Kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhua'fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya ds.Mangun Jaya kec.Tambun kab.Bekasi

(1)

KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI PANTI ASUHAN ISLAM

RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN KABUPATEN BEKASI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikas untuk memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Isam

Oleh: Zilyusraini Nim 104054002106

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010 M / 1431 H


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul ”KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA DI PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA DESA MANGUN JAYA KECAMATAN TAMBUN KABUPATEN BEKASI” telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 15 Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

Jakarta, 15 Maret 2010 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Dr. Arief Subhan, MA Wati Nilamsari, M. Si. NIP.196601101993031004 NIP.197105201999032002

Anggota

Penguji I Penguji II

Nurul Hidayati, S.Ag.M.Pd Dra. Mahmudah Fitriyah ZA,M.Pd NIP.196903221996032001 NIP.196402121997032001

Pembimbing

Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. NIP. 196012081988031005


(3)

KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA

DI PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA DESA MANGUN JAYAKECAMATAN TAMBUN

KABUPATEN BEKASI Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk memenuhi Syarat-syarat

Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam Oleh:

Zilyusraini Nim 104054002106 Di Bawah Bimbingan

Drs. Helmi Rustandi, M. Ag. NIP. 196012081988031005

JURUSAN

PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010 M / 1431 H


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 April 2010


(5)

ABSTRAK Zilyusraini

Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi

Kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi dan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dia rasakan di bandingkan dengan harapannya. Jadi, tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Pelayanan Sosial adalah proses kegiatan pelayanan yang ditujukan untuk membantu individu, keluarga, organisasi dan masyarakat yang membutuhkan atau mengalami permasalahan sosial, baik yang bersifat pencegahan, pemberdayaan, pelayanan dan rehabilitasi sosial, maupun pengembangan guna mengatasi permasalahan yang dihadapi dan atau memenuhi kebutuhan secara memadai, sehingga mereka mampu melaksanakan fungsi sosial.

Masalah anak yatim dan dhua’fa merupakan permasalahan yang terkait dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai generasi penerus bangsa. Untuk mengatasi masalah anak yatim dan dhua’fa tersebut, maka panti asuhan islam ratna jaya menyediakan 9 pelayanan sosial untuk anak-anak asuh disini, yaitu: pelayanan pengasraman, pelayanan permakanan, pelayanan pendidikan, pelayanan pemeriksaaan kesehatan, pelayanan konsultasi, pelayanan keagamaan, pelayanan keterampilan, pelayanan hiburan dan rekreasi, dan juga pelayanan transportasi. Pelaksanaan pelayanan sosial disini belum sepenuhnya baik atau memuaskan untuk anak-anak asuh disini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhua’fa di Panti asuhan Islam Ratna Jaya. Pengumpulan data melalui wawancara dan observasi secara langsung tentang kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa dan juga pelayanan apa saja yang ada di panti asuhan islam ratna jaya ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penulis menggunakan metode kualitatif dengan menuju data kualitatif deskriptif.

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya bahwa pelayanan sosial yang sudah baik yang ada dipanti asuhan islam ratna jaya adalah: pelayanan keagamaan, pelayanan pendidikan, pelayanan pengasramaan, pelayanan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan transportasi, sedangkan pelayanan yang belum baik adalah: pelayanan permakanan, pelayanan keterampilan, pelayanan konsultasi, dan pelayanan hiburan dan rekreasi.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan pengikutnya. Ada beberapa hambatan yang penulis temukan di dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak, alhamdulillah semua dapat teratasi.

Dengan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd, selaku Ketua Jurusan

Pengembangan Islam.

3. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

4. Pembimbing Skripsi, Bapak Drs. Helmi Rustandi, M.Ag, walaupun dalam kesibukan yang sedemikian padatnya namun senantiasa menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan serta petunjuk yang berharga kepada penulis sampai selesainya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.

6. Kepada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Dakwah dan Komunikasi dan Perpustakaan Nasional. 7. Kepada Ayahanda Tercinta H. Suhelmi Nawawi, S. Ag dan Ibunda

Tersayang Zetti Zuhermi, yang telah memberikan segalanya dengan ikhlas baik moril maupun materil hingga terselesainya kuliah dan skripsi ini.

8. Untuk Kakak dan Adikku Tersayang Ramzil Majdi dan Ahmad Rasyidi yang telah membantu dan perhatiannya.


(7)

9. Untuk Agus Sunandar yang selaku mendukung dan mensupport serta setia meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.

10. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam Angkatan 2004 khususnya kelompok KKN Sumedang Utara terima kasih atas pengalamannya.

11. Semua Sahabatku di Pengembangan Masyarakat Islam: Najah dan teman-teman ku yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

12. Pengurus Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi terima kasih atas bantuan dan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Jakarta, 1 April 2010


(8)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN PANITIA UJIAN...i

PENGESAHAN PEMBIMBING...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iii

ABSTRAK...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….………...1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………...………..9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….10

D. Metodologi Penelitian………...11

E. Tinjauan Pustaka……….………...17

F. Sistematika Penulisan………...18

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Teori Kepuasan...21

B. Anak Yatim dan Dhua’fa...22

1. Anak Yatim...22

a) Definisi Anak ...22

b) DefinisiYatim...23

2. Dua’fa...31

a) Definisi Dhua’fa...31


(9)

c) Langkah-langkah Pengembangan Kaum Dhua’fa...35

C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan...40

1. Pelayanan Sosial ...40

a) Definisi Pelayanan Sosial...40

2. Panti Asuhan...42

a) Definisi Panti Asuhan ...42

b) Sifat-sifat Pelayanan Panti Asuhan...44

c) Fungsi Panti Asuhan...46

d) Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna Jaya....47

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA A. Latar Belakang Berdirinya Panti ...49

B. Visi dan Misi...51

C. Tujuan Didirikannya dan Program Kerja Panti Asuhan Islam Ratna Jaya...52

D. Struktur Organisasi Pengurus Panti...55

E. Sarana dan Prasarana yang dimiliki Panti...56

BAB IV ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM DAN DHUA’FA A. Program Pelayanan Sosial Panti Asuhan Islam Ratna Jaya...57

B. Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial...59


(10)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan...84

B.Saran...85

DAFTAR PUSTAKA...86


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1: Subjek Penelitian...12

Tabel 1.2: Pelayanan Pengasramaan...61

Tabel 1.3: Pelayanan Permakanan...64

Tabel 1.4: Pelayanan Pendidikan...66

Tabel 1.5: Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan...69

Tabel 1.6: Pelayanan Konsultasi...71

Tabel 1.7: Pelayanan Keagamaan...75

Tabel 1.8: Pelayanan Keterampilan...77

Tabel 1.9: Pelayanan Hiburan dan Rekreasi...80


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia, dampaknya mulai terasa sejak awal tahun 1998; selain langsung pada kehidupan ekonomi bangsa, juga berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat. Krisis ekonomi juga menyebabkan turunnya pendapatan nyata penduduk akibat hilangnya kesempatan kerja. Dampak lanjutan adalah kerawanan yang menyangkut berbagai hal, salah satunya ialah bidang ekonomi dan sosial.1

Kemiskinan merupakan faktor utama munculnya anak terlantar (yatim dan dhu’afa) yang keadaannya makin diperparah oleh krisis ekonomi sejak tahun 1997 yang akibat berupa keterlantaran pada anak. Sebagai catatan, pada tahun 2004, jumlah penduduk miskin mencapai 32.339.445 jiwa atau 17,42 persen dari 214.374.096 jiwa penduduk Indonesia (Pusdatin 2004).2

Kemiskinan dan kemerosotan moral maupun spritual merupakan petunjuk dan ketidakberdayaan anak-anak, termasuk anak yatim dan dhua’fa beserta keluarganya akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupannya.3

Jumlah penduduk miskin yang berada dibawah garis kemiskinan Indonesia pada bulan maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen).

1

Kasnodiharjo, Rahmalina S. Prajoso SP Manalu, artikel tanggal 3 November 2008 Http://www.Kalbefarma. Com//files 17.151. Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya dan Faktor Sosio Demografi yang Melatarbelakanginya, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Republik Indonesia).

2

Pedoman Pelayanan Sosial Anak Terlantar Melalui Pengembangan Usaha Ekonomi Keluarga.

3

Triyanti, Maria April Astuti Anny. Pemberdayaan Anak di DKI Jakarta. (Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi 2000),


(13)

Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta jiwa (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 39,5 juta. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan pedesaan tidak banyak berubah. Pada bulan maret 2006 sebagian besar (63,41 persen) penduduk miskin berada daerah pedesaan.4

Dampak krisis yang dialami bangsa Indonesia sejak tahun 1997, terus bertambah terasa dalam berbagai sektor kehidupan diantaranya yaitu: harga-harga kebutuhan bahan pokok yang terus semakin mahal, biaya pendidikan dasar yang juga bertambah tinggi, tenaga kerja produktif yang harus berhenti dari pekerjaanya, secara umum pendapatan masyarakat menurun.5

Beberapa contoh nyata adanya dampak krisis ekonomi adalah bertambah lebarnya kesenjangan antara golongan kaya dan miskin, biaya kesehatan yang sangat tinggi, murid sekolah wajib belajar 9 tahun yang terpaksa harus putus sekolah karena mereka tidak mampu lagi membiayai sekolahnya, bertambahnya jumlah PHK, pengangguran yang frustasi nekat berbuat kriminal, kuantitas dan kualitas makanan keluarga menurun, kepercayaan menurun, kepercayaan terhadap pemerintah menurun.6

Situasi ini mengakibatkan berkembangnya dampak buruk terhadap anak, yaitu tidak terpenuhinya berbagai hak dan kebutuhan anak untuk dapat berkembang secara wajar sehingga banyak anak yang terpaksa menjadi yatim piatu, putus sekolah dan mencari nafkah sendiri di jalan.

4

Http://www. Tempo.co.id. Anton Sudjadi, Tolak Ukur dan Jumlah Orang Miskin, (Jakarta: Internet 3 November 2008).

5

Pelatihan Pengembangan Masyarakat-Strata Pemula Untuk Tenaga Pendamping Pemberdayaan Masyarakat Mandiri.

6


(14)

Akibatnya, dalam 10 tahun terakhir persoalan anak-anak dan remaja di Indonesia tidak banyak yang dapat diselesaikan. Maka pada kenyataannya anak-anaklah yang pertama menjadi korban dari masalah rumah tangga dan kemiskinan yang mempengaruhi ekonomi keluarga.

Orang tua (keluarga) memegang peranan penting dalam pengasuhan anak agar anak mendapat perhatian dan terpenuhinya hak-hak anak sehingga terhindar dari keterlantaran. Keterlantaran pada anak bukan saja berdampak pada keberadaan anak itu sendiri tetapi juga terkait dengan masa depan bangsa dan dampak sosial yang ditimbulkannya.7

Keluarga sebagai unit terkecil dalam tatanan masyarakat merupakan unsur penentu pertama dan utama keberhasilan pembinaan anak sebagai generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa. Posisi strategis ini hanya dapat diwujudkan apabila keluarga mampu melaksanakan fungsi dan perannya secara serasi dalam kehidupan keluarga dan sebagai unsur yang aktif partisipatif dalam usaha pembinaan lingkungan sosial yang tentram dan sejahtera.

Seorang anak sangat mendambakan perhatian dan sentuhan kasih sayang dari kedua orang tuanya dan mendapat kehidupan yang layak bagi mereka. Akan tetapi, ketika salah satu dari mereka (orang tua) anak terutama seorang ayah meninggal, maka si anak merasa ada sesuatu yang kurang dan merasa kehilangan seorang sosok bapak yang menjadi figuran dan teladan baginya. Apa lagi jika kedua orang tuanya meninggal, maka ia akan merasa kesepian dan hidup sebatang kara tanpa adanya lagi perhatian

7

Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan ekonomi Kaluarga Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).


(15)

dan kasih sayang dari orang tuanya, serta mereka tidak akan lagi mendapat kehidupan yang layak bagi mereka yang harus kita penuhi. Maka disini anak mempunyai hak adalah mendapatkan nama yang bagus dan baik mendapatkan pendidikan, pembiayaan serta pemenuhan kebutuhan dan dinikahkannya.

Dengan demikian jelas bahwa letak persoalan bukan pada korban yakni pada kaum dhuafa dan anak yatim melainkan sistem rilesasi sosial dan budaya yang membawa akibat pada kemiskinan terjadi pada kebijakan-kebijakan pemerintah tidak memihak pada kaum dhuafa.8 Anak-anak dhu’afa dan anak yatim yang ada di Indonesia merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak boleh termarjinalkan, karena hal tersebut merupakan tindakan dokumentasi masalah yang timbul seputar anak-anak kaum dhu’afa dan anak yatim yang merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai sesama makhluk sosial terlebih lagi negara sebagai institusi yang mengatur hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya dalam konteks hidup bernegara dan bermasyarakat.

Anak yatim dan dhu’afa merupakan permasalahan yang terkait dengan keberadaan masa depan anak secara umum sebagai penerus generasi bangsa. Oleh karena itu penanganan anak yatim dan dhu’afa (terlantar) menjadi tanggung jawab bersama agar di dapatkan upaya yang

8

Abul Laits Assamrqondi, H. Salim Bahreis, Tanbihul Ghofilin, (Jakarta: Sa’diyah Putra, 1984), Jilid 2, h. 543.


(16)

lebih efektif dan optimal. Anak yatim dan dhu’afa merupakan masalah sosial yang banyak ditemukan di masyarakat.9

Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan suatu pemenuhan kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjujung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan falsafah kita, yaitu pancasila.10.

Hakikat pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional, bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial baik individu, maupun kelompok dalam masyarakat.11

Sistem pelayanan kesejahteraan sosial melalui sistem panti maupun sistem non panti atau berbasiskan pada keluarga atau masyarakat tidak dapat memenuhi kebutuhan anggotanya. Pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial menuntut profesionalisme dan akuntabilitas, sehingga memerlukan standar pelayanan.12

Pelayanan sosial pada prinsipnya mempunyai 3 unsur utama, yaitu:

13

1). Pelayanan sosial merupakan akitivitas profesi pekerjaan sosial

9

Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Dalam Panti (PSBR). 10

Syarif Muhidin. Pengantar Kesejahteraan Sosial, (Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1997).Cet.Ke-VII.h.5.

11

Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS), Standarisasi Panti Sosial, (Jakarta: 2005),h.3.

12

Ibid,h.3-4. 13

Dr. Soetarso, MSW, Kesejahteraan Sosial, Pelayanan Sosial, dan Kebijakan Sosial (Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1993), h.103.


(17)

bersama dengan profesi lain (bukan monopoli pekerja sosial ), 2). Pelayanan sosial ditujukan untuk membantu orang agar seseorang dapat mengembangkan diri, tidak bergantung, memperkuat relasi keluarga dan juga memperbaiki individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, 3). Pelayanan sosial diberikan agar penerima pelayanan dapat berfungsi sosial dengan baik.

Peraturan pemerintah yang mengatur tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial yaitu:

a) Yang tercantum dalam Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 34 Ayat (1) yang berbunyi, fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh Negara.

b) Amandemen Undang-undang Dasar 1945 yaitu pasal 33 Ayat (2) yang berbunyi, negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

c) Rancangan Undang-undang Dasar 1945 tentang kemiskinan, yang disusun oleh Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial Departemen Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial.14 Oleh karena itu salah satu sarana yang dilakukan dalam memberikan kesejahteraan sosial kepada anak yatim, piatu dan dhuafa adalah melalui sistem panti ini adalah merupakan salah satu bentuk usaha kesejahteran sosial dalam hal ini yatim, piatu dan dhuafa, dimana mengacu pada program pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkrit

14

Http://www.depsos.gi.id/kfm. Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial (Departemen Sosial Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, RUU Kemiskinan, (Jakarta: Internet 14 September 2008)


(18)

(nyata) berusaha menjawab kebutuhan atau masalah yang dihadapi anggota masyarakat.15

Panti Asuhan Islam Ratna Jaya merupakan salah satu lembaga sosial masyarakat yang ada di wilayah tambun bekasi yang peduli terhadap nasib anak-anak kurang mampu, seperti: yatim, piatu dan dhuafa. Panti ini juga memiliki ciri-ciri panti pada umumnya yaitu: adanya visi, misi lembaga, program pengurus, serta anak asuh yang ditangani, kemudian sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan sosial dipanti ini dirasakan cukup.

Dalam ajaran Agama Islam aturan dan kewajiban untuk memberi perhatian, pengawasan dan santunan terhadap anak yatim merupakan satu perintah yang terdapat dalam Al-qur’an Surat Al-Maa’un ayat 1-7 sebagaimana Firman Allah SWT yang berbunyi:

⌧ ☺

☺ ⌧

☺ ☺

Artinya: ”Tahukah kamu orang mendustakan agama, itulah orang yang menolak anak yatim, dan tidak menganjurkan (manusia) untuk memberi makan orang miskin, maka kecelakaanlah bagi orang yang shalat, (yaitu) mereka yang melalaikan shalat mereka, yang berbuat riya (pamer), dan enggan memberikan pertolongan (kepada orang lain)”. (Q.S. Al-Maa’un: 1-7)

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar

15

Drs. Isbandi Rukminto Adi, MPH, Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Dasar-dasar Pemikiran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 1994),h.7.


(19)

(yatim dan dhu’afa), memberikan pelayanan pengganti perwakilan anak-anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak-anak asuh, sehingga anak asuh mendapat kesempatan yang luas dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagian dari penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam pembangunan sosialnya.16

Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses program pelayanan sosial, karena melalui pelayanan sosial yang ada di panti asuhan juga dapat mengetahui bagaimana proeses pelayanan sosial yang dapat berguna buat anak-anak yang ada dipanti.

Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di Panti Asuhan.

Maka dengan adanya Panti Asuhan disini sangat membantu mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi di dalam kehidupan ini sehingga mereka dapat menjalani hidup yang tidak dibedakan dengan anak-anak yang taraf ekonominya lebih baik dan yang masih punya orang tua.

Disini peneliti berusaha mempelajari sejauh mana Kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti

16

Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta: Binkesos, 1989), h.3.


(20)

Asuhan Islam Ratna Jaya yang berada di daerah Tambun-Bekasi bagi anak-anak Indonesia khususnya anak-anak kurang mampu atau anak yatim dan dhuafa. Penulis menganggap bahwa mereka pun layak mendapatkan pelayanan sosial yang bai seperti: terpenuhinya kebutuhan mereka sehari-hari, mendapatkan pendidikan yang layak anak-anak yang lain pada umumnya.

Oleh sebab itu peneliti, tertarik untuk memperdalam pembahasan skiripsi ini yang berjudul: ”Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhu’afa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.

Dengan menempatkan Panti Asuhan Islam Ratna Jaya, yang beralamat di Jl. Pendidikan 2 No. 30 Kp. Siluman Mangun Jaya Tambun-Bekasi sebagai lembaga sosial yang membantu anak-anak fakir miskin, yatim piatu, sarana dan prasarana yang dimilikinya panti sangat menunjang dalam masalah yang diteliti, tempatnya tidak terlalu jauh, keterbatasan waktu, biaya dan tenaga.

B. PEMBATASAN dan PERUMUSAN MASALAH

1. Pembatasan masalah

Dengan mengetahui program-program apa saja dan kepuasan anak asuh terhadap pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya dan untuk mempermudah dan memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, maka penulis membatasi masalah pada “Program-program pelayanan apa saja dan kepuasan anak asuh terhadap pelayanan-pelayanan tersebut dipanti”.


(21)

2. Perumusan Masalah

Adapun masalah yang perlu dirumuskan dalam pembahasan skripsi ini adalah:

a) Program apa saja yang dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya? b) Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap program pelaksanaan

pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian.

a) Untuk mengetahui program-program pelayanan sosial apa saja yang ada di Panti.

b) Untuk mengetahui bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan-pelayanan sosial yang ada di Panti.

2. Manfaat Penelitian.

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu sosial kemasyarakatan yang bersifat praktis dan jelas.

b. Penelitian ini diharapkan dapat membantu Panti Asuhan Islam Ratna Jaya dalam melaksanakan program-programnya.

c. Penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang berguna bagi peneliti dan para pembaca.


(22)

D. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian adalah alat uji dan analisa yang digunakan untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid, reliable dan objektif. 17 1. Pendekatan Penelitian.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, prilaku, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagi metode alamiah.18 Pendekatan kualitatif dapat digunakan untuk mempelajari dan mengerti apa yang telah terjadi di belakang setiap fenomena atau kenyataan yang baru sedikit dimengerti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif untuk mendapatkan gambaran yang konkrit tentang pelayanan sosial bagi anak yatim da dhuafa yang dilakukan di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

Menurut Bogdan dan Taylor mengenai definisi metodologi penelitian kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.19

17

Dra. Hj. Ipah Fatimah, Buku Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, h.34.

18

Moleong, lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya),h.6.

19


(23)

Dengan demikian data pada penelitian ini adalah mengenai Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhua’fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

2. Teknik Pemilihan Subjek dan Informan Penelitian.

Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian ini adalah teknik purpose (bertujuan) dimana informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan penelitian.20 Menurut Neuman konsep sampel dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana memilih informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai elemen-elemen yang ada. Tidak ada ketentuan baku tentnag jumlah informan minimal yang harus dipenuhi pada suatu penelitian kualitatif. Bila data yang dikumpulkan telah dianggap mendalam dan memenuhi tujuan penelitian, maka dapat diambil jumlah sampel kecil.21

Penelitian ini akan menggali data seluas-luasnya dari pihak-pihak yang terlibat dalam kepuasan anak anak asuh terhadap pelayanan sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya. Pihak-pihak tersebut antara lain adalah Ketua atau pengurus pengasuh dan anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini.

20

Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,2004),h.63.

21

Lawrence W. Neuman, Social Research Methods: Qualitative dan Quantitative Approaches (Needham, Heights: Allyn dan Bacon, 200), h. 20-21.


(24)

Sedangkan informan yang digunakan adalah anak-anak asuh yang memberikan informasi tentang kegiatan pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

Tabel 1: Sumber Penelitian

No. Informan Informasi yang Dicari Jumlah

Peneliti 1. Ketua atau pengurus

atau pengasuh

Gambaran lembaga, anak asuh dan pelayanan sosial yang ada di panti ini

1

2 Anak asuh Perihal pelayanan sosial

yang diterima

20 3.Sumber Data

Sumber data penelitian dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Sumber Data Primer, merupakan data yang belum tersedia sehingga untuk menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya.22

Data primer dibagi menjadi 2 sumber data yaitu:

1. Data Utama data yang diperoleh secara langsung dari partisipan atau sasaran penelitian, yaitu kepala atau pengurus atau pengasuh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri.

2. Data Umum yaitu data yang diperoleh dari anak yatim dan dhuafa yang bertemu langsung dipanti dan yang menjadi sampel berjumlah 20 anak panti.

b. Sumber Data Sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari catatan-catatan dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Catatan dan dokumen tersebut berupa internet tentang gambaran

22

Jaenal Arifin, Teknik Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data, disampaikan pada Pelatihan Penelitian Mahasiswa FDI Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Sabtu 23 April 2005, h. 17.


(25)

umum Panti Asuhan Islam Ratna Jaya berupa buku panduan dan proposal.

4. Lokasi Penelitian.

Penelitian dilaksanakan di lokasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya yang beralamat di Jl. Pendidikan, No.30. Kp. Siluman Mangunjaya Tambun-Bekasi.

5.Waktu Penelitian.

Penelitian ini berlangsung sejak bulan november 2008, namun efektif waktu pelaksanaanya pada bulan april sampai juli 2009.

6.Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:

a. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab yang sistematis tatap muka.23

Penelitian ini menggunakan wawancara langsung dengan narasumber kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan Bapak Zuhri dan anak-anak asuh yang ada di panti asuhan islam ratna jaya dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh data, dengan demikian dapat memperluas informasi yang dibutuhkan. Pertanyaan pokok bagi narasumber adalah bagaimana pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa yang ada di panti asuhan islam ratna jaya.

23


(26)

Wawancara pertama dilakukan pada tanggal 4 Juni 2009 pada jam 11.00 WIB, dengan kepala atau pengurus atau pengasuh panti asuhan islam ratna jaya Bapak Zuhri, kemudian dilanjutkan dengan anak-anak asuh yang ada di panti asuhan ini . Penelitian wawancara ini dilakukan hanya untuk pelengkap data yang dibutuhkan, sedangkan wawancara untuk anak asuh menggunakan angket atau selebaran kertas yang diisi satu persatu oleh anak-anak asuh dengan 10 pertanyaan yang berisi tentang bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial dan pelayanan-pelayanan apa saja yang di panti asuhan islam ratna jaya ini.

b. Dokumentasi yaitu mencari data yang tertulis baik berupa buku, jurnal, ataupun lainnya.24 Teknik ini dilakukan dengan cara mengklasifilasikan dan mempelajari bahan-bahan yang tertulis yang berkaitan dengan penelitian, dan mengambil data atau informasi yang dibutuhkan pada sumber berupa dokumen, buku, majalah, koran, dll.

Penelitian ini selain menggunakan observasi dan wawancara langsung ke tempat sasaran atau tujuan, penelitian ini juga perlu menggunakan data-data dokumentasi tertulis dari panti asuhan islam ratna jaya yang berupa buku-buku atau catatan-catatan dokumentasi panti agar untuk melengkapi semua data-data yang diambil oleh penulis disini.

7. Teknik Pencatatan Data.

24

Imam Suprayogo dan Tobroni, Metode Penelitian Sosial Agama, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004),172.


(27)

Pencatatan data dilakukan dengan cara pencatatan lapangan yang berisi hasil wawancara dan pengamatan atau observasi. Pengamatan secara cermat terhadap kegiatan pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa secara langsung di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

Teknik wawancara digunakan untuk mengumpulkan keterangan tentang Kepuasan Anak Asuh Terhadap Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhu’afa dalam hal ini, penulis mengajukan beberapa pertanyaan yang telah peneliti siapkan kepada responden, lalu di jawab oleh pemberi data dengan bebas terbuka. Penelilitian ini menggunakan wawancara langsung dengan narasumber kepala atau pengurus atau pengasuh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Bapak Zuhri dan anak-anak asuh panti dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan berdasarkan pedoman pertanyaan dari penulis untuk memperoleh data, dengan demikian dapat memperluas informasi yang dibutuhkan peryataan pokok bagi narasumber adalah pelayanan-pelayanan sosial apa saja dan bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa yang ada di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

8. Teknik Analisis Data.

Setelah data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan diklasifikasikan dengan melakukan analis sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

Analisis data adalah suatu proses pengumpulan data agar bisa ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Hal ini di dasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis dan


(28)

meliputi kegiatan reduksi data. Menganalisis secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang sederhana.25

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku ”Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan disertasi, UIN Syarief Hidayatullah Jakarta 2002” yang diterbitkan UIN Pers, cet.ke-2, tahun 2002.

9. Keabsahan Data

Kredibilitas (Derajat Kepercayaan) dengan menggunakan tehnik triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui program pelayanan-pelayanan sosial apa saja dan bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhu’afa yang dilakukan Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

b. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya dengan jawaban yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan Islam Ratna Jaya yaitu Bapak. Zuhri, S. Ag, MM

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan. Peneliti memanfaatkan dokumen atau data

25

Pius A. Partanto M, Dahlan Al-Bahry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), cet.k3-1.h.658.


(29)

E. Tinjauan Pustaka

Untuk membandingkan maka peneliti memaparkan skirpsi peneliti dengan skripsi yang berjudul ”Pelayanan Sosial Bagi Anak Yatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Anak An-najah, Pertukangan Selatan, Jakarta Selatan”.

Disusun Oleh: Aan Saputra

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi / Kesejahteraan Sosial Lulusan : 2008 / 1429 H

Skripsi ini jelas berbeda dengan skripsi yang saya buat ada letak perbedaannya antara lain pada:

a. Subjek: Yatim, Piatu dan dhuafa di panti non pemerintah

b. Adapun masalah yang dibahas oleh skripsi adalah jenis pelayanan. Dengan melihat beberapa skripsi terdahulu, maka skripsi walau hampir sama dengan skripsi diatas namun berbeda materi yang dibahas, yaitu: tentang ”Kepuasan Anak Asuh terhadap Pelayanan Sosial Bagi AnakYatim dan Dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi”.

Adapun masalah yang penulis bahas adalah:

a. Program apa saja ynag dilakukan oleh Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi?

b. Bagaimana kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhuafa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya Desa Mangun Jaya Kecamatan Tambun Kabupaten Bekasi?


(30)

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari 5 bab, yaitu tentang pendahuluan, kerangka pemikiran, profil lembaga, analisa kasus dan penutup. Secara garis besar isi dari tiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN yang meliputi: Latar belakang masalah, Perumusan dan Pembatasan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Tinjauan pustaka dan Sistematika penulisan.

BAB II: LANDASAN TEORI yang meliputi: Teori Kepuasan, Anak Yatim dan Dhua’fa (Definisi anak dan Definisi anak yatim), Dhu’afa (Pengertian dhu’afa, Ruang lingkup dhu’afa dan langkah-langkah pengembangan kaum dhu’afa). Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan (Definisi pelayanan sosial, Penyelenggara pelayanan sosial, Prinsip-prinsip pelayanan sosial). Panti Asuhan (Pengertian panti asuhan, Sifat-sifat pelayanan panti asuhan dan Fungsi dan tujuan panti asuhan, serta Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya).

BAB III: GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN yang meliputi:

Latar belakang berdirinya panti asuhan, Visi dan misi, Tujuan dan program kerja panti asuhan, Struktur organisasi kepengurusan panti asuhan serta Sarana dan prasarana

BAB IV: ANALISIS KEPUASAN ANAK ASUH TERHADAP

PELAYANAN SOSIAL BAGI ANAK YATIM & DHUAFA di PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA yang meliputi:


(31)

Program pelayanan-pelayanan dan kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial yaitu: (Pelayanan Sosial Pengasramaan, Pelayanan Sosial Permakanan, Pelayanan Sosial Pendidikan, Pelayanan Sosial Pemeriksaan Kesehatan, Pelayanan Sosial Konsultasi, Pelayanan Keagamaan, Pelayanan Sosial Keterampilan, Pelayanan Sosial Hiburan & Rekreasi serta Pelayanan Sosial Transportasi).

BAB V: PENUTUP yang meliputi: Kesimpulan dan Saran. DAFTAR PUSTAKA


(32)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Teori Kepuasan

1. Pengertian Teori Kepuasan

Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan pada awalnya muncul ditahun 1940 dan mengalami kemunculan kembali dan penguatan di tahun 1970an dan 1980an. Para teoritis pendukung Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan berargumentasi bahwa kebutuhan manusialah yang mempengaruhi bagaimana mereka menggunakan dan merespon saluran media. Zillman sebagaimana dikutip Mc Quail telah menunjukkan pengaruh mood seseorang saat memilih media yang akan ia gunakan, pada saat seseorang merasa bosan maka ia akan memilih isi yang lebih menarik dan menegangkan dan pada saat seseorang merasa tertekan ia akan memilih isi yang lebih menenangkan dan ringan. Kepuasan adalah persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi.26

Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dia bandingkan dengan harapannya.27 Kepuasan bisa bersifat infinite dan definite. Selama kepuasan itu belum tercapai, maka manusia akan terus-menerus mengejarnya, bahkan ketika manusia tersebut sudah mendapat kepuasan tersebut, ia akan berusaha untuk meraih kepuasan yang lebih tinggi lagi.

26

Richard F. Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit PPM, 2002), cet,ke-2,hal.11.

27

Philip Kotler, Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian .(Jakarta: Salemba Empat Prentice Hall, 1995), terj. Ancella Anitawati Hermawan, edisi ke-8,hal.46.


(33)

Jadi kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

B. Anak Yatim dan Dhu’afa

1. Anak Yatim a. Definisi Anak

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esayang diberikan pada setiap manusi ynag senantiasa harus kita pelihara dengan baik, karena dalam dirinya terdapat harkat, martabat serta kedudukan sebagai hak untuk hidup layak seperti anak-anak lainnya.

Anak adalah manusia biasa yang berbentuk kecil, tetapi anak adalah makhluk yang masih lemah dalam seluruh jiwa dan jasmaninya maupun kehidupan fisik dan psikis anak berbeda dengan orang dewasa karena ia sedang masa pertumbuhan yang mengikuti hukum genesa, secara individual berbeda dengan yang lain.28

Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dan agama, yang memiliki potensi sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi dimasa depan. Dengan demikian seharusnya anak-anak harus terpenuhi segala kebutuhannya baik kebutuhan fisik, sosial maupun mental rohaniahnya, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi penerus yang berkualitas dimasa depan. 29

Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dan kemampuan, namun tidak semua

28

Agus Sujanto, Psikologis Perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1996), Cet-Ke-7, h.35.

29

Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Pusat Pelatihan Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia, 2005) volume10,h.42.


(34)

keluarga dapat memneuhi seluruh hak dan kebutuhan anak. Anak adalah belahan jiwa yang sangat didambakan kehadirannya oleh orang tua dan anak merupakan titipan ilahi yang harus dijaga kesucian (fitrah)nya serta anak pun merupakan sebagai pelengkap perhiasan dunia serta harta benda, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi:

Seperti dalam bukunya Hasan Langgulung, menurut pandangan AL_Ghazali mengatakan bahwa anak merupakan amanant dan tanggung jawab ditangan orang tua, jiwanya yang suci dan murni merupakan permata mahal dan bersahaja yang bebas dari ukiran siapa saja yang ia cenderungkan kepadanya.30

Setelah kita mengetahui pengertian anak diatas maka penulis sedikit menyimpulkan anak adalah makhluk yang diamanatkan oleh Allah SWT kepada manusia atau orang tua untuk dapat dibimbing menjadi manusia seutuhnya sebab jiwa dan jasmani anak belum penuh berdiri dengan kokoh, karena ia masih dalam perkembangan dan pertumbuhan.

b. Definisi Yatim

Secara umum yatim terbagi menjadi dua yaitu:

a. Yatim adalah anak yang ditinggal wafat bapaknya, sedangkan ia belum berusia baligh.

30

Hasan Langgulung, Pendidikan dan Peradaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1985), Cet-Ke-3,h.19.


(35)

b. Piatu adalah anak yang ditinggal ibunya sedangkan ia belum berusia baligh.31

Untuk lebih jelasnya kata yatim berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata: ﺎﻤﺘ ﺎﻤﺘ ﻢْﺘ

-ْﻢﺘ Dimana artinya: telah menyendiri, sedang

menyendiri, menyendiri.

Sedangkan pada kamus Al-Munjib yatim adalah:

ْﻦ

ﺪ ﻘ

ﻩﺎ ا

ْ و

ﻎ ْﻳ

ﱢﺮ ا

لﺎﺟ

Artinya: adalah ” Anak yang kehilangan ayahnya sedangkan ia

belum sampai pada batas orang dewasa ”.32

Adapun pengertian yatim menurut istilah adalah tidak berbapak atau tidak beribu, atau tidak beribu bapak, tetapi sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal dunia.33 Kemudian dipertegas lagi oleh Hasan Shadaly bahwa yatim adalah anak yang belum dewasa dan yang tidak berbapak lagi. 34

Sedangkan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, makna yatim adalah anak yang tidak beribu atau tidak berbapak, sebagian orang memakai kata yatim untuk anak yang bapaknya meninggal. Sedangkan piatu adalah anak yang tidak yatim saja, juga tidak ada yang memeliharanya.35

31

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), 1153.

32

Luis al_Ma’luf, Al-Munjid Fill Lughat Wal-A’lam, (Jakarta: Moderen English, 1991), h.1727.

33

Petersalin dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Moderen English, 1991),h.1727.

34

Hasan Shadaly, Ensiklopedi Indonesia, (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve, 1984), Jilid 7,h. 3977.

35


(36)

Para ahli dan ulama berbeda pendapat tentang pengertian yatim piatu diantaranya sebagai berikut:

a) Hasan Ayub mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang telah ditinggalkan ayah dan ibunya sebelum mencapai kedewasaanya, dan jika sudah dewasa maka tidak disebut yatim piatu”.36

b) Sri Suhadjadi mengatakan bahwa: ”yatim piatu adalah anak yang ditinggal mati ayah dan ibunya”.37

c) H. Ahmad Zurzani Djunaedi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua mereka yang menanggung biaya penghidupannya”.38

d) Rudi Setiadi mengatakan bahwa: ”anak yatim adalah anak yang ditinggal mati ayah dan ibunya selagi belum mencapai umur baligh”.

39

e) Drs. Moh. Ngajean berpendapat bahwa: ”yatim adalah yang ayahnya sudah meninggal ketika ia masih kecil. Piatu adalah anak yang tidak beribu”.40

f) Syeikh Othman Bin Syeikh Salim, B.A. mengemukakan bahwa: ”yatim adalah anak yang kematian kedua orang tuanya, sedang piatu adalah tidak beribu tidak berbapak, atau tiada sanak saudara”.41

36

Hasan Ayub, Etika Islam: Menurut Islam yang Hakiki, (Bandung: Trigenda Karya, 1994). Cet-Ke-1,h.362.

37

Sri Sudjadi Sukri, “ Menyantuni Anak Yatim Psikologis” Dalam Suara Merdeka, 21 November 2003,h.1.

38

Ahmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulan Syarif, Sepuluh Inti Perintah Allah, (Jakarta: PT. Fikhati Aneska, 1991), Cet-Ke-3,h.19.

39

Rudi Setiadi, “Menyantuni Anak Yatim“, Dalam Renungan Jum’at, 10 Desember 2004,h.1992), Cet-Ke-3,h.1.

40

Mohammad Ngajean, Kamus Etimologi Bahasa Indonesia, (Semarang: Dahara Prize, 1992), Cet. Ke-3,h.139.


(37)

Dengan demikian, anak yatim adalah anak yang ditinggal wafat ayahnya sedangkan ia masih berada dalam usia baligh dan belum dapat mengurus dirinya dengan baik. Dalam ajaran islam, baligh adalah batas usia dari masa anak-anak kepada masa dewasa. Untuk dapat mengetahui tanda baligh dan batas umur seorang anak yang disebut yatim adalah sebagai berikut:

1) Telah berumur 15 tahun 2) Telah keluar mani

3) Telah haid bagi anak perempuan 42 Pandangan Islam Tentang Anak Yatim

Anak yatim adalah anak yang patut diperhatikan dan disayangi, terutama mereka yang keluarganya kurang mampu, sebab mereka telah kehilangan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya yang telah meninggal. Selain itu, mereka membutuhkan bimbingan dan pengawasan untuk kemajuan bagi masa depannya. Karena kedudukan anak yatim mendapatkan tempat yang sangat istimewa di dalam ajaran agama Islam, ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Banyak yang menyinggung dan mencontohkan tentang bagaimana cara memperlakukan dan menyantuni anak yatim. Memperlakukan dan menyantuninya akan mendapatkan pahala yang sangat besar.

Menurut Prof. Dr. Mutawali As-Sya’rowi dalam bukunya yang berjudul “Dosa-Dosa Besar” mengemukakan bahwa anak yatim adalah

41

Md. Nor. Bin Hj. Ab. Ghani, B.A., Kamus Dewan Edisi Baru, (Slangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan pustaka Lot 1037, 1991), Cet. Ke-1. 1469.

42

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Batu Al-Gensindo, 1994), Cet. Ke-27,h.316.


(38)

individu yang kehilangan keluarganya dan oleh karena itu dikatakan sebagai “Durratun Yatiimah”, yang artinya seseorang yang sendirian. Dengan demikian, anak yatim merupakan simbol dari kelemahan dalam kehidupan manusia yang perlu mendapatkan pertolongan. Maka dari itu, kita harus menyayangi mereka, harus memperhatikan dan menyayangi anak yatim karena mereka merupakan titipan kepada umat yang harus diberikan santunan, diurus, dan dididik dengan baik, sehingga mereka dapat merasakan yang sama sewaktu orang tua mereka masih ada. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :

“Orang yang paling baik kepada anak yatim laki-laki atau perempuan, maka saya dengan orang itu dikemudian hari dalam syurga seperti ini (seperti jari telunjuk dan jari tengah)”. (H.R. Hakim dari Anas)43

Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa agama Islam begitu besar perhatiannya terhadap anak-anak yatim, sehingga Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan bahwa orang yang menyantuni dan melindungi anak-anak yatim mereka akan masuk syurga bersama beliau, dan kedekatannya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. Artinya tidak akan terpisahkan. Jadi, demikian besar penghargaan Nabi terhadap mereka yang menyantuninya.

Permasalahan ekonomi adalah salah satu faktor yang akan mempengaruhi kehidupan bagi anak-anak yatim di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari di samping faktor-faktor yang lain yang

43

As-Sayyid Ahad Al-Hasyimiy, Terjemahan Mukhtarul Hadits, Hikamil Muhammadiyah. (Bandung: Alma’arif,1996) Cet. Ke-6, h 734


(39)

dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu, Al-Qur’an sangat mengecam keras orang yang berusaha untuk menghabiskan harta anak yatim. Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisaa ayat 2 :

Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka, jangan kamu, menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar” (Q.S. An-Nisaa : 2)44

Kutipan ayat di atas menunjukkan betapa besar perhatian Allah SWT kepada anak yatim dan tentunya merupakan tuntunan yang harus dipatuhi oleh umat manusia. Betapa pun beratnya menyantuni dan menyayangi anak yatim, tetapi lebih berat lagi bahaya yang ditimbulkan akibat membiarkannya hidup terlantar tanpa ada seorang pun yang mempedulikannya. Maka dari itu kita harus bertanggung jawab untuk menyantuni, menyayangi, mengasihi, dan lebih tepatnya lagi sebagai pengganti orang tua mereka yang telah tiada. Karena menyantuni anak yatim identik dengan membangun masa depan bangsa secara nyata, yaitu dengan menanamkan harapan pada anak yatim di masa kini agar dapat menuai masa depan mereka yang cerah. Selain itu, pemerintah pun harus bertanggung jawab terhadap nasib-nasib mereka karena bagaimanapun pemerintah adalah bagian yang tak dapat dipisahkan dari anggota

44


(40)

masyarakat di suatu Negara. Sebagaimana yang tertera dalam UUD 1945 yang berbunyi : “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”.45

a. Pola Pemeliharaan Anak Yatim

Adapun beberapa hal yang pokok dalam memelihara anak yatim yang penulis dapat kemukakan di antaranya adalah: Menjamin makan dan minum

Makan dan minum adalah kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam hadits Nabi Muhammad SAW dijelaskan mengenai balasan bagi orang yang memberi makan dan minum bagi anak yatim, yaitu :

“Apakah engkau menyukai supaya hatimu lunak dan engkau memperoleh keinginan. Kalau begitu, kasihilah anak-anak yatim dan usaplah kepalanya dan beri makanlah daripada makananmu, nanti hatimu

akan lunak dan engkau akan mencapai kehendakmu.” (H.R. Thabrani dari

Abi Darada).46

Hadits di atas menjelaskan bahwa orang yang berbuat baik kepada anak-anak yatim, dikasihinya, diusap kepalanya dengan maksud disantuni, diberi makan danminum, pakaian, nanti hati orang tersebut menjadi lunak, mau menerima nasehat, dan apa-apa yang dicita-citakannya Insya Allah tercapai. Demikian janji Allah terhadap orang yang mengasihi anak yatim.

1. Memelihara Hartanya

Adakalanya anak yatim yang ditinggal wafat bapaknya meninggalkan harta warisan untuk anak tersebut, baik harta itu banyak atau sedikit, haruslah dijaga dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan

45

UUD 1945, Pasal 34 ayat 2 46


(41)

hidupnya. Hal ini, bila anak yatim tersebut masih kecil atau dewasa tapi belum dapat mengurus hartanya sendiri sedangkan orang yang mengurus hartanya bias mempergunakannya dengan maksud yang baik atau wajar. Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an :

Artinya : “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan maksud yang baik”.(Al-An’Aam: 152)47

2. Memberi Kasih Sayang

Sebagaimana kita ketahui, anak yatim adalah anak yang kehilangan kasih sayang dari orang tuanya karena meninggal dunia. Oleh karena itu patutlah kita sayangi seperti anak kita sendiri, sebagai pengganti orang tua mereka yang telah tiada. Hal ini diperlukan agar mereka tidak merasa rendah diri dan putus asa dalam hidupnya.

3. Memberikan Pendidikan

Selain memberikan kasih sayang dan memberikan nafkah kepada anak yatim, kita juga wajib memberikan pendidikan kepada mereka yang berorientasi pada agama dan akhlak, di antaranya adalah mengajarkan tata cara shalat kepada mereka, dan lain-lain. Ini merupakan salah satu program utama yang dilaksanakan Yayasan Yatim Piatu / Pondok Pesantren Al-Mukhlishin.

Melihat sekarang ini, pola pemberdayaan anak yatim terbagi dua, yaitu :

47


(42)

(1) Model Panti

Pemeliharaan anak yatim model panti adalah anak yatim yang dipelihara di tempat yang khusus seperti yayasan panti asuhan yang menjamin kebutuhan anak yatim secara menyeluruh, mulai dari tempat tinggalnya, makan dan minumnya, pakaian sampai pendidikannya.

(2) Model Non panti

Pemeliharaan anak yatim model non panti ini hanya sekedar membantu anak yatim dan tidak menyediakan sarana khusus atau tempat tinggal, seperti santunan berupa uang, beasiswa, pakaian, makanan pada peringatan hari-hari besar Islam atau mengajak mereka ke tempat rekreasi dan tempat-tempat bersejarah.

Dalam hal ini pemberdayaan anak yatim piatu yang dilaksanakan Yayasan Yatim Piatu / Pondok Pesantren Al-Mukhlishin sebagian menggunakan model panti yaitu bagi anak yatim piatu yang mukim/mondok. Dan sebagian lagi menggunakan model non panti bagi mereka yang tidak mukim/tidak mondok di Yayasan Yatim Piatu / Pondok Pesantren Al-Mukhlishin.

2. Dhua’fa

a. Definisi Dhua’fa

Dhua’fa merupakan bentuk jamak dari kata “dhaif” dari akar kata “dha’ufa-yadh’ufu-dha’fan”. Dalam kamus bahasa Arab kata dhaif sering kali berartikan dengan (lemah, hina, bertambah atau berlipat ganda).


(43)

Dari segi kata dha’if mempunyai dua arti pertama berarti lemah kedua berarti berlipat ganda seperti contoh ayat yang mengandung arti bertambah atau berlipat ganda yaitu dalam surat An-Nisaa ayat 28, yaitu :

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.

Surat Al-Ahzab ayat 30 :

“Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antaramu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipat gandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah”.

Bentuk jamak dari kata dhua’fa adalah dhiafun yang digunakan dalam Al’Quran, seperti dalam surat An-Nisaa ayat 9 :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.

Berdasarkan beberapa ayat di atas dan makna yang tersirat di dalamnya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan dhua’afa


(44)

adalah orang yang lemah atau tertindas baik lemah sebab dirinya sendiri atau dari luar.

b.Ruang Lingkupan Kaum Dhu’afa

Timbulnya komunitas dhu’afa bukan timbul sendirinya dengan fenomena ini merupakn pengejawaan dari sunnatullah, layaknya sunatullah seperti adanya siang dan malam seperti dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh ayat :164 :

“Sesungguhnya dalam openciptaan lagit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di bawah laut membawa apa yang berguna bagi manusia,dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air. Lalu dengan air itu dia hidupkan bumi yang sudah mati (kering)-Nya dan Dia sebarkan itu di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang di kendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”.

Kondisinya ini yang kerap mendapatkan perlakukan tak layak di kalang masyarakat bukanlah suatu yang hina dan ajang berputus asa karena boleh jadi yang kita benci sekarang akan membawa ke bahagiaan.


(45)

Al-Qur’an ketika menyinggung masalah ini menyebutkan beberapa kelompok yang tergolong orang-orang yang lemah atau dhu’afa, yaitu : a. Orang Kafir ( Surat Al-Qoshas ayat 24, surat Al-Baqoroh ayat 273 ) b. Orang Miskin ( Surat Al-Baqoroh ayat 83 )

c. Anak Yatim ( Surat An-Nisaa ayat 2 ) d. Ibnu Sabil ( Surat At-Taubah ayat 60 ) e. Kaum Manula ( Surat Ar-Rum ayat 54 ) f. Tawanan perang ( Surat An-Nisaa ayat 61 ) g. Kaum Cacat ( Surat An-Nur ayat 61 )

h. Al-Gharim/orang-orang yang berhutang ( Surat Al-Baqoroh ayat 61 ) i. Al-Abdu wa Al-Riqad hamba sahaya dan budak ( Surat An-Nisaa ayat

92 )

Pada dasarnya setiap individu yang lahir ke dunia tidak ingin tidak mau di lahirkan dalam keadaan miskin atau lemah maupun keduanya akan melalui seretan sebab musabab.

Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor internal manusia, yaitu faktor yang muncul dari manusia itu sendiri, seperti : sifat malas, kurang disiplin, lemah etos kerja dan lain-lain.

b. Faktor non-individu, yaitu kemiskinan dari faktor luar individu seperti penyelenggaraan pemerintah yang korup dan sejenisnya atau sistem ekonomi yang otoriter yang hanya menguntungkan pemilik modal saja.


(46)

c. Faktor visi teologi atau refresif, faktor ini terlihat berkembang luas di tengah masyarakat yang beragama yaitu adanya kecenderungan umat beragama memperlakukan kemiskinan sebagai suratan takdir dari Tuhan48.

Harus dipahami bahwa kaum Dhu’afa bukanlah orang-orang diciptakan untuk menderita. Tetapi Allah SWT menciptakan manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini untuk mewujudkan kesejahteraan. Derita kaum dhu’afa beraneka ragam bentuk dan coraknya mulai yang ringan sampai yang berat. Namun sekurang-kurangnya penderitaan mereka menyangkut beberapa hal, yaitu :

1. Kelaparan akibat tingkat ekonomi yang lemah

2. Kekurangan akibat berbagai kesulitan dan kurang pangan 3. Kebodohan karena tidak mendapat pendidikan yang cukup 4. Keterbelakangan karena lemahnya posisi mereka di masyarakat 49 c.Langkah-Langkah Membantu Pengembangan Kaum Dhu’afa

Kaum dhu’afa adalah orang yang benar-benar dalam keadaan lemah, menderita sengsara tak berdaya bahkan tertindas, mereka yang lemah dalam ekonomi, sosial, politik, hukum, pendidikan, kebudayaan bahkan agama. Akibatnya mereka mudah didzolimi, diperdaya, dieksploitasi dan diperlakukan sewenang-wenang.

Mereka membutuhkan bantuan, perhatian, pertolongan, perlindungan dan pembelaan. Prinsip-prinsip yang diperlukan dalam mencegah dalam masalah dan membantu kaum dhu’afa agar kehidupan mereka tidak lemah,

48

Syahri Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1999, h 86

49 Ibid


(47)

sengsara dan menderita. Secara global Islam mengajarkan cara memberikan bantuan antara lain: memberikan pendidikan, bantuan sosial, memberikan perlindungan pemberdayaan dan jaminan sosial.

a. Memberikan Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi manusia demikian juga bagi kaum dhu’afa untuk menanggulangi kebodohan dan keterbelakangan mereka. Mengenai kewajiban menuntut ilmu yaitu dalam Surat At-Taubah ayat 122 :

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka ke beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepada-Nya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”.

Al-Qur’an telah menjelaskan kewajiban orang-orang yang memiliki kelebihan dan kelapangan harta untuk memberikan pendidikan termasuk kepada kaum dhu’afa.

b. Bantuan Sosial

Bantuan sosial ini merupakan salah satu aktifitas yang kongkrit dan riil dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Bantuan sosial ini dapat dilakukan perorangan, kelompok atau Negara untuk membantu meringankan beban hidup kaum dhu’afa. Bantuan sosial bagi kaum dhu’afa dapat berupa


(48)

pemberian harta, makanan, obat-obatan, pakaian dan lain-lain sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Ma’arij ayat 24-25 :

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)”.

c. Jaminan Sosial

Jaminan sosial merupakan salah satu cara mengurangi kemiskinan kaum dhu’afa yang telah direalisasikan sejak zaman Rasulullah yaitu ketika seorang janda datang kepada beliau mengadukan keyatiman anak-anaknya memberikan jaminan sosial, sebagaimana pernyataan beliau berikut “Tanggungan keluarga yang engkau takutkan atas diri mereka itu, padahal akulah penanggung jawab mereka di dunia dan akhirat”.50

Ahmad Zaki Yamani mantan menteri keminyakan Kerajaan Arab Saudi mengemukakan pendapat mengenai jaminan sosial dalam Islam, ia menyatakan bahwa langkah pertama yang mengarah kepada jaminan sosial dalam Islam tertitik tolak dari atas wajib dan larangan atas pengangguran meminta-minta, kecuali bagi kaum lemah, orang yang membutuhkan dan tidak memiliki jalan untuk berusaha.51

Adapun dana yang digunakan untuk memberikan jaminan sosial berasal dari sumber-sumber yang digariskan dari Allah SWT dan Rasululloh SAW, serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang diambil dan

50

Yamani, Ahmad Zaki, Syariat Islam Kekal Dan Persoalan Masa Kini (Jakarta: Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan, 1978) h. 77

51


(49)

tidak memberatkan seperti: zakat, infak, shadaqah, ritaz, washiyah dan lain-lain.

d. Perlindungan

Bantuan perlindungan yang diperlukan oleh kaum dhu’afa adalah bantuan dalam bentuk perlindungan jiwa, harta, harga diri, hal-hal dan masa depan. Jiwa mereka perlu mendapat perlindungan adalah tidak ada orang lain yang melakukan tindakan-tindakan yang mengakibatkan diri mereka terganggu dan menjadi korban. Seperti dalam firman Allah SWT dalam Surat Adh-Dhuha ayat 9-10 :

“Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya”.

Hak-hak kaum dhu’afa juga perlu mendapat perlindungan. Jika hak-hak mereka tidak mendapat perlindungan maka dikhawatirkan akan dirampas oleh orang lain yang bukan haknya, padahal Allah SWT telah mengingatkan dalam surat Ar-Ruum ayat 38 :

“Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung”.


(50)

Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris yaitu: empowerment, yang berasal dari kata “power” yang berarti kemampuan berbuat, mencapai melakukan atau memungkinkan. Awalan “em” berasal dari bahasa latin yunani yang berarti di dalamnya. Karena itu pemberdayaan berarti kekuatan dalam diri manusia.52

Bantuan pemberdayaan perlu diberikan bagi kaum dhu’afa agar mereka dapat keluar dari masalah kehidupan yang mereka hadapi. Ada beberapa manfaat yang akan mereka peroleh, yaitu :

1) Menjadikan mereka hidup mandiri, sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan belas kasih orang lain. Dengan kemandirian mereka dapat mengatasi masalahnya sendiri.

2) Mengurangi bahkan jika menghilangkan kelemahan, penderitaan, kesengsaraan, ketidakberdayaan dan keterbatasan mereka.

3) Agar mereka menjadi orang yang berguna dan manfaat bagi orang lain bahkan mereka dapat memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.53

Oleh karena itu, pemberdayaan kaum dhu’afa perlu dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang riil dan kongkrit sehingga dapat dirasakan secara langsung. Bentuk-bentuk kegiatan yang kongkrit dan riil antara lain sebagai berikut :

1) Membangkitkan harga diri mereka (Dhu’afa) yaitu dengan mendekatkan diri dan pergaulan dengan mereka seperti

52

Lili Bariadi, et all, Zakat Dan Wirausaha (Jakarta: CV. Pustaka Amri, 2005) h. 53

53


(51)

memberikan perhatian, pujian, kegembiraan, do’a, kasih sayang dan lain-lain.

2) Memberikan motivasi. Motivasi diberikan kepada kaum dhu’afa untuk memancing dan memacu untuk berusaha dan bekerja seperti mereka yang kelaparan, sengsara, kesulitan, sakit agar diberikan motivasi agar meminta pertolongan dengan sabar dan shalat serta do’a kepada Allah SWT.

3) Memberikan pekerjaan agar kaum dhu’afa keluar dari masalah yang dihadapi terutama kemiskinan, kesulitan dan kelaparan tidak cukup dengan memberikan motivasi tetapi juga memberikan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka dan pengetahuan yang mereka miliki.

C. Pelayanan Sosial dan Panti Asuhan

1. Pelayanan Sosial

a) Definisi Pelayanan Sosial

Pelayanan adalah ”Usaha pemberian bantuan / pertolongan kepada orang lain, baik berupa materi maupun non-materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya sendiri.54

The Social Work Dictionary, (1999), kamus tersebut menyebutkan sebagai berikut: ”Pelayanan Sosial merupakan aktivitas pekerja sosial dan profesi lain dalam rangka membantu orang agar berkecukupan, mencegah

54

Depertemen Sosial Republik Indonesia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Istilah Usaha Kesejahteraan Sosia, (Jakarta: 1997),h.119.


(52)

ketergantungan, memperkuat relasi keluarga, memperbaiki keberfungsian sosial individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.55

Sedangkan Alfred J. Kahn dala bukunya memberikan pengertian Pelayanan sosial sebagai berikut: ”Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyedian fasilitas pemenuhan kebutuhan akan kesehatan pendidikan, dan kesejahteraan, untuk melaksanakan

b) Jenis-jenis Pelayanan Sosial

Secara empirtik lembaga pelayanan sosial sebagai salah satu wujud organisasi pelayanan manusia (Human Service Organization), mempunyai berbagai jenis pelayanan sosial yang diberikan kepada anak asuh. Jenis-jenis pelayanan sosial tersebut antara lain adalah:

1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat tinggal sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh sudah dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya.

2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi anak asuh terjamin kualitasnya.

3) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.

55

Dwi Heri Sukoco, Kemitraan Dalam Pelayanan Sosial, (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Departemen Sosial Republik Indonesia),h.102.


(53)

4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesahatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan anak asuh.

5) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.

6) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit kerajinan tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya.

7) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual dengan menjalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.

8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan untuk memberikan rasa gembira, dan senang melauli permainan, musik, media, entertaiment, dan kunjugan ke suatu tempat.

9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayaan atau lokasi rekreasi.56

Tidak semua lembaga pelayanan sosial memberikan semua jenis pelayanan diatas kepada anak asuhnya. Kesadaran dan keterbatasan sumber daya yang dimiliki hasrat untuk memberikan pelayanan yang optimal, maka banyak lembaga-lembaga sosial melakukan kemitraan sebagai pelibatan dua lembaga atau lebih dalam suatu pekerjaan untuk mencapai minat dan tujuan bersama (Involes Two or More Parties

56


(54)

Working to Achieve Common Interest and Goals)57 dengan pihak lain, baik sesama lembaga pelayanan sosial maupun lembaga lainnya.

2. Panti Asuhan

a) Definisi Panti Asuhan

Panti secara etismologi berarti rumah, tempat (kediaman), sedangkan asuhan berarti bimbingan atau didikan, jadi panti asuhan tempat / rumah untuk membimbing. Sedangkan panti asuhan secara terminologi adalah rumah tempat mengasuh, membimbing, merawat anak yatim, piatu, yatim piatu dan sebagainya.58

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa Panti Asuhan adalah suatu lembaga yang memberikan pelayanan sosial kepada anak-anak terlantar (yatim dan dhu’afa), memberikan pelayanan pengganti perwakilan anak-anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak-anak asuh, sehingga anak asuh mendapat kesempatan yang luas dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagian dari penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang aktif dalam pembangunan sosialnya.59

Dalam kamus bahasa Indonesia ”panti” berarti tempat kediaman dan ”asuhan” berasal dari kata ”asuh” yang berarti menjaga, merawat dan mendidik anak kecil, sedangkan asuhan berarti bimbingan atau didikan.60

57

Ibid,h.107. 58

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus BesarBahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Putaka, 1996), Cet.Ke-7ed2,h.727.

59

Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak, (Jakarta: Binkesos, 1989), h.3..

60

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h.54.


(55)

Dari pengertian panti asuhan diatas terlihat bahwa panti asuhan merupakan salah satu bentuk panti sosial sebagai tempat yang menyelenggarakan bimbingan, usaha kesejahteraan sosial bagi anak terlantar (yatim dan dhu’afa) guna memperoleh kesempatan yang sama dengan yang lainnya bagi perkembangan sebagai bagian generasi bangsa ke arah pemebangunan.

Panti asuhan adalah sebagai salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab permasalahan yang terjadi dalam proses program pelayanan sosial, karena melalui pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan juga dapat mengetahui bagaimanan proeses pelayanan sosial yang dapat berguna buat anak-anak yang ada di panti.

Panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia yang baik dan berkualitas dengan sifat-sifat pelayanan yang ada di Panti Asuhan.

Jadi bisa dikatakan panti asuhan merupakan lembaga sosial bukan komersial yang membantu memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak yang terlantar dalam memenuhi kebutuhan, membimbing mental, fisik dan sosial bagi anak asuh.

Anak terlantar yaitu anak yang kebutuhan fisik, mental dan sosialnya kurang dapat terpenuhi dengan baik oleh keluarga. Anak tersebut dapat terpenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosialnya dan ia tumbuh dan berkembang dengan baik melalui panti asuhan.


(56)

b) Sifat-sifat Pelayanan Panti Asuhan

Adapun sifat-sifat pelayan panti asuhan adalah:

1) Bersifat Preventif yaitu: bahwa panti asuhan berusaha memberikan tindakan preventif atau pencegahan berbagai masalah yang ada pada anak sehingga masalah tersebut tidak menambah persoalan baru bagi lingkungan anak.

2) Bersifat Kuratif dan Rehabilitatif yaitu: bahwa panti asuhan mengusahakan penyembuhan dan pemecahan masalah yang dialami oleh anak asuh, dengan mengikuti sertakan anak asuh dalam pemecahan masalah tersebut.

3) Bersifat Suportif yaitu: panti asuhan berusaha memperkuat karakter anak, membantu vitalitas keluarga untuk mengurus anaknya sehingga dapat meningkatkan pelayanannya.

4) Bersifat Promotif yaitu: bahwa panti asuhan mengusahakan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu dan mengembangkan anak-anak menjadi kepribadian yang mantap, setia dengan nilai-nilai agama dan pancasila.

5) Bersifat Development yaitu: panti asuhan mengembangkan atau menggali sumber-sumber yang baik di dalam maupun di luar panti asuhan semaksimal mungkin dalam jangka yang lebih luas yakni, pembangunan kesejahteraan anak.61

Dengan melihat sifat-sifat pelayanan panti asuhan maka kiranya dapat dikatakan bahwa kehadiran panti asuhan sangat dibutuhkan di dalam

61 Ibid.


(57)

masyarakat khususnya bagi masyarakat kurang mampu dan bagi anak-anak terlantar lainnya.

Selain panti asuhan sebagai tempat tinggal bagi anak-anak kurang mampu dan terlantar serta yatim piatu sebagai tempat bimbingan. Panti asuhan juga bergerak dalam pembinaan dan melahirkan sumber daya manusia yang baik dan berkualits dengan sifat-sifat pelayanan yang ada pada panti asuhan.

Kehadiran panti asuhan akan membantu dan menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi daam kehidupan ini sehingga mereka dapat kembali menjalani hidup yang tidak dibedakan dengan anak-anak yang taraf ekonominya lebih baik.

c). Fungsi Panti Asuhan

Adapun fungsi panti asuhann itu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Fungsi Panti Asuhan Sebagai Pengganti Fungsi Keluarga

Dalam UU No.4? 1979 disebutkan bahwa anak yang terlantar karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial. Dan kondisi itulah diperlukan insitusi yang dapat mengaanti orang tua / keluarga sehingga anak diharapkan dapat berkembang secara wajar. Insitusi ini disebut dengan panti asuhan.62

Anak sebagai bagian dari keluarga yang di harapkan agar seluruh kebutuhan baik fisik, mental maupun sosial termasuk pendidikan

62

Hasbullah, Praktek Pengasuhan Anak di Panti Sosial Anak. Kajian Pada Beberapa Panti Sosial Asuhan Anak di Kalimantan Selatan, Tesis Sarjana (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1997),h.19-20.


(58)

terpenuhi dengan baik akan tetapi dengan keterbatasan orang tua misalnya faktor ketidakmampuan ekonomi, kecekcokan, perceraian rumah tangga dan sebagainya sehingga perkembangan anak menjadi terhambat.

2. Fungsi Panti Asuhan sebagai Kesejahteraan Sosial Anak

Melaksanakan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak atas dasar pendekatan pekerjaan sosial. Atas dasar ini, maka fungsi panti asuhan adalah:

a).Mengembangkan yang menitik beratkan pada keefektifan pelaksanaan peranan panti asuhan, tanggung jawab kepada anak asuh dan orang lain. Fungsi menitik beratkan pada pengembanagn fungsi potensi dan kemampuan anak itu sendri.

b).Perlindungan yang ditujukan untuk mengembalikan da menanamkan fungsi sosial anak dengan membentuk kelompok-kelompok antara anak asuh dan lingkungan sekitranya.

d). Pelayanan Sosial di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya

Pelayanan sosial yang diberikan oleh panti asuhan islam ratna jaya untuk anak-anak asuh mereka adalah:

1) Pelayanan Pengasramaan yaitu: pelayanan pemberian tempat tinggal sementara anak asuh. Dengan pelayanan ini anak asuh sudah dapat menginap, tidur dan menyimpan miliknya.

2) Pelayanan Permakanan yaitu: pelayanan pemberian makan dan minum berdasarkan menu yang telah ditetapkan agar tingkat gizi anak asuh terjamin kualitasnya.


(59)

3) Pelayanan Pendidikan yaitu: pelayanan pemberian kesempatan kepada anak asuh untuk mengikuti pendidikan formal.

4) Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan yaitu: pelayanan pengontrolan dan pengecekan kesehatan anak asuh tenaga medis, agar diketahui tingkat kesehatan anak asuh.

5) Pelayanan Konsultasi yaitu: pelayanan bimbingan untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, menjalankan peranan sosial, memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah.

6) Pelayanan Keagamaan yaitu: pelayanan bimbingan mental, spritual dengan mejalankan aktivitas agama masing-masing anak asuh dan mengikuti ceramah-ceramah keagamaan.

7) Pelayanan Keterampilan yaitu: pelayanan bimbingan keterampilan kerja, seperti: pertukangan, perbengkelan, sablon, menjahit kerajinan tangan, perbaikan jam, TV, computer, dan sebagainya. 8) Pelayanan Hiburan & rekreasi yaitu: pelayanan yang ditujukan

untuk memberikan rasa gembira, dan senang melalui permainan, musik, media, entertaiment, dan kunjungan ke suatu tempat.

9) Pelayanan Transportasi yaitu: pelayanan untuk mempercepat daya jangkau anak asuh baik ke keluarga, pusat-pusat pelayanan atau lokasi rekreasi.


(60)

BAB III

GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA A.Latar Belakang Berdirinya Panti

Panti Asuhan Islam Ratna Jaya didirikan pada tanggal 17 Juli 1997 berdiri di atas tanah Armahum Hashym suas 500 M². Ketika itu atas prakarsa Ibu Ny.Ratna Maida Ning dan Drs.H.M Nadjmi Yaqin S.H, Panti Asuhan Islam Ratna Jaya diresmikan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Bekasi dengan menunjuk Ustad Zuhri.S.Ag selaku pimpinan dan pengasuh panti ini dan Saryono S.Ag selaku wakil ketua dan Nur Baiti Elviana S.Ag selaku bendahara. Panti Asuhan tersebut berlokasi di Jl. Pendidikan II no.30 Kp. Siluman, Mangun Jaya, Tambun-Bekasi 17510.

Pada awalnya kami hanya tinggal menempati sebuah bangunan tua bekas Yayasan Mastina milik Bu Ratna Maida Ning. Beliau pun mempercayakan kami untuk menempati dan mempergunakan bangunan yang sudah ada. Bangunan tersebut kami beri nama PANTI ASUHAN ISLAM RATNA JAYA, sesuai dengan nama pemilik bangunan tersebut. Saat itu, panti tersebut ditempati oleh 17 anak.

Tahun 1997-2000 merupakan tahun tersulit dalam sejarah perkembangannya. Tahun krisis ekonomi yang melanda Negeri Indonesia


(61)

sangat dirasakan oleh Panti ini. Begitu sulitnya kadang anak-anak dan pengurus hanya makan nasi dan garam. Ditambah lagi lokasi panti yang jauh di perkampungan tepatnya di Kampung Siluman Mangun Jaya Tambun Bekasi dan jarang dikenal orang menjadi semakin sempurna penderitaan panti ini. Dapat dibayangkan dalam 2 tahun lebih tak satu pun tamu datang ke Panti.

Pada saat itu, banyak kendala yang dialami kami diantaranya: hidup yang masih serba kekurangan dan tempat yang masih belum layak untuk ditempati karena bangunan tua tersebut belum direnovasi. Sulitnya ekonomi, dikarenakan panti tersebut belum diketahui banyak orang, lokasi jauh dan belum ada yang mempromosikan.

Alhamdulillah dengan niat yang tulus ikhlas untuk menegakkan agama Allah. Ketabahan dan kesabaran dari pengurus Panti tak pernah surut, do’a anak-anak panti terus bergemuruh menenmbus langit. Pada tahun ketiga (tahun 200) datang wartawan RCTI meliput keadaan panti untuk ditayangkan di Seputar Indonesia. Setelah ditayangkan barulah orang mengenal Panti ini dan mulailah babak baru perkembangan panti tersebut mulai dikenal banyak orang dan segala kekurangan bisa diatasi sedikit demi sedikit. Sehingga sampai sekarang sudah 10 tahun jalan, kami masih mengurus panti tersebut dengan jumlah 56 anak dan telah meluluskan 30 anak.

Pada tanggal 5 april 2000 sejarah baru untuk mulai pembenahan secara administratif. Hal ini dilakukan karena selama 3 tahun tak sehelai kertas pun mendirikan Yayasan dengan nama Yayasan Pondok Pesantren


(62)

Yatim Piatu An-Nuriyyah dengan kantor sekretariat di Jl. Pendidikan No. 30 Kp. Siluman-Mangunjaya-Tambun 100 meter dari Panti Asuhan Islam Ratna Jaya. Disinilah Yayasan An-Nuriyyah (Panti Asuhan khusus bagi anak-anak terlantar penghafal Qur’an).

Pada tanggal 15 Februari 2007, kami membangun gedung B dengan nama Yayasan Tahfidzul Qur’an An-Nuriyyah yang berorientasi menjadikan generasi-genarasi Qur’ani. Yang menempati Yayasan ini usia SMP ke bawah karena di usia-usia seperti itu, anak-anak mudah menghafal al-qur’an.

B. Visi & Misi

1. Visi

Adapun visi Panti asuhan Islam Ratna Jaya adalah ”Dengan menjadikan Panti Asuhan Yatim Piatu dan Dhua’fa sebagai tempat tinggal mereka yang kurang mampu untuk mencetak generasi bangsa yang berkualitas”.

2. Misi

Adapun misi dari Panti Asuhan Islam Ratna Jaya adalah:

a) Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan melalui pendidikan formal dan non-formal.

b) Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah dengan melalui dakwah, ceramah dan pengajian-pengajian.

c) Menyelamatkan Aqidah Islamiyah dan masa depan anak-anak terlantar dan putus sekolah sehingga dapat melanjutkan sekolah yang lebih tingggi.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abul Laits Assamrqondi. H. Salim Bahreis. Tanbihul Ghofilin. (Jakarta: Sa’diyah Putra. !984).Jilid 2.

Agus Sujanto. Psikologis Perkembangan. (Jakarta: A Lisara Baru. 1996).cet-ke-7.

Ahmad Zurzani Djunaedi dan Ismail Maulana Syarif. Sepuluh Inti Perintah Allah. (Jakarta: PT. Fikhati Aneska. 1991). cet-ke-3.

Alfred J. Kahn. Theory and Practice of Social Planning (New York: Russel Sage Foundation 1069).

Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial (BPPKS). Standarisasi Panti Sosial. (Jakarta: 2005).

Bapak Zuhri. S. Ag. M.M. (Kepala Panti Asuhan Islam Ratna Jaya). Wawancara Pribadi Tanggal 14 Mei 2009. Dikantor Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.


(2)

Depsos RI. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penyantunan dan Pengentasan Anak Terlantar Melalui Panti Asuhan Anak. (Jakarta: Binkesos. 1989).

Dokumentasi Panti Asuhan Islam Ratna Jaya.

Dr. Soetarso. MSW. Kesejahteraan Sosial. Pelayanan Sosial. Dan Kebijakan Sosial. (Bandung: Koperasi Mahasiswa Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial.1993).

Dra. Hj. Ipah Fatimah. Buku Panduan Penelitian UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

Drs. Isbandi Rukminto Adi. MPH. Psikologi Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial. Dasar-dasar Pemikiran. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1994).

Drs. Isbandi Rukminto Adi. Pemberdayaan. Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Penghantar Pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. (Jakarta: FEUI Press). Cet-3. Edisi Revisi.

Dwi Heri Sukoco. Kemitraan Dalam Pelayanan Sosial. (Jakarta: Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Departemen Sosial Republik Indonesia).

Hamid Nasuhi. Dkk. Pedoman-pedoman Karya Ilmiah (Skripsi. Tesis dan Disertasi). (Jakarta: Center for Quality Development and Assurance). UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.


(3)

Hasan Ayub. Etika Islam: Menurut Islam yang Hakiki. (Bandung: Triganda Karya. 1994).cet-ke-1.

Hasan Shadaly. Ensiklopedia Indonesia. (Jakarta: Ikhtisar Baru Van Hoeve.1984). Jilid 7.

Hasbullah. Praktek Pengasuhan Anak di Panti Asuhan Sosial Anak: Kajian Pada Beberapa Panti Sosial Asuhan Anak di Kallimantan Selatan. Tesis Sarjana. (Jakarta: Perpustakaan Nasional. 1997).

H.D. Sudjana. Manajemen Program Pendidikan Luar Sekolah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. (Bandung: Falah Production. 2000).

Http://www. Tempo.co.id. Aton Sudjadi. Tolak Ukur dan Jumlah Orang Miskin. (Jakarta: Internet 3 November 2098).

Http://www.depsos.gi.id/kfm. Tim Pokja Setditjen Bantuan dan Jaminan Sosial. RUU Kemiskinan. (Jakarta: Internet 14 September 2008).

Imam Suprayogo dan Tobroni. Metode Penelitian Sosial Agama. (Bandung: Remaja Rosda Karya. 2004).

Irawan Soehartono. Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2004).

Jaenal Arifin. Teknik Penarikan Sampel dan Pengumpulan Data. Disampaikan pada Pelatihan Penelitian Mahasiswa FDI Universitas Islam Negri Syarief Hidayatullah Jakarta). Sabtu 23 April 2005.


(4)

Jurnal Informasi Kajian Pemasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Pusat Pelatihan Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial. Departemen Sosial Republik Indonesia. 2005). Volume 10.

Kasnodihardjo. Rahmalina S. Prajoso SP Manalu. Artikel Tanggal 3 November 2008. Http://www . Kalbefarma. Com//Files17.151. Dinamika Pelacuran di Wilayah Jakarta dan Surabaya dan Faktor Sosio Demografi yang Melatarbelakanginya. (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Republik Indonesia). Jakarta.

Lawrence W. Neuman. Sosial Research Methods: Qualitative dan Quantitave Approaches (Needham Heights: Allyn dan Bacon. 2000).

Lexy. J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2000).cet-ke-3.

Lili Bariadi. Et all. Zakat dan Wirausaha. (Jakarta: CV. Pustaka Amri. 2005).

M.K. Muhsin. Menyayangi Dhua’fa. (Jakarta: Gema Insani Press. 2004).

Md. Nor, Bin Hj. Ab. Ghani. B.A. Kamus Dewan Edisi Baru. (Slangor Darul Ehsan: Dewan Bahasa dan Pustaka. Lot 1037. 1993. 1991). Cet-ke-1.


(5)

Modul Pelayanan Sosial Anak Terlantar Luar Panti Melalui Penguatan Ekonomi Keluarga Dalam Bentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

Modul Pelayanan Sosial anak Terlantar Dalam Panti (PSBR).

Richard F. Gerson. Mengukur Kepuasan Pelanggan. (Jakarta: Penerbit PPM. 2002). Cet.ke-2.

Philip Kotler. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan. Implementasi dan Pengendalian .(Jakarta: Salemba Empat Prentice Hall.1995). terj. Ancella Anitawati Hermawan. edisi ke-8.

Tim Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1996). Cet-ke-7ed2.

Triyanti. Maria April Astuti Anny. Pemberdayaan Anak di DKI Jakarta. (Universitas Indonesia Program Studi Sosiologi 2000).

W.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: PN. Balai Pustaka. 1985).

Yamani. Ahmad Zaki. Syariat Islam Kekal dan Persoalan Masa Kini. (Jakarta: Lembaga Studi Ilmu-ilmu Kemasyarakatan. 1978).


(6)

Dokumen yang terkait

Kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan dan yang tinggal dengan keluarga

1 46 147

Pengaruh Pelayanan Sosial Terhadap Perilaku Anak Asuh Di Panti Asuhan Bait Allah Medan

2 84 131

Strategi panti asuhan baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di yasasn masjid jami Bintaro jaya

1 13 139

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM MUHAMMADIYAH PURWOREJO Kesejahteraan Subjektif Pada Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah Purworejo.

0 3 15

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN ISLAM BAGI ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH CABANG KOTA BARAT Efektivitas Pendidikan Islam Bagi Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Cabang Kota Barat Surakarta Periode 2013-2014.

0 2 11

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN ISLAM BAGI ANAK YATIM DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH CABANG KOTA BARAT Efektivitas Pendidikan Islam Bagi Anak Yatim Di Panti Asuhan Yatim Putri ‘Aisyiyah Cabang Kota Barat Surakarta Periode 2013-2014.

0 2 25

PELAKSANAAN PENDIDIKAN ISLAM LUAR SEKOLAHBAGI ANAK ASUH Pelaksanaan Pendidikan Islam Luar Sekolah Bagi Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Karanganyar.

0 1 12

PENDAHULUAN Pelaksanaan Pendidikan Islam Luar Sekolah Bagi Anak Asuh di Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Karanganyar.

0 1 17

persepsi anak asuh tentang pelayanan sosial di panti sosial asuhan anak psaa tambatan hati subang bab 5

0 0 4

persepsi anak asuh tentang pelayanan sosial di panti sosial asuhan anak psaa tambatan hati subang bab 4

0 2 30