan teknologi. Teori ini mengemukakan tentang rasio modal-output yang dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah modal-output tertentu, dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja yang berbeda- beda. (Arsyad, 2010:89)

Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan tingkat efesiensi yang berbeda pula. Dengan kata lain, pada suatu kombinasi tertentu antara jumlah modal


(49)

dan tenaga kerja yang digunakan akan menghasilkan output yang optimal dan lebih efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input yang kecil mampu menghasilkan output yang optimal, dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang positif.

Dari penjelasan kombinasi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa menurut Sollow –Swan, modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki peranan yang cukup penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Selain itu dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu faktor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian, sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB. Begitupun pada pendapatan perkapita. Meningkatnya TPAK suatu daerah, berarti meningkat pula pendapatan perkapita dan tingkat konsumsi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi regional.

H. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian pertama berupa tesis yang berjudul “Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Utara”.tesis ini di tulis oleh Novita Linda Sitompul pada tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh investasi dan tenaga kerja terhadap PDRB sumatera utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah OLS (Ordinary Least Square) dengan data time series tahunan dari 1984-2005 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Pengujian satistik meliputi uji t, uji f, dan R2 square (koefesien


(50)

determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu multikolinieritas, heteroskedasitas dan autokorelasi. Hasil analisis data menunujukan bahwa investasi PMDN, investasi PMA,dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada kondisi perekonomian (dummyvariable) bahwa kondisi sebelum krisis dan sesudah krisis tidak menunujukan perbedaan yang signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.

2. Penelitian kedua berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pertumbuhan ekonomi di karasedinan semarang Era desentralisasi fiscal 2002-2006” yang di tulis oleh Amin pujiati. Variabelnya meliputi PDRB, PAD, dana bagi hasil (DBH), dana alokasi umum (DAU) dan Tenaga Kerja. Metode analisis yang digunakan adalah Data panel yaitu gabungan gabungan antara data time series dengan cross section dari tahun 2002-2006. Objek yang diteliti adalah 6 wilayah karasediana Semarang. Hasil dari penelitian tersebut bahwa PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal dalam proses pertumbuhan ekonomi, DBH berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi DAU berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

3. Penelitian ketiga yang berupa jurnal yang berjudul “ Kajian Tentang Keuangan Daerah Kota Medan di Era Otonomi Daerah 2001-2005”. Yang ditulis oleh Paidi Hidayat dan Sirojuzilan tahun 2006. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana derajat otonomi fiscal atau kemampuan keuangan emerintah kota medan di era otonomi daerah.


(51)

Variable yang di teliti adalah PDRB, PAD, Dana Perimbangan, dan Angkatan Kerja. Penelitian ini menggunakan menggunakan data time series. Metode yang digunakan adalah OLS (Ordinary least Square) dari hasil estimasi diperoleh nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,9911 yang artinya secara keseluruhan variable bebas mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di kota medan sebesar 99,11 persen. Dari pengujian menunujukan bahwa variable PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota medan. Sedangkan dana perimbangan dikota medan memiliki hasil secara signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dan angkatan kerja memberikan pengarug positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan.

4. Penelitian keempat yang berupa jurnal yang berjudul “Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Jawa Tengah” yang ditulis oleh Wiratno Bagus Suryono penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pendapatan asli daerah, tingkat investasi dan tenaga kerja terhadap terhadap PDRB jawa tengah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan data rentan waktu 15 tahun mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 2008. Hasil analisa data menunjukkan bahwa model penelitian ini lolos uji asumsi klasik dengan R-square model sebesar 0,958. PAD, Tingkat Investasi, Tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan secara parsial maupun simultan terhadap PDRB Jawa tengah. Koefisien PAD sebesar 0,812. Adanya pengaruh yang positif antara Tingkat Investasi dengan PDRB Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien tingkat


(52)

investasi 0,036. Adanya pengaruh yang positif antara Tenaga Kerja dengan PDRB Jawa Tengah berdasarkan hasil regresi dapat dilihat koefisien 0,924 Tenaga Kerja.

5. Penelitian yang kelima berupa jurnal yang berjudul “Analisis kinerja keuangan kabupaten/kota pemekaran di Sumatera Utara” yang di tulis oleh Paidi Hidayat dkk,. Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana kinerja keuangan kabupaten/kota pemekaran di sumatera utara dilihat dari aspek pendapatan asli setelah otonomi daerah dan bagaimana peta kemampuan keuangan kabupaten/kota dengan metode kuadran. penelitian ini mengkaji kinerja kemapuan keuangan dengan metode analisis pertumbuhan (growth), analisis peranan (share) dan metode analisis kuadran.Pertumbuhan PAD kabupaten/kota pemekaran di sumatera Utara meningkat sebesar 55,47% per tahun. Dari ketujuh kabupaten/kota tersebut secara keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dan relative cukup tinggi hingga rata- rata tumbuh sebesar 192,81%pertahun dan di ikuti oleh kabupaten Mandailing Natal sebesar 59,04%. Sedangkan pertumbuhan PAD yang relatif cukup rendah adalah kabupaten Humbang Hasundutan dengan rata- rata tumbuh sebesar 12,77% pertahun.


(53)

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

NO PENELITI VARIABEL METODOLOGI HASIL

1 Novita Linda Sitompul

Dependen: PDRB Independen: PMA,PMDN,da

n Tenaga kerja

OLS (Ordinary Least Square) dengan data time

series tahunan dari 1984-2005

Investasi PMDN, investasi PMA,dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh positif terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada kondisi perekonomian (dummy variable) bahwa kondisi sebelum krisis dan sesudah krisis tidak menunujukan perbedaan yang signifikan terhadap PDRB Sumatera Utara.

2 Amin pujiati. Dependen: PDRB Independen:

PAD,DBH, DAU

analisis yang digunakan adalah Data panel yaitu gabungan

gabungan antara data time series dengan cross section

PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Peningkatan PAD yang dianggap sebagai modal dalam prose pertumbuhan

ekonomi, DBH

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Tetapi DAU berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

3 Paidi Hidayat dan Sirojuzilan Dependent: PDRB Independen: PAD,Dana perimbangan, Angkatan Kerja

Penelitian ini menggunakan data time series .metode yang digunakan adalah OLS( Ordinary least Square) .

nilai koefesien determinasi (R2) sebesar 0,9911 yang artinya secara keseluruhan variable bebas mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi di kota medan sebesar 99,11 persen. Dari pengujian menunujukan bahwa


(54)

variable PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di kota medan.

Sedangkan dana

perimbangan dikota medan memiliki hasil secara signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan. Dan

angkatan kerja

memberikan pengarug positif terhadap pertumbuhan ekonomi dikota medan.

4 Wiratno Bagus Suryono

Dependen: PDRB Independen: PAD, Tingkat Investasi, Tenaga Kerja

Penelitian ini menggunakan analisis linier berganda dengan metode

OLS(Ordinary least Square)

nilai koefesien determinasi (R2) sebesar

83,89916

yang artinya secara

keseluruhan variabel PAD, Tingkat Investasi, dan Tenaga Kerja secara bersama- sama

berpengaruh terhadap PDRB

5 Paidi

Hidayat,Wahyu Ario Pratomo, dan D. Agus Harjito

Dependen regional autonomy, Independen orijinal regional income(PAD)

Penelitian ini menggunakan data time series, penelitian ini mengkaji kinerja kemapuan

keuangan dengan metode analisis pertumbuhan(gro wth), analisis peranan (share)

Pertumbuhan PAD

kabupaten/kota pemekaran di sumatera Utara

meningkat sebesar 55,47%per tahun. Dari ketujuh kabupaten/kota tersebut secara

keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dan relative cukup tinggi hingga rata- rata tumbuh


(55)

dan metode analisis kuadran

sebesar 192,81%pertahun dan di ikuti oleh

kabupaten Mandailing Natal sebesar 59,04%. Sedangkan pertumbuhan PAD yang relatif cukup rendah adalah kabupaten Humbang Hasundutan dengan rata- rata tumbuh sebesar 12,77% pertahun.

Dari penelitian-penelitian terdahulu tersebut peneliti memakai PDRB sebagai variable dependen.Sedangkan PAD, Dana perimbangan dan TPAK sebagai variable independen.

I. Kerangka Berfikir

Penelitian ini menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic regional bruto di Kota Depok pada tahun 2001 sampai dengan 2010 .

Menurut undang – undang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan tolak ukur pemberdayaan daerah untuk lebih mandiri dalam mengembangkan potensi daerahnya guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Pendapatan asli daerah merupakan ukuran potensi daerah yang dapat memberikan kontribusi yang sangat penting bagi pembangunan daerah agar terwujud pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka produk domestic regional bruto di pengaruhi oleh pendapatan asli daerah (PAD) diformulasikan sebagai berikut :


(56)

Y=f(X1)………(2.1)

Dimana Y produk domestic regional bruto dan X1 adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Sedangkan menurut Menurut oates (Hadi Sasana, 2009:106-107) Peranan Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dalam desentralisasi fiscal akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, dan kesejahteraan masyarakat. Karena pemerintah daerah akan lebih efesien dalam memproduksi dan penyediaan barang- barang public. Menurutnya daerah memiliki kelebihan dalam membuat anggaran pembelanjaan sehingga lebih efesien dengan memuaskan kebutuhan masrakat karena lebih mengetahui keadaannya.

Dengan mengamsumsikan bahwa produk domestic regional bruto dapat pula di pengaruhi oleh dana perimbangan (DP), sehingga hubungan dana perimbangan terhadap pdrb adalah apabila dana perimbangan meningkat maka produk domestic regional akan mengalami peningkatan pula sehingga persamaan (2.1) menjadi

Y=f(X1,X2)………(2.2) Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan X1 Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP)

Pendapatan asli daerah dan dana perimbangan secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Sedangkan potensi daerah dari segi sumber daya manusia bisa dilihat dari partisipasi angkatan kerja.


(57)

Menurut teori Solow pertumbuhan ekonomi bergantung kepada kesediaan faktor-faktor produksinya yaitu penduduk, tenaga kerja, dan akumulasi modal serta tingkat kemajuan teknologi. Dalam teori Solow tersebut bahwa modal dan tingkat partisipasi angkatan kerja memiliki peranan penting yang cukup penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain tingkat partisipasi angkatan kerja adalah salah satu factor yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian,sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif maka akan menghasilkan output yang tinggi pula yang dapat mempengaruhi PDRB.

Dengan mengamsumsikan bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat pula di pengaruhi oleh Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), sehingga hubungan tingkat partisipasi angkatan kerja terhadap produk domestic regional bruto adalah apabila tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat maka produk domestic regional bruto juga akan mengalami peningkatan pula sehingga persamaan (2.2) menjadi:

Y=f(X1,X2,X3)………(2.3)

Dimana Y adalah Produk Domestic Regional Bruto (PDRB) dan X1 Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan X2 Dana Perimbangan (DP) serta X3 Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar 2.1


(58)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

J. Hipotesis Penelitian

Dalam jurnalnya, Hadi Sasana (2009:106) menjelaskan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan dapat mempengaruhi meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Karena pendapatan asli daerah dan dana perimbangan merupakan salah satu aspek dalam otonomi daerah dan desentralisasi fiscal dari segi pengelolaan keuangan.

. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang “perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintah daerah di dalam rangka perimbangan keuangan Pemerintah pusat dan daerah di laksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentralisasi, dan pembantuan.” Sumber- sumber penerimaan yang di gunakan untuk pendanaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan desentralisasi fiskal terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-lain penerimaan yang sah.

Dalam jurnalnya, Wiratno (2008: 8) menjelaskan bahwa “modal pembangunan yang penting untuk meningkatkan pertumbuhn ekonomi daerah

PAD

DANA PERIMBANGAN

TPAK


(59)

selain dari keuangan daerah adalah sumber daya manusia. Partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang dibisa di lihat dari Tingkat partisipasi angkatan kerja.

Melihat beberapa penelitian telah menunjukan bahwa pendapatan asli daerah dan dana perimbangan merupakan memiliki peranan sangat penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Pendapatan asli daerah menunjukan tingkat kemandirian suatu daerah, sedangkan untuk dana perimbangan semakin banyak dana perimbangan yang di terima dari pusat berarti menunjukan bahwa daerah tersebut belum mandiri dan masih tergantung dengan pemerintah pusat.

Berdasarkan kerangka berfikir diatas dan teori serta penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian maka di buat hipotesis sebagai berikut :

1. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB secara Simultan

2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB secara Parsial.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari empat variabel yang terdiri dari satu variabel tidak bebas (Dependent Variabel) dan tiga variabel bebas (Independent Variabel).

Penelitian ini menggunakan variable yang terdiri sebagai berikut: 1. Variable dependen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2. Variabel Independen : Pendapatan Asli Daerah(PAD), Dana Perimbangan (DP) dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (kuncoro, 2003:134). Sedangkan sampling adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari sampel dan memahami karakteristik elemen populasi.

Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105)

1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti mengambil keputusan yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang di kehendaki.

2. Sampel yang baik mengindentifikasikan setiap probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel.


(61)

3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan pengaruh dalam pemilihan sampel darpada harus melakukan sensus. 4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat

kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.

Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut (kuncoro, 2003:108):

1. Penentuan populasi

2. Penentuan unit pemilihan sampel 3. Penentuan kerangka pemilihan sampel 4. Penentuan desaign sampel

5. penentuan jumlah sampel 6. pemilihan sampel

C. Metode Pengumpulan Data 1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. (Azwar, 2001:91). Data yang di gunakan meliputi : PDRB, Pendapatan asli daerah, Dana Perimbangan dan Tingakat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Sedangkan jenis data yang digunakan adalah time series dari periode 2001 - 2010.Sumber data di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).


(62)

Mengingat keterbatasan data yang diperoleh maka untuk memudahkan penelitian seluruh data sekunder tahunan diinterpolasi menjadi data kuartalan dengan menggunakan metode interpolasi sebagai berikut (Insukindro,1996:1-6, dalam Paidi Hidayat).

Q1 = ¼ [Yt-4,5/12 (Yt-Yt-1)] Q2 = ¼ [Yt-1,5/12 (Yt-Yt-1)] Q3 = ¼ [Yt + 1,5/12 (Yt-Yt-1)] Q4 = ¼ [Yt + 4,5/12 (Yt-Yt-1)]

Dimana Q1,Q2,Q3,danQ4 adalah data kuartalan yang di cari, sedangkan Yt dan Yt-1 adalah data tahunan yang bersangkutan dan sebelumnya.

D. Metode Analis Data 1. Metode Analis

Untuk mengetahui pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, secara umum berdasarkan pada kerangka berfikir maka digunakan model regresi berganda dan secara umumdi gambarkan dalam persamaan sebagai berikut :

PDRB = βo + β1PAD + β2DP + β3TPAK +

Untuk menstandarkan data serta di gunakan untuk koefesien yang sudah elastis model diatas kemudian di transformasikan kedalam bentuk persamaan logaritma natural, persamaannya adalah sebagai berikut : LnPDRB = βo + β1LnPAD + β2LnDP + β3TPAK +


(63)

Dimana :

LnPDRB = Produk Domestik Regional Bruto dalam miliar rupiah LnPAD = Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam miliar rupiah LnDP = Dana Perimbangan (DP) dalam miliar rupiah

TPAK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dalam persen

β0 = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien penjelas masing-masing input nilai parameter

ε = Eror term

2. Uji Asumsi klasik

Suatu model dikatakan baik untuk alat prediksi apabila mempunyai sifat- sifat tidak bias linier terbaik suatu penaksir. Disamping itu suatu model dikatakan cukup apabila sudah lolos dari serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya. Uji asumssi klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji asumsi Klasik yang pertama adalah uji normalitas, dilakukan untuk melihat bahwa suatu data terdistribusi dengan normal atau tidak. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dapat dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Bera (J-B). Deteksi dengan melihat Jarque-Bera test yang merupakan asimtotis (sampel besar dan didasarkan atas residual OLS). Uji stasitistik dari J-B menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Dengan formula sebagai berikut:


(64)

Dimana S=koefisien skewness dan K=koefisien kurtosis. Jika variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S=O dan K=3ini. Jika residual berdistribusi normal maka nilai statistik J-B akan sama dengan nol: (Gujarati, 2007:166)

1. Uji hipotesis

H0 : data tidak normal

Ha : data normal

2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono, 2007:54)

a. Jika probability JBtest lebih besar α 5% = data berdistribusi normal (tolak H0, terima Ha)

b. Jika probability JBtestlebih kecil α 5% = data tidak berdistribusi normal (terima H0, tolak Ha)

b. Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya terdapat korelasi yang signifikan di antara dua atau lebih variabel bebas dalam suatu model regresi.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dalam model persamaan penelitian ini, penulis menggunakan matriks korelasi (Correlation Matriks).

Indikasi awal adanya masalah multikolinearitas dalam model adalah mempuyai standard error besar dan nilai statistik t yang


(65)

rendah. (Widarjono, 2007:113)

Penyembuhan multikolinearitas ada dua, yaitu memperbaiki model supaya terbebas dari multikolinearitas atau membiarkan model mengandung multikolinearitas. (Widarjono, 2007:119)

Jika kita tetap membiarkan model kita terdapat multikolinearitas, maka hal tersebut akan menyulitkan kita untuk memperoleh estimator dengan standar error yang kecil. Masalah multikolinearitas timbul karena kita hanya mempunyai jumlah observasi yang sedikit. Cara menghilangkan multikolinearitas yaitu dengan cara menghilangkan salah satu variabel independen yang mempunyai hubungan linear kuat, mentransformasi variabel dan menambahkan jumlah data. (Widarjono, 2007:120)

Apabila pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan correlation matrix, jika hasilnya ada yang melebihi dari 0,8, itu menandakan bahwa terjadi multikolinearitas yang serius. Jika terjadi multikolinearitas yang serius, maka akan berakibat buruk, karena hal tersebut akan mengakibatkan pada kesalahan standar estimator yang besar. (Gujarati, 2006:68&71)

1. Uji hipotesis

Ho : tidak ada multikolineritas Ha : ada multikolineritas

2. Pada output Eviews 5.0 adalah sebagai berulkut:( Widarjono, 2007:54)


(66)

a.. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya < 0,8) = Tidak terdapat multikolineritas (tolak Ha terima Ho)

b. Pada Correlation Matrix, jika nilai korelasi yang dihasilkan sangat tinggi (umumnya > 0,8) = Terdapat multikolineritas.( tolak Ho terima Ha)

c. Heteroskedatisitas

Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu tidak memilki varian yang sama (Winarno, 2007:5.8). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white.Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedatisitas.

Dari hasil uji White Heteroskedastisity kriteria untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas (Winarno, 2007: 5.14).

1. Uji Hipotesis

H0 = tidak ada Heteroskedastisitas Ha= ada Heteroskedastisitas

2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut:

Bila Prob Obs*R- square < 0,05, = Maka terdapat heteroskedasitisitas (tolak Ho, terima Ha)

Bila Prob Obs*R- square > 0,05,= Maka tidak terdapat heteroskedasitas ( tolak Ha, terima Ho)


(67)

d. Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana kesalahan pengganggu dari periode tertentu (µ) berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari periode sebelumnya (µ). Pada kondisi ini, kesalahan pengganggu tidak bebas tetapi satu sama lain saling berpengaruh. Bila kesalahan pengganggu periode t dengan t-1 berkorelasi, maka terjadi kasus korelasi serial sederhana tingkat pertama (first order autocorrelation).

Dengan adanya penyakit autokorelasi dalam suatu model persamaan ekonometrik akan mengakibatkan uji statistik menjadi tidak tepat dan interval kepercayaan menjadi bisa(biased convidence intervals). Untuk menguji ada tidaknya penyakit autokorelasi dalam model persamaan penelitian ini, digunakan LM-test. Kriteria pengujian ada tidaknya autokorelasi dengan LM test adalah sebagai berikut : 1. Uji hipotesis

Ho : tidak ada autokolerasi Ha : ada autokolerasi

2. Pada output Eviews5.0 adalah sebagai berikut:

Bila Prob Obs*R-square < 0,05, maka terdapat autokorelasi (tolak Ho, terima Ha)

Bila Prob Obs*R- square > 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. (tolak Ho, terima Ha)


(68)

3. Pengujian statistik

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen secara individu dan bersama-sama mempengaruhi signifikan terhadap variabel dependen.Uji statistic meliputi Uji F, Uji t, dan koefesien determinasi.

a. Uji signifikansi Simultan ( uji-F)

Dilakukan untuk menguji pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara bersamaan. Pengujian ini bertujuan mendeteksi apakah semua variabel independen secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen

Apabila nilai F-statistic lebih besar dari F-table, maka variabel- variabel bebas secara signifikan, sebaliknya apabila F-statistic lebih kecil dari F-tabel, maka variabel-variabel bebas secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel tidak bebas secara statistic. (Kuncoro, 2003:219)

b. Uji Parsial (uji-t)

Bertujuan untuk menetapkan signifikansi pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila nilai dari t-statistik lebih dari t-tabel, maka variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas, sebaliknya apabila nilai t-statistik lebih kecil dari t-tabel, maka variabel bebas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel tidak bebas.

c Koefisien Determinasi (R2)

Koefesien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel depennya. Nilai koefesien


(1)

DATA SETELAH DI ESTIMASI

LNPDRB LNPAD

LNDP

TPAK

27.53

22.76

24.17

9.7

27.54

22.97

24.31

9.9

27.56

23.14

24.42

10.2

27.57

23.28

24.53

10.4

27.59

22.89

24.59

10.1

27.60

22.81

24.67

10.1

27.62

22.73

24.74

10.1

27.63

22.64

24.81

10.1

27.65

22.96

24.96

10.4

27.66

23.02

25.05

10.6

27.68

23.08

25.13

10.7

27.69

23.14

25.20

11.4

27.71

23.09

25.13

11

27.73

23.11

25.15

11.1

27.74

23.12

25.16

11.3

27.76

23.14

25.18

11.4

27.78

23.37

25.29

11.4

27.79

23.46

25.34

11.5

27.81

23.54

25.39

11.5

27.83

23.61

25.43

11.6

27.84

23.51

25.48

12.7

27.85

23.51

25.52

13.2

27.86

23.52

25.56

13.7

27.87

23.52

25.60

14.2

27.91

23.61

25.55

14.6

27.93

23.64

25.56

15.1

27.94

23.68

25.56

15.6

27.96

23.71

25.57

16

27.97

23.83

25.64

16.1

27.99

23.88

25.67

16.4

28.01

23.94

25.71

16.7

28.02

23.99

25.73

17.1

28.04

23.91

25.74

16.1

28.05

23.91

25.76

16

28.07

23.91

25.77

15.8

28.08

23.91

25.79

15.6

28.10

24.09

25.81

15.9

28.11

24.16

25.83

15.9

28.13

24.22

25.85

16

28.14

24.28

25.87

16


(2)

Regres ols

Dependent Variable: LNPDRB Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:41 Sample: 2001Q1 2010Q4 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPAD 0.139090 0.031556 4.407735 0.0001 LNDP 0.156485 0.024753 6.321994 0.0000 TPAK 0.021303 0.005462 3.900076 0.0004 C 20.33134 0.689224 29.49886 0.0000

R-squared 0.973734 Mean dependent var 27.83370 Adjusted R-squared 0.971546 S.D. dependent var 0.186308 S.E. of regression 0.031427 Akaike info criterion -3.987638 Sum squared resid 0.035556 Schwarz criterion -3.818750 Log likelihood 83.75276 F-statistic 444.8704 Durbin-Watson stat 0.562463 Prob(F-statistic) 0.000000


(3)

Heterokedastisitas

White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 2.195108 Probability 0.068448 Obs*R-squared 11.41041 Probability 0.076491

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:43 Sample: 2001Q1 2010Q4 Included observations: 40

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.635286 0.750326 2.179434 0.0365 LNPAD -0.108401 0.056991 -1.902054 0.0659 LNPAD^2 0.002318 0.001227 1.889215 0.0677 LNDP -0.029418 0.079413 -0.370438 0.7134 LNDP^2 0.000569 0.001611 0.352961 0.7264 TPAK 0.001857 0.002250 0.825623 0.4149 TPAK^2 -6.63E-05 7.84E-05 -0.845451 0.4039

R-squared 0.285260 Mean dependent var 0.000889 Adjusted R-squared 0.155308 S.D. dependent var 0.000874 S.E. of regression 0.000803 Akaike info criterion -11.25917 Sum squared resid 2.13E-05 Schwarz criterion -10.96362 Log likelihood 232.1834 F-statistic 2.195108 Durbin-Watson stat 2.125136 Prob(F-statistic) 0.068448


(4)

Autokolerasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

2.432751

Probability

0.0995

Obs*R-squared

5.177602

Probability

0.0751

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 02/03/13 Time: 13:44

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LNPAD -0.022618 0.025578 -0.884275 0.3828 LNDP 0.002321 0.018012 0.128845 0.8982 TPAK 0.003690 0.004361 0.846131 0.4034 C 0.424364 0.542244 0.782607 0.4393 RESID(-1) 0.824232 0.167822 4.911354 0.0000 RESID(-2) -0.136968 0.188771 -0.725577 0.4731

R-squared 0.502767 Mean dependent var 6.13E-15 Adjusted R-squared 0.429644 S.D. dependent var 0.030194 S.E. of regression 0.022803 Akaike info criterion -4.586334 Sum squared resid 0.017680 Schwarz criterion -4.333002 Log likelihood 97.72668 F-statistic 6.875674 Durbin-Watson stat 1.799138 Prob(F-statistic) 0.000157


(5)

Multikolineritas

PDRB PAD DP TPAK

PDRB 1.000000 0.955575 0.949606 0.950201 PAD 0.955575 1.000000 0.885603 0.922930 DP 0.949606 0.885603 1.000000 0.880692 TPAK 0.950201 0.922930 0.880692 1.000000


(6)

Uji normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.06

-0.04

-0.02

0.00

0.02

0.04

0.06

Series: Residuals

Sample 2001Q1 2010Q4

Observations 40

Mean

6.13e-15

Median

-0.005847

Maximum

0.054481

Minimum

-0.056972

Std. Dev.

0.030194

Skewness

0.225870

Kurtosis

1.941595

Jarque-Bera

2.207152


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Kemandirian Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Era Disentralisasi Fiskal Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2012

6 112 101

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1994– 2009.

0 3 14

PENDAHULUAN ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1994– 2009.

0 2 11

STUDI KEPUSTAKAAN ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1994– 2009.

1 30 18

KESIMPULAN DAN SARAN ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PDRB KABUPATEN SLEMAN TAHUN 1994– 2009.

0 2 5

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH SERTA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Serta Analisis Flypaper Effect (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi

0 2 17

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH SERTA Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Perimbangan Terhadap Belanja Daerah Serta Analisis Flypaper Effect (Studi Kasus Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi

0 1 15

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN DI KABUPATEN WONOGIRI.

0 4 9

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT PERIODE 2008-2010.

0 0 6