Strategi panti asuhan baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di yasasn masjid jami Bintaro jaya

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh

Iin Nurhayati

NIM 106054002039

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

PEMBERDAYAAN ANAK ASUH DI YAYASAN MASJID JAMI BINTARO JAYA”.

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, tanggal 17 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam.

Jakarta, 17 Juni 2010

Sidang munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal Lk, M.Ag Wati Nilamsari, M.Si

NIP. 19640428 199303 1 002 NIP. 19710520 199963 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Dr. Asep Usman Ismail, M. Ag Wati Nilamsari, M. Si

NIP. 19600720 199103 1 001 NIP. 19710520 199963 2 002

Pembimbing

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd NIP. 19640212 199703 2 001


(3)

BINTARO JAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

Iin Nurhayati NIM. 106054002039

Di bawah bimbingan

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd NIP. 19640212 199703 2 001

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(4)

i

Kemiskinan dan kemerosotan moral maupun spiritual merupakan indikasi keputusasaan dan tidakberdayaan anak-anak termasuk anak asuh ini harus disikapi dengan baik, sebab setiap masalah yang menyentuh kehidupan anak dalam jumlah besar akan berdampak tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa dan negara secara keseluruhan di masa datang.

Masalah kesejahteraan anak asuh yang cenderung menunjukan perkembangan ke arah yang semakin luas dan kompleks, memerlukan berkelanjutan upaya penanganan masalah anak asuh telah banyak dilakukan, baik lembaga pemerintah dan lembaga non pemerintah. Daerah Bintaro, Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya mendirikan sebuah lembaga sosial yang khususnya menangulangi masalah anak asuh atau dhua’fa yang bernama Panti Asuhan Baiturrahman yang memberikan pelayanan sosial terhadap anak asuh. Yang meliputi pembinaan fisik, mental, kemandirian maupun pelatihan keterampilan. Strategi pemberdayaan anak asuh melalui kemandirian agar dapat merubah dan mengembangkan kemampuan dan keahlian mereka, pada pentingnya suatu karya yang berguna dan bermanfaat serta dapat membuat anak-anak asuh bisa berlatih hidup mandiri dalam berperilaku, berbahasa serta mempunyai jiwa yang kreatif..

Penelitian ini bertujuan memahami strategi pemberdayaan anak asuh disekitar Panti Asuhan Baiturrahman yang dilakukan Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya. Penelitian ini difokuskan melalui program kemandirian. Penelitian dilakukan denngan menggunakan pendekatan kualitatif (pemahaman, pandangan, dan tanggapan). Data tersebut diperoleh melalui metode wawancara dan observasi secara langsung terhadap kegiatan kemandirian anak asuh di Panti Asuhan Baiturrahman Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya ini.

Temuan di lapangan menunjukan, Strategi pemberdayaan yang digunakan oleh Panti Asuhan adalah dalam pemberdayaan anak asuh melalui pelayanan pada strategi pengembangan bidang pendidikan, bidang keagamaan, bidang fisik dan bidang bantuan sosial. Dalam pelaksanaan kemandirian anak asuh ditemukan bahwa anak dapat mengembangkan potensi dan kemampuan mereka di luar pendidikan sekolah yang bermanfaat untuk dirinya serta dapat merubah pola pikir mereka dengan manfaat sumberdaya dan pelayanan sosial di sediakan Panti Asuhan, dan mendorong anak asuh dalam meningkatkan kemandirian mereka dengan mempunyai mental, fisik, dan modal keahlian untuk melanjutkan kehidupan mereka setelah keluar dari Panti Asuhan atau di kemudian hari.


(5)

ii

karunia dan nikmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Anak Asuh Di Panti Asuhan Baiturrahman Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya” ini dapat terselesaikan. Dengan selesainya naskah skripsi ini ucapkan terima kasih yang tak terhingga penulisan samapikan kepada:

1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd selaku pembimbing dan Ketua Jurusan Pengembangan masyarakat Islam yang dengan sabar memberikan petunjuk, arahan serta bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Wati Nilamsari, M.Si selaku penasehat akademik dan Sekertaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang senantiasa memberikan wejang-wejangannya kepada penulis ketika kuliah sampai selesainya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan ilmunya.

5. Ayah ( Armat ) dan Ibu ( Cicih S ) yang telah memberikan do’a, cinta, dan kasih saying, serta dorongan selama menjalankan pendidikan dasar hingga kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada kakaku Lili Waliyudin dan adikku Intan Permatasari.

6. Kepala Panti dan pengurus Panti Asuhan serta para anak asuh, terima kasih atas bantuan dan informasi dan data-data yang diperlukan penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(6)

iii

meluangkan waktunya hingga selesainya skripsi ini.

9. Semua sahabat-sahabat PMI, Khususnya angkatan 2006 yang telah bersama penulis selama emapt tahun dalam duka gembira.

10.Teman-teman kost yang telah memberikan keramiaan dikala sepi, kegembiraan dikala sedih, dan semangat dikala putus asa (Ochi, Eni, Uun, Lia, Rika, Listi, Maya).

11.Untuk Yanis Sarohmah yang selalu bersama dalam membuat skripsi. 12.Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah

membantu skripsi ini.

Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Skripsi ini tentu saja jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaaikan. Akhirnya semoga skripsi ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya serta memiliki banyak manfaat bagi semua. Semoga amal bapak dan ibu dan saudara-saudaraku sekalian mendapatkan imbalan dan pahala yang berlimpah dari Allah SWT.

Jakarta, Juni 2010


(7)

iv

DAFTAR ISI

... iv

BAB I PENDAHULUAN

A.

L

atar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Metodelogi Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Strategi ... 15

B. Pengertian Pemberdayaan ... 24

C. Pengertian Anak Asuh ... 46

D. Pengertian Kemandirian ... 48

BAB III GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN

BAITURRAHMAN

A. Latar Belakang Berdirinya Panti ... 57

B. Visi dan Misi ... 66

C. Tujuan ... 67


(8)

v

A. Temuan ... 74 B. Analisis ... 86 C. Hasil Program ... 94

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA

... 100


(9)

A. Latar Belakang Masalah

Islam memberikan tempat dan perhatian yang tinggi kepada anak-anak, prinsipnya anak-anak di dalam Islam adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Amanah tersebut harus kita pelihara dengan baik, karena di dalam diri anak terdapat harkat, martabat, dan hak untuk hidup dengan layak. Anak juga sebagai potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, agama, dan keluarga. Memiliki posisi yang sangat strategis dalam menjamin kelangsungan eksistensi kehidupan manusia di masa depan. Artinya, kondisi anak pada saat ini sangat menetukan masa depan bangsa di masa yang akan datang, kebutuhan anak-anak baik kebutuhan fisik, sosial maupun mental rohaniyah, harus terpenuhi agar tumbuh menjadi generasi yang berkualitas.1

Anak-anak dari kaum miskin atau dhu’afa yang ada di Indonesia merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota masyarakat yang lain untuk memperoleh pendidikan yang layak. Kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi sejatinya dapat diberikan kepada mereka, baik melalui pemerintah atau pun melalui kelompok masyarakat

1 Jurnal Informasi Kajian Permasalahan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial (Jakarta:

Pusat Pelatihan Kesejahteraan Sosial Badan pelatihan dan Pengembangan Sosial Departement Sosial Republik Indonesia 2005) h.42


(10)

yang memiliki kepedulian yang tinggi kepada kelompok sosial yang kurang beruntung tersebut di atas.2

”Anak berhak untuk tumbuh kembang secara wajar serta memperoleh perawatan, pelayanan, asuhan, dan perlindungan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraannya. Anak juga berhak atas peluang dan dukungan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri dan kemampuannya. Namun tidak semua keluarga dapat memenuhi seluruh hak dan kebutuhan anak, disebabkan oleh krisis ekonomi, kemiskinan dan menurunnya kegairahan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, maupun semakin keringnya spiritualitas adalah merupakan indikasi keputusan dan ketidakberdayaan anak-anak akibat tidak terpenuhinya kebutuhan pokok kehidupan anak”.3

Krisis ekonomi telah mempengaruhi kehidupan dan daya beli keluarga-keluarga, yang akhirnya juga berdampak kepada pendidikan anak-anak. Sebagian besar anak-anak Indonesia telah kehilangan kesempatannya sebagai anak-anak bahkan kesulitan ekonomi keluarga dapat mengancam masa depan mereka bila mereka tidak memperoleh pendidikan yang semestrinya, padahal pendidikan sangatlah penting bagi mereka terutama untuk memperbaiki kondisi perekonomian keluarga. Sekalipun pemerintah merencanagkan

2 Owin Jamasy, Keadilan Pemberdayaan dan Penanggulangi Kemiskinan, (Jakarta:

Belantika, 1998), h. 28

3 Triyanti, Maria April Anny, Pemberdayaan Anak Jalanan, DKI Jakarta (UI Indonesia


(11)

program wajib belajar Sembilan tahun dan telah mengurangi beban biaya pendidikan dan disebagian besar pemerintah daerah telah menggratiskan uang sekolah mereka. Dalam undang-undang juga tertulis bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.4

Walaupun pemerintah dan sejumlah pemerintah daerah telah mengurangi beban biaya pendidikan peserta didik, realitasnya tidak sedikit di antara anak-anak dari keluarga yang kurang mamapu justru terabaikan dan belum bisa terjamah oleh kebijakan tersebut, untuk itu kita saksikan masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan, mengikuti atau melanjutkan pendidikan. Selain pendidikan secara formal, anak-anak yang berusia dibawah 16 tahun yang semsetinya masih harus diperhatikan memperoleh asuhan dari orang tuanya, karena berbagai alasan terjebak kedalam kondisi keterlantaran.

Banyak orang tua mengalami pemutusan hubungan kerja. Sementara harga-harga barang pun meningkat tinggi. Agar dapat mempertahankan kehidupan ekonomi keluarga sebagian orang tua membolehkan anak-anak mereka masuk ke panti asuhan. Karena ketiadaan biaya.5

4Undang-undang No 2, Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003Baba II pasal 2

5

Departemen sosial RI Derektorat Jenderal Bida Kesejahteraan Sosial dan Di derektorat Kesejahteraan Anak, Keluarga dan Lanjut Usia Tunjuk Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan, 1999, h. 1


(12)

Panti Asuhan “Baiturrahman” Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya menangkap realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat tersebut sebagai sebuah peluang untuk membantu masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih komprehensip bagi pendidikan sebagian anak yang belum memiliki kesempatan memperoleh pendidikan sebagaimana mestinya, yaitu membantu memberikan pembinaan dan kesempatan menempuh pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu atau dhu’afa. Atas dasar kondisi dan pemikiran tersebut di atas, maka maka Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya mendirikan lembaga sosial yang memiliki perhatian untuk menjawab masalah tesebut di atas, yaitu dengan mendirikan Panti Asuhan yang diberi nama Panti Asuhan “Baiturrahman” Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya dengan berpola pendidikan yang terlah direncanakan sesuai dengan visi misi yang telah dibuat.

Pernyataan tersebut menarik untuk dikaji dan dianalisi sekaligus yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian secara rasional dan objektif. Panti Asuhan Baiturrahman ini adalah disini mereka mencoba membantu anak anak yang kurang mampu khususnya kepada masyarakat yang ada disekitar Panti Asuhan. Berdasarkan permasalahan sebagaimana disebutkan diatas, untuk itu, penulis mengambil judul. “STRATEGI PANTI

ASUHAN BAITURRAHMAN DALAM PEMBERDAYAAN


(13)

ANAK ASUH DI YAYASAN MASJID JAMI BINTARO

JAYA”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, agar dapat penelitian ini terarah serta tidak melebar maka dari itu peneliti membatasi penelitian ini pada strategi Panti Asuhan Baiturrahman pada aras mikro dan mezzo dengan berbasis pemberdayaan anak asuh yang dilakukan oleh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini pada:

1. Bagaimana Strategi Panti Asuhan Baiturrahman pada aras mikro, mezzo dengan berbasis pemberdayaan anak asuh yang dilakukan di Masjid Jami Bintaro Jaya?.

2. Bagaimana hasil yang telah dicapai Panti Asuhan Baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya?


(14)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Setelah memperhatikan judul serta latar belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui Strategi Panti Asuhan Baiturrahman

Pemberdayaan Anak Asuh di Panti Asuhan Batirrahman Masjid Jami Bintaro Jaya.

b. Untuk mengetahui bagaimana hasil yang telah dicapai Panti Asuhan Baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya.

2. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka manfaat penelitiannya adalah:

a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi bagi pengasuh panti asuhan cara pemberdayaan anak asuh dalam meningkatkan kemandirian anak dan mencapai tujuan yang maksimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan lembaga.

b. Dapat memberikan sumbangan dalam ilmu pendidikan khususnya sebagai bahan acuan untuk mengadakan penelitian yang relevan.


(15)

c. Penelitian ini menjadi bekal bagi penulis untuk mengetahui cara-cara meneliti nantinya.

D. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.6 Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasi suatu konsep, serta memberi kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di lapangan.7

Pertimbangan penulis menggunakan pendekatan kualitatif, karena penulis bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat, dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas.

Selain itu, Melalui pendekatan kualitatif ini penulis berharap dapat menggambarkan dan menganalisis srtategi Panti Asuhan Baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya.

6Lexyi J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), h. 6

7 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Grafindo


(16)

2. Waktu dan Tempat

Waktu Penelitian ini dilakukan mulai dari tanggal 08 Februari 2010 sampai dengan tanggal 21 Mei 2010 di Panti Asuhan Baiturrahman.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah Panti Asuhan Baiturrahman yang terletak di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya. Sedangkan objeknya strategi Panti Asuhan Baiturrahman dalam pemberdayaan anak asuh di Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya

4. Teknik Pengambilan Data

a. Wawancara

Yang dimaksud wawancara adalah metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang berdasarkan dari laporan verbal, pada wawancara ini terdapat dialog yang dilakukan oleh penulis dengan yang diwawancara. Untuk mendapatkan data yang objektif penulis mengadakan wawancara kepada Ketua Panti Asuhan Baiturrahman Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya yaitu bertanya gambaran umum Panti Asuhan Baiturrahman Yayasan Masjid Jami Bintaro Jaya. Dan Anak Asuh bertanya mengenai seberapa tingkat kemandirian anak.


(17)

b. Observasi

Observasi yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung di lapangan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena yang diselidiki8. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan penelitian dalam pencatatan apa yang bisa dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, diraba oleh tangan dan kemudian peneliti tuangkan dalam skripsi ini. Observasi ini dilakukan ketika penulis berada di lokasi untuk melakukan observasi kurang lebih tiga bulan ketika melakukan paraktikum kuliah pada bulan Oktober tahun 2009. Kemudian observasi dilanjutkan sebanyak satu kali selama dalam penulisan skripsi, karena sebelumya penulis sering ke lokasi bertemu dengan kepala panti dan anak-anak asuh.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer yang di dapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan lapangan. Peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk data tertulis yang berupa laporan pertanggung jawaban pengurus yang ada di lapangan serta data-data lain dijadikan

8 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:


(18)

bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan majalah.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyusunan data agar bisa ditafsirkan, dan memberikan makna pada analisis. Penafsiran hasil analisis data harus melebihi atau mentransenden deskripsi. Model analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.9

Informasi dan keterangan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah menggunakan filed research (penelitian lapangan) dengan menggunakan deskriptif (menggunakan data kualitatif).10 yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh dari hasil temuan secara sistematis, lalu diklarifikasi untuk kemudian di analisis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk Bab III dan Bab IV.

9 Pius A Partanto M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). H. 658

10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


(19)

Selanjutnya penyusunan skripsi ini dilakukan dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

6. Teknik Keabsahan Data

Kredibilitas (derajat kepercayaan) dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, hal itu dapat dicapai dengan jalan:

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, misalnya untuk mengetahui pelaksanaan pemberdayaan anak asuh yang dilakukan Panti Asuhan Baiturrahman Masjid Jami Bintaro Jaya memalui program kemandirian.

b. Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya dalam hal ini peneliti membandingkan jawaban yang diberikan oleh Panti Asuhan Baiturrahman Masjid Jami Bintaro Jaya dengan jawaban yang diberikan oleh kepala Panti Asuhan Baiturrahman yaitu bapak Jufri Halim, M.Si.

c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diajukan peneliti memanfaatkan dokumen atau data sebagai bahan perbandingan.


(20)

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini bermuara pada penulisan sebelumnya, yaitu beberapa skripsi yang pembahasannya memiliki kesamaan tema dengan judul yang penulis bahas, judul skripsi yang penulis maksudkan antara lain sebagai berikut:

1. Judul skripsi, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kelompok Swadaya Masyarakat (Kasus Implementasi di Lembaga Pengelola Zakat, Infak, dan Sadakah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah PT. Bukaka Teknik Utama Tbk)”. Penulis Sunardi, Fakultas Dakwah dan Komuikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Isalam, tahun 2008. Hasil penelitian tersebut lebih menitikberatkan pada lembaga pengelola Zakat, Infak, dan Sadakah (LP-ZIS). Di mana pemberdayaan LPZiS adalah karyawan perusahaan dengan mencoba mempraktekan kedermawanan mereka kepada masyarakat yang dekat dengan perusahaan sekitar. Adapun kedekatan penelitian tersebut dengan penulis skrpsi ini yaitu tentang Strategi Pemberdayaan Masayarakt dan dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki bagi masyarakat sekitar.

2. Judul skripsi, “Pelaksanaan Program Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Keterampilan di Panti Sosial Asuhan Anak Putera Utama V Duren Sawit Jakarta Timur”, Penulis Roudhotunnajah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, tahun 2008.


(21)

Yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian tersebut adalah objek dan subjek penelitiannya.

3. Judul skripsi, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dakwah KH. Zaiduddin Amir di Baduy Luar Kecamatan Leuwidamar Lebak Bnaten”. Penulis Cucun Sumiati, fakultas Dakwah dan Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat Isalam, tahun 2007. Hasil penelitian Cucun Sumiati adalah pada perubahan masyarakat Baduy luar, di mana masyarakat Baduy dengan diberi pengarahan melalui dawkah.

F. Sistematika Penulisan

Untuk ketertiban pembahasan serta untuk mempermudah analisis materi dalam penulisan skripsi, maka penulis menjelaskan dalam sistematika penulisan. Penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab, setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori, yang meliputi Pengertian Strategi, dimensi strategi, faktor-faktor yang mempengaruhi startegi, Tahapan Staregi, pengertian pemberdayaan, program dan proses pemberdayaan, tahapan-tahapan pemberdayaan, pengertian anak


(22)

asuh, batasan anak asuh, pengertian kemandirian, ciri-ciri kemandirian, faktok-faktor yang mempengaruhi kemandirian.

BAB III Gambaran Umum tentang Panti Asuhan Baiturrahman yang meliputi; sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, sarana dan prasarana.

BAB IV Temuan dan Analisis meliputi pelaksanaan strategi pemberdayaan anak asuh pada aras mikro dan aras mezzo dengan berbasis bidang pendidikan, bidang kerohanian, bidang fisik, dan bidang sosial. Pada bab ini juga dijabarkan mengenai pelaksanaan anak asuh dalam meningkatkan kemandirian, yakni meliputi tahapan perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelestarian program.

BAB V Penutup, meliputi kesimpulan atau dari pemikiran yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya serta saran penulis yang tentunya didasarkan kepada hasil temuan dan analisis lapangan.


(23)

A. Pengertian Strategi

Menurut Sondang Siagian, Strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntunan perubahan lingkungan.1 Menurut Chandler, strategi adalah penuntun dasar goals jangka panjang.2 Kemudian menurut Onong Uchjana, strategi pada hakekatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan.3 Sedangkan strategi menurut Steinner dan Minner adalah penempatan misi, penetapan sasaran organisasi, dengan meningat kekuatan eksternal dan internal dalam perumusan kebijakan tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai.4

Sementara Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck menyatakan bahwa strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategiperusahaan dengan tantangan lingkungan dan

1

Sondang Siagian, Analisys serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi,

(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), h. 17 2

Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijaksanaan Bisnis, (Yogyakarta: BPFC,

1985), h. 9 3

Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teory dan Praktek, (Bandung: PT.

Remaja Rosda Karya. 1999), h. 32 4

George Steinner dan John Minner, Manajemen Startejik, (Jakarta: Erlangga, 2002),

h. 20


(24)

yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.5

Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, strategi adalah keseluruhan langkah (kebijaksanaan-kebijaksanaan) dengan perhitungan yang pasti guna mencapai suatu tujuan atau untuk mengatasi suatu persoalan.6 Kemudian menurut Ali Murtopo, strategi pada hakikatnya menjadi hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha masyarakat atau suatu bangsa untuk mencapai tujuannya.7

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung dari Kriteria yang digunakan.

Tujuan pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam jangka panjang: seperti bertahan hidup, keamanan dan memaksimalkan profit. Sasaran lebih nyata yaitu pencapaian hal-hal yang penting untuk mencapai tujuan. Mencapai sasaran akan lebih mendekatkan pada tujuan. Sasaran pada umumnya lebih spesifik dan harus dapat diukur dan biasanya mencakup kerangka target dan waktu.

Strategi menyebutkan satu persatu hubungan penyebab dan hasil antara apa yang dilakukan pelaku dan bagaimana dunia luar menanggapinya.

5

Lawrence R. Jauch dan William F. Glueck, Manajemen Strategi dan Kebijakan

Perusahaan, Edisi ke -3 (Jakarta: erlangga, 1988), h. 12 6

Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustapadidjaja, Teori dan Strategi Pembangunan

Nasional, (Jakarta: Haji MasAgung, cet. Ke -6, 1988), h. 13 7


(25)

Strategi disebut efektif jika hasil yang dicapai seperti yang diinginkan. Karena kebanyakan situasi yang memerlukan analisis stratejik dan statis melainkan interaktif dan dinamis, maka hubungan antara penyebab dan hasilnya tidak tepat atau pasti.

1. Dimensi Strategi

Berdasarkan pengertiannya diatas dapat dijelaskan bahwa strategi memiliki beberapa dimensi yang perlu diperhitungkan dan diketahui untuk mengurangi dampak elemen ketidakpastian dalam merumuskan dan mengimplementasikan staregi tersebut antara lain :

a. Dimensi Keterlibatan Manajemen Puncak

Keterlibatan manajemen puncak merupakan keharusan, karena hanya pada tingkat manajemen puncak akan tampak segala bentuk implikasi berbagai tantangan dan tuntutan lingkungan internal dan eksternal, pada tingkat manajemen puncaklah terdapat cara pandang yang holistik dan menyeluruh.8 Selain itu hanya manajemen puncaklah yang memiliki wewenang untuk mengalokasikan dana, prasarana, dan sumber lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah diputuskan. Dimensi Waktu dan Organisasi Masa Depan

b. Dimensi Lingkungan Internal dan Eksternal

8


(26)

Dimensi lingkungan internal dan eksternal adalah suatu kondisi yang sedang dihadapi yang berupa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang harus diketahui secara tepat untuk merumuskan rencana strategi yang berjangka panjang.9 Dalam kondisi tersebut, manajemen puncak perlu melakukan analisis yang objektif agar dapat menentukan kemampuan organisasi berdasarkan berbagai sumber yang dimiliki.

Dengan demikian, manajemen puncak memahami terhadap kondisi lingkungan internal dan eksternal bagi organisasi dan mampu melakukan berbagai pendekatan juga teknik untuk merumuskan strategi organisasi yang dipimpinnya.

c. Dimensi Konsekuensi Isu Strategi

Dalam mengimplementasikan strategi harus didasarkan pada penempatan organisasi sebagai suatu sistem. Setiap keputusan startegi yang dilakukan harus dapat menjangkau semua komponen atau unsur organisasi, baik arti sumber daya maupun arti satuan-satuan kerja tersebut dikenal, seperti departeman, divisi, biro, seksi, dan sebagainya.10

9

Ibid, h. 157 10


(27)

2. Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Strategi

Adapun beberapa faktor yang menjadi pendukung dalam merumuskan strategi, agar suatu organisasi tetap eksis, tangguh menghadapi perubahan, dan mampu meningkatkan efektivitas dan produktifitas. Faktor-faktor tersebut antara lain : tipe dan struktur organisasi, gaya manajerial, kompleksitas lingkungan eksternal, kompleksitas proses produksi, dan hakikat berbgai masalah yang dihadapi.

a. Tipe dan Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai “lukisan interaksi, aktivitas-aktivitas peranan, hubungan-hubunngan, dan hirarki tujuan suatu organisasi”.11

Tipe dan struktur organisasi yang dipilih untuk digunakan harus berhubungan dengan kepribadian organisasi tersebut, sebab setiap organisasi pasti memiliki kepribadian yang khas. Dengan demikian, dalam struktur organisasi harus terdapat beberapa unsur, antara lain spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pengambilan keputusan kerja dan ukuran kerja.12

b. Gaya Manajerial (kepemimpinan)

11

Abdul Syani, Manajemen Organisasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 133

12

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar manajemen


(28)

Dalam teori kepemimpinan dikenal berbagai teologi kepemimpinan, antara lain dalah tipe otokratik, paternalistik, laisez faire, demokratik, dan kharismatik.13 Namun demikian, tidak ada satu tipe yang sesuai dan dapat digunakan secara konsisten pada semua jenis dan kondisi organisasi.

c. Kompleksitas Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal organisasi selalu bergerak dinamis. Gerakan dinamis tersebut berpengaruh pada cara mengelola organisasi dan termasuk dalam merumuskan dan menetapkan strategi.14 Karena tidak ada organisasi yang dapat membebaskan diri dari dampak lingkungan eksternal, maka dinamika tersebut harus dikenali, dianalisis, diperhitungkan demi mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

d. Hakekat masalaah yang dihadapi

Strategi merupakan keputusan dasar yang diambil oleh manajemen puncak melalui berbagai analisis dan perhitungan terhadap lingkungan internal dan eksternal organisasi. Karena itu, keputusan

13

Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, h. 32

14

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar manajemen


(29)

yang dambil oleh manajemen puncak akan menetukan kesinambungan organisasi saat sekarang dan masa depan.15

3. Tahapan Strategi

Penerapan strategi suatu organisasi merupakan suatu proses yang dinamis, agar terjadinya keberlangsungan dalam organisasi. Tahapan tersebut secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan proses awal menetapkan strategi yang bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai yang mempengaruhi kinerja lingkungan dan organisasi.

Secara garis besar analisis suatu organisasi mencakup dua komponen pokok yaitu analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal. Adapun proses ini dikenal dengan analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity, Theats).

Tujuan utama dilakukannya analisis lingkungan internal dan eksternal suaatu organisasi adalah untuk mengidentifikasi peluang (opportunity) yang harus segera mendapatkan perhatian serius dan pada saat yang sama organisasi menentukan beberapa kendala ancaman (threats) yang perlu diantisipasi.16 Hasil analisis SWOT akan menggambarkan kualitas dan

15

Amrullah dan Sri Budi Cantika, manajemenStartejik, (Yogyakarta: Graha Mada,

2002), h. 127 16


(30)

kuantifikasi posisi organisasi yang kemudian memberikan rekomendasi berupa pilihan strategi generic serta kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.17

a) Penetapan Misi dan Tujuan

Setiap organisasi macamnya pasti memiliki misi dan tujuan dari organisasi itu. Misi dan tujuan ini menetukan arah mana yang akan dituju oleh organisasi. Misi menurut pengertiannya, adalah suatu maksud dan kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri yang khas dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain yang bergerak dalam bidang usaha yang sejenis.18 Tujuan adalah landasan utama untuk menggariskan kebijakan yang ditempuh dan arah tindakan untuk mencapai tujuan perusahaan.19

b) Perumusan Strategi

Perumusan strategi dalam hal ini adalah proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada hakikatnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Strategi yang ditetapkan tidak dapat lahir begitu saja. Diperlukan suatu proses dalam memilih berbgai strategi yang ada.

17

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Pengantar manajemen

Syariat, (Jakarta: Khairul Bayaan, 2002), h. 83 18

Sondang P. Siagian, Manajemen Startejik, h. 42

19


(31)

Menurut David Aeker, sebagaimana dikutif oleh Kusnadi terdapat beberapa criteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:

1. Strategi harus tanggap lingkungan ekstenal.

2. Strategi melibatkan keunggulan kompetitif.

3. Strategi harus sejalan dengan strategi lainnya yang terdapat di dsalam organisasi.

4. Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi.

5. Strategi secara organisasional dipandang layak ( wajar ).20

Setelah memilih strategi yang ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah melaksanakan strategi yang telah ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota organisasi.

Ada beberapa yang penting dalam mengimplementasikan strategi dalam suatu organisasi, adalah sebagai berikut :

1. Sajikan citra yang baru.

2. Kurangi konflik dan tangani secara terbuka.

20

Kusnadi, Pengantar manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001),


(32)

3. Bentuk persekutuan dengan berbagai pihak.

4. Mulai “secara kecil-kecilan”.21

B. Pengertian Pemberdayaan

Menurut Person, pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan, atas dan memepngaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup lain yang menjadi perhatiannya.22

Menurut Kartasasmita dikutip oleh Setiawan mendefinisikan bahwa pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia atau masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.23

Menurut Edi Soeharto mendefinisikan pemberdayaan adalah sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan

21

Sondang P. Siagian, Teory Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Bumi Alsara,2002),

h. 92-93 22

Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

Komunitas (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003), h. 56 23

Setiawan, hari hariyanto, “Pengembangan Program Anak Jalanan melalui


(33)

masalah sosial atau memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki.24

Pemberdayaan berarti desentralisasi kekuasaan sehingga governance

yang sebenarnya dimiliki oleh setiap warga dalam kadar yang sama. Dapat pula diartikan bahwa semua anggota masyarakat, ikut serta secara penuh dalam membuat dan melaksanakan putusan-putusan yang diambil.25

Pemberdayaan masyarakat (Community development) adalah suatu proses yang merupakan usaha masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultur komunikasi, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional.26

Pemberdayaan bisa diartikan juga sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik, dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf kehidupan ke tingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dmiliki. Tentunya dalam menentukan kea rah yang

24

Edi Soeharto, Pendampingan Sosial dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin:

Konsep dan Strategi, dalam makalahnya yang disiapkan dan bacaan pelatih dalam meningkatkan

kemampuan capacity building para pendamping sosial keluarga miskin pada proyek uji coba

model pemandu di Lampung, jateng, dan NTB

25

Carunia Mulya Firdausy ed, Dimensi Manusia dalam Pembangunan Berkelanjutan,

(Jakarta; LIPI, 1998), h. 12 26

Soetomo, Strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006),


(34)

lebih baik lagi.27 Menurut T. Handoko, pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan.28

Sekilas jika definisi tersebut diperhatikan memang terdapat perbedaan, tetapi mengandung arti yang sama, oleh karena itu penulis mencoba menyimpulkan mengenai batasan definisi pemberdayaan berdasarkan informasi di atas sebagai berikut:

a. Pemberdayaan adalah mengembangkan dari keadaan tidak berdaya menjadi berdaya.

b. Pemberdayaan dilakukan memlalaui proses yang cukup panjang dan dilakukan secara kontinyu untuk menuju kea rah yang lebih baik.

c. Pemberdayaan bisa diartikan sebagaiperubahan yang lebih meningkat.

d. Pemberdayaan bisa diartikan sebagai pembangunan.

Jadi pemberdayaan adalah upaya mendorong (encourage), memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

1. Pemberdayaan Anak

Pemberdayaan anak adalah upaya untuk mengembangkan diri dari keadaan tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai

27

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 19991). h, 15 28


(35)

kehidupan yang lebih baik. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan taraf kehidupan yang lebih baik. Jadi pemberdayaan anak adalah berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri anak asuh untuk menggunakan daya yang dimilikinya agar mendapat kehidupan yang lebih baik.

Pemberdayaan anak asuh adalah kegiatan dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan kemapanan masyarakat untuk meningkatkan kekuatan, peranan dan keswadayaan masyarakat miskin dalam suatu kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan dan keamanannya.29

Pemberdayaan anak asuh merupakan langkah yang sangat penting bagi upaya pengurangan penduduk miskin, upaya pemberdayaan anak asuh merupakan kepedulian dalam kemitraan dan kesetaraan dari pihak yang sudah maju kepada pihak yang belum berkembang. Dalam pengertian itu pemberdayaan ini merupakan suatu proses ketergantungan menuju kemandirian.

Pemberdayaan anak asuh sendiri merupakan upaya untuk memandirikan anak asuh lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Konsep pemberdayaan ini sebagai suatu pemikiran, tidak dapat terlepas dari paradigm pembangunan yang berpusat pada rakyat. Paradigm pembangunan yang demikian memberikan kedaulatan kepada

29 Jules Siboro, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat melalui Program IDT dan Pengaruhnya


(36)

rakyat untuk menentukan pilihan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

2. Ruang Lingkup Pemberdayaan Anak

a. Kognitif

Para ahli psikologi sepakat bahwa otak manusia adalah sumber kekuatan yang luar biasa dan dahsyat, yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Mereka mengklasifikasi otak menjadi dua klasifikasi, yaitu otak kiri dan otak kanan. Otak kiri berfungsi untuk menghafal dan mengingat, logika atau berhitung, menganalisis, memutuskan dan bahasa. Sedangkan otak kanan berfungsi untuk melakukan aktivitas imajinasi atau intuisi, kreasi atau aktifitas, inovasi, dan seni. Secara umum, manusia yang dilahirkan normal di dunia initelah diberikan Allah kemampuan-kemampuan dasar tersebut. Tugas otak tersebut akhirnya adalah melakukan kegiatan berfikir, yaitu berfikir untuk menghasilkan karya nyata melalui bahasa, logika, intuisi, kreatifitasnya. Jadi, otak manusia adalah sumber kekuatan manusia untuk menghasilkan karya melalui proses berfikir, bahkan menurut David J Schwartz, berfikir positif dapat mendatangkan mukjizat.

Menurut Agus Sujanto berfikir adalah gejala-gejala jiwa yang dapat menetapkan hubunngan-hubungan antara ketahuan-ketahuan kita.30


(37)

Menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Kognitif adalah kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.31

Dalam berfikir, kita menggunakan alat, alat itu adalah akal. Berfikir adalah suatu proses diakletis. Artinya, selama kita berfikir, pikiran kita mengadakan Tanya jawab dengan pikiran kita, untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita itu dengan tepat. Pertanyaan itulah yang member arah pikiran kita.

Proses-proses yang dilalui dalam berfikir adalah sebagai berikut:

1) Pembentukan pengertian, artinya dari suatu masalah, pikiran kita membuang ciri-ciri tambahan, sehingga tinggal ciri-ciri yang tipis (yang tidak boleh tidak ada) pada masalah itu.

2) Pembentukan pendapat, artinya pikiran kita menggabungkan atau menceraikan beberapa pengertian yang menjadi tanda khas dari masalah itu.

3) Pembentukan keputusan, artinya pikiran kita menggabungkan pendapat tersebut.

4) Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari keputusan-keputusan yang lain.32

31 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:


(38)

Proses kognitif melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan pola berfikir, kemahiran berbahasa, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari lingkungannya. Aktivitas-aktivitas seperti mengamati dan mengklasifikasikan benda-benda, menyatu beberapa kata menjadi satu kalimat, menghafal sajak atau doa, memecahkan soal-soal matematika pengalaman, merefleksikan peran merupakan proses kognitif dalam perkembangan anak.

Perkembangan kognitif perlu dibedakan dengan perubahan dalam arti belajar. Perekmbangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan penting dalam pola kemampuan berfikir serta kemahiran berbahasa, seperti belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil darinpengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik. Selain itu, perubahan-perubahan yang dipelajari seringkali dipelajari dalam waktu yang singkat, tetapi perkembanngan kognitif terjadi dalam kurun waktu yang relatif lama. Perkembanngan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain. perkembangan kognitif anak akan menfasilitasi atau membatasi kemampuan belajar anak, sebaiknya pengalaman belajar anak akan sangat menfasilitasi perkembangan kognitifnya.

Menurut Piaget perkembangan kognitif pada anak terdiri dari atas empat tahap yaitu:


(39)

a) Tahap Sensori-Motorik (0-2 tahun). Yang berperan adalah skema motorik. Jadi anak harus berbuat atau melakukan sesuatu dahulu untuk mengetahui sesuatu. Kalau kepalanya sudah terbentur dinding barulah ia tahu bahwa dinding itu keras.

b) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun). Anak sudah mengembangkan skema simbolik (lisan dan kemudian tulisan). Anak cukup diberi tahu secara lisan bahwa dinding itu keras, dengan sendirinya dia tidak akan membenturkan kepalanya ke dinding.

c) Tahap Operasinal Kongkrit (7-11 tahun). Dalam usia sekolah dasar ini anak sudah mampu memecahkan masalah-masalah yang kongkrit (dua jeruk ditambah tiga jeruk menjadi lima jeruk). Selanjutnya, dia mampu berprilaku di dalam kognisinya (menghitung, menambah, membagi, mengalikan, mengenal nama-nama kota di peta buta dan sebagainya) sehingga dia tidak perlu sungguh-sungguh berbuat sesuatu untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya, untuk menemukan kantor kepala desa, dia tidak usah berjalan menyelusuri seluruh desa, tetapi cukup membaca peta dan mengikuti peta tersebut samapi ke kantor kepala desa.

d) Tahap Operasional Formal (11 tahun ke atas). Pada tahap ini orang sudah mampu memecahkan masalah-masalah hipotesis dan dapat berfikir deduktif (menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak atau belum terjadi dalam kenyataan). Misalnya, “jika reactor nuklir bocor


(40)

apakah yang harus dilakukan pemerintah?” atau “jika seorang anak tiga kali tidak naik kelas apakah yang harus dilakukan orang tuanya?”

Menurut Piaget, tahapan perkembangan kognitif itu adalah invariant yaitu seragam atau sama saja bagi setiap orang dan tidak ada tahapan yang dapat diloncati sebelum masuk ke tahap yang berikutnya, karena setiap tahap adalah persiapan bagi tahap berikutnya.33

b. Emosi

Kata “emosi” berasal dari bahasa latin “emovere” yang artinya “bergerak keluar”. Maksud emosi adalah untuk menggerakan individu untuk menuju rasa aman dan pemenuhan kebutuhannya serta menghindari sesuatu yang merugikan dan menghambat pemenuhan kebutuhan.34

Menurut buku karangan Netty Hartati dkk, emosi dapat didefinisikan sebagai stirred up or aroused state of the human organization (emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri manusia).35

Emosi merupakan luapan perusahaan yang berkembang dan surut dalam waktu yang cepat.36

33 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial,

(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 78-79

34 Mohamad Surya, Psikologi Konseling, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2003), h. 82

35 Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h. 89

36 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:


(41)

Menurut Arnold, emosi adalah rasa dan atau perasaan yang membuat kecendrungan yang mengarah terhadap sesuatu yang secara intuitif dinilai sebagai hal yang baik atau bermanfaat atau menjauhi dari sesuatu yang secara intuitif dinilai buruk atau berbahaya. Tindakan itu diikuti oleh pola-pola perubahan fisiologis sejalan dengan mendekati atau menghindari objek.37

Menurut Ary Ginanjar, kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya kepekaan emosi secara sumber energy, informasi, koneksi dan pengaruh manusia. “Emosi adalah bahan bakar yang tidak tergantikan oleh apa pun bagi otak agar mampu melakukan penalaran yang tinggi. Emosi menyulut kreatifitas, kolaborasi, inisiatif dan transformasi, sedangkan penalaran logis berfungsi mengatasi dorongan-doronngan yang keliru dan menyelaraskannya dengan proses dan teknologi dengan sentuhan manusiawi. Emosi juga salah satu kekuatan penggerak. Bukti-bukti menunjukan bahwa nilai-nilai dan watak dasar seseorang dalam hidup initidak berakal pada IQ, tetapi pada kemampuan emosional,” Integritas, komitmen, konsistensi, ketulusan dan totalitas itulah yang dijadikan tolak ukur kecerdasan emosi (EQ). kecerdasan emosi sebenarnya akhlak di dalam Islam yang pernah diajarkan Rasullah 1.400 tahun lalu, jauh sebelum konsep EQ diperkenalkan saat ini sebagai sesuatu yang dinamika ESQ (Kecerdasan Emosi dan Spiritual).


(42)

Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak rencana seketika untuk mengatasi masalah yang ditanamkan secara berangsur-angsur yang terkait dengan pengalaman dari waktu ke waktu.

Dapat dirangkum bahwa kecerdasanemosi dapat diartikan kemampuan untuk mengenal, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain. Jelas bila seorang individu mempunyai kecerdasan emosi tinggi, dapat hidup lebih bahagia daan sukses karena percaya diri serta mampu menguasai emosi atau mempunyai kesehatan mental yang baik.

Apabila emosi kuat, seringkat terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita, antara lain:

a. Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.

b. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.

c. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.

d. Pernafasan : bernafas panjang bila kencang.

e. Pupil mata : membesar bila sakit atau marah.

f. Liur : mongering bila takut dan tegang.

g. Bulu roma : berdiri bila takut.


(43)

i. Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang dan bergetar.

j. Komposisi darah : komposisi darah akan picut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.38

c. Spiritual

Spiritual adalah spirit atau murni.39 Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa didasari pemahaman dan keyakinan bahwa sumber IPTEK adalah dari Allah SWT, justru akan membuat manusia lebih banyak melakukan ‘trial and error’. Pengembangan segi-segi kehidupan sebagai rahasia untuk meraih sukses manusia, perlu disempurnakan oleh faktor SQ (Spiritual Quotient), demi untuk kematangan kerohaniaan.

Kunci dan kamus dari konsep ESQ menurut Ary Ginanjar adalah Asmaul Husna atau 99 nama dan sifat Allah SWT. “Maanusia diberi wewenang untuk menggunakan haknya dari Allah SWT untuk mengurangi keluasan samudera hakikat dari ilmunnya. Maka dengan meresapi ke-99 asma Allah tersebut, seorang manusia akan mampu menguatkan dirinya kembali (reinforcement) sebagai titik tolak pembangunan dan pengesahan kecerdasan emosinya. Denngan Asmaul Husna manusia berikhtiar untuk

38 Abdul Rahman Shaleh, Mubib abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 171

39 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power, (Jakarta:


(44)

menunjukan kebaikan dari kebenaran, kebenaran dari kebenaran dan keindahan dari kebenaran milik-Nya.”

Di dalam islam hal-hal yang berhubungan dengan kecakapan emosi dan spiritual seperti konsistensi (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu), berusaha dan berbersih diri (tawakkull tawakal), totalitas (kaffah), keseimbangan (tawazun), integritas dan penyempurnaan (ikhsan) dan ketulusan (sinceret), semua itu dinamakan Akhlakul Karimah.

Kecerdasan spiritual bersumber dari suara-suara hati, sedangkan suara-suara hati ternyata sama persis dengan nama dan sifat-sifat Ilahiyah yang telah terekam di dalam jiwa setiap manusia, seperti dorongan ingin muji, dorongan ingin belajar, dorongan inngin bijaksana dan dorongan lainnya.

Untuk meningkatkan kecerdasan spiritual (SQ) dapat ditempuh dengan jalan menghayati serta mengamalkan agama, yaitu Rukun Iman (Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Rasul Allah, Iman kepada Hari Kiamat dan Iman kepada Qada dan Qadar) dan Rukun Islam (Membaca Dua Kalimat Syahadat, Sholat Lima Waktu, Puasa di Bulan Ramadhan, Membayar Zakat, Pergi Haji jika mampu).40

d. Keterampilan

40Dadang Hawari, Al-Qur’an. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (Yogyakarta:


(45)

Keterampilan atau life skills adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berprilaku positif yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif.41

Keterampilan atau life skills dapat dikelompokan dalam empat jenis yaitu:

1) Keterampilan personal (personal skills) yang mencakup keterampilan mengenal diri sendri, keterampilan berfikir rasional dan percaya diri.

2) Keterampilan sosial (social skills) seperti keterampilan melakukan kerjasama, bertenggang rasa dan tanggung jawab sosial.

3) Keterampilan akademik (academic skills) seperti keterampilan dalam melakukan penelitian, percobaan-percobaan denngan pendekatan ilmiah.

4) Keteramilan vokasional (vocational skills) adalah keterampilan yang berkaitan denngan suatu bidang kejuruan atau keterampilan tertentu seperti di bidang pembengkelan, jahit-menjahit, peternakan, pertanian, produksi barang tertentu.42

41

Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan hidup (Life Skills) Pendidikan Luar

Sekolah, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda Departemen Pendidikan Nasional, 2003, h. 5

42 Pedoman Penyelenggaraan Program kecakapan Hidup (life skills) pendidikan Luar


(46)

Keempat kecakapan tersebut dilandasi oleh kecakapan spiritual yakni keimanan, ketaqwaan, moral, etika dan budi pekerti yang baik sebagai salah satu pengalamandari sila pertama pancasila. Denngan demikian, pendidikan keterampilan atau life skills diarahkan pada pembentukan manusia yng berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat dan mandiri.

3. Progaram dan Proses pemberdayaan

Pemberdayaan sebagai suatu program, dimana pemebrdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Bila program selesai maka danggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan. Hal ini banyak terjadi pada pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dmana proyek yang satu dengan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain meskipun itu dalam satu lembaga yang sama. Sedangkan pada beberapa organisasi non pemerintrah kegiatannya tidak jarang juga terputus karena telah berakhirnya dukungan dana dari pihak donor.

Proses pemberdayaan yang dikemukakan oleh Prijono, dan dkutip oleh Rajuminropa, mengandung dua kecenderungan yaitu :

a. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan,


(47)

kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini dilengkapi denngan upaya membangun assaet material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.

b. Kecenderungan sekunder, proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau berdaya untuk menentukan pilihan hidupnya melalui proses dialog.

Selanjutnya menurut Rubin (1992) “central to empowerment is illingnessto challenge formal authority and to ascape dependency on those in power”. Yang dikutip oleh Rajuminropa bahwa pendapat Rubin diartikan bahwa pemberdayaan sebagai proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu atau kelompok. Kondisi semula yang cenderung hanya menerima keadaan, selanjutnya akan lebih berani bertindak untuk merubah keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat merupakan kekuatan formal guna menghapus ketergantunannya.43

Hogon seperti dikutip oleh Adi menggambarkan proses pemberdayaan yang kesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahap utama yaitu:

43

Rajuminropa, pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin, (Universitas Indonesia


(48)

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall dopowering/empowering experience).

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan (discuss reasons for depowerment/empowerment)

3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify one problem or project)

4. Mengidentifikasikan basis daya yang bermakna (identify usefull power bases) dan

5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikan

(develop and implement action plans).

Dari pernyataan di atas tergambar mengapa Hogan menyakini bahwa proses pemberdayaan yang terjadi pada tingkat individu tidak, berhenti pada suatu titik tertentu. Tetapi lebih merupakan sebagai upaya berkesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada. Meskipun Hogon memfokuskan tulisannya pada pemberdayaan individu, tetapi model pemberdayaan yang bersifat on-going process tersebut bukan berarti tidak dapat diterapkan pada level komunikasi.44

Proses pemberdayaan yang merupakan on-going process bukan berarti meniadakan masalah, akan tetapi pemberdayaan tersebut mempersiapkan struktur dan system dalam komunitas agar dapat

44

Adi Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan


(49)

bersikap proaktif dan responsive terhadap kebutuhan komunitas dan permasalahan yang ada dan dapat muncul dalam kumunitas tersebut.

4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan (empowerment) pada hakikatnya merupakan sebuah konsep yang fokusnya adalah kekuasaan pemberdayaan secra subtansial menurut Bagong Suyanto, merupakan proses memutus (break down) dari hubungan antara subjek dan objek. Proses ini mementingkan pengakuan subjek akan kemampuan akan daya yang dimiliki objek. Secara garis besar, proses ini melihat pentingnya mengalirkan daya dari subjek ke objek.45 Hasil akhir dari pemberdayaan adalah beralihnya fungsi individu yang semula objek menjadi subjek baru, sehingga lahir relasi sosial yang ada nantinya hanya akan dicirikan dengan relasi antara subjek dengan subjek yang lain.

Menurut Edi Suharto menyatakan bahwa dalam pemberdayaan memiliki tiga aras pemberdayaan, yaitu aras Mikro, Mezzo dan Makro.46

a) Pemberdayaan Aras Mikro

Pemberdayaan sistem ini disebut juga sebagai strategi system kecil yang memiliki cakupan keluarga dengan titik tekannya

45

Editor, Moh. Ali Aziz dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat: Paradigma Aksi

Metodologi (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 169

46 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis


(50)

individu, salah satunya melalui bimbingan, konseling, manajemen stress dan intervensi krisis.

Strategi mikro ini dilakukan sebagai kekecewaan tak kunjung berfungsinya institusi publik di Negeri ini dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat. Itulah sebabnya, masyarakat lebih sering bergerak sendiri-sendiri, atau jika harus bersama-sama.

b) Pemberdayaan Aras Mezzo

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensinya. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap agar masyarakat memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c) Pemberdayaan Aras Makro

Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar dengan intervensi perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, Aksi sosial, lobby, pengorganisasian masyarakat.

Dari ketiga strategi di atas jika dilihat secara seksama sagmen pemberdayaan itu terletak pada mezzo dan makro walau tidak menutup kemungkinan merambah pada ranah mikro. Oleh karenanya, penggunaan strategi pemberdayaan dalam program


(51)

pembangunan sosial mempunyai implikasi agar setiap kegiatan yang diciptakan bermutu pada proses yang sifatnya partisifatif.

5. Tahapan- tahapan Pemberdayaan

Adapun upaya untuk pemberdayaan terdiri dari tiga tahapan yaitu:

a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang memiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin berdayandalam memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan juga mengandung arti menaggulanggi.47

Untuk lebih memperjelas rincian dari masing-masing tahap tersebut akan diuraikan secara singkat tahap-tahap pemberdayaan yang dimaksud yaitu:

1) Tahap Persiapan

47

Gunawan Sumodiningrat, Pengembangan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat,


(52)

Pada tahap persiapan ini didalamnya sekurang-kurangnya ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu (a) penyiapan petugas; dan (b) penyiapan lapangan; penyiapan petugas, dalaam hal ini tenaga pemberdaya masyarakat yang biasa juga dilakukan oleh community worker, dan penyiapan lapangan merupakan persyratan suksesnya suatu program pemberdayaan masyarakat yang pada dasranya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

2) Tahap Pengkajian

Proses pengkajian yang dilakukan disini dapat dilakukan secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat, tetapi dapat juga melalui kelompok-kelompok masyarakat. Pada tahapan ini petugas sebagai agen berusaha mengidentifikasikan masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang dimilki klien.

3) Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini, petugas sebagai agen perubah secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Permasalahan yang ada masyarakaat diharpkan dapat memikirkan beberapa alternative program dan kegiataan yang dapat mereka lakukan.


(53)

4) Tahap Performulasian Rencana Aksi

Pada performulasian rencana aksi ini, diharapkan petugas dan masyarakat dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.

5) Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan

Tahapan pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerjasama antara petugas dan warga masyarakat, maupun kerjasama antar warga.pertenatngan antara kelompok warga juga dapat menghambat pelaksanaan suatu program ataupun kegiatan.

6) Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga pada tahapan ini diharapkan akan terbentuk suatu system dalam komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga dalam


(54)

jangka panjang diharapkan akan dapat membentuk system dalam masyarakat yang mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

7) Tahap Teminasi

Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran.48

C. Pengertian Anak Asuh

Anak asuh adalah anak yang diberi biaya pendidikan (oleh seseorang), tetapi tetap tinggal pada oarng tuanya.49

Menurut Ardianus Khatib yang dikutif oleh Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ansharya berpendapat bahwa anak asuh adalah anak yang digolongkan dari keluarga yang tidak mampu, antara lain sebagai berikut:

a. Anak yatim atau piatu atau anak yatim piatu yang tidak memiliki kemampuan ekonomi untuk bekal sekolah dan belajar.

b. Anak dari keluarga fakir miskin

c. Anak dari keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu (tuna wisma).

48

Adi Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan

Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002), h. 182-195 49


(55)

d. Anak dari keluarga yang tidak memiliki ayah dan ibu dan keluarga dan belum ada orang lain yang membantu biaya untuk bersekolah atau belajar.50

Orang tua asuh tidak saja mengusahakan anak asuh untuk dapat menyelesaikan pendidikan dasarnya saja, tetapi juga sebagai wujud gotong royong menurut asas kekeluargaan dalam tatanan kehidupan berpancasila secara konkrit juga ikut menyukseskan program wajib belajar sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang didasari oleh jiwa kemanusiaan yang tinggi, rasa keikhlasan serta rasa kasih sayang.

Batasan Anak Asuh

Batasan usia dalam pelaksanan penelitian ini adalah 13-17 tahun, karena pada usia ini anak belum mencapai taraf kematangan yang matang, maka ia masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang sesuai dengan taraf pertumbuhan dan perkembangan yang dapat hidu bahagia didunia dan akhirat.

Pada akhir kanak-kanak ini ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi sosial anak. Pada tahun terakhirnya dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik yang menonjol hal ini dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini akan anak-anak mempersiapkan diri secara fisik dan psikologis untuk

50

Ehuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ashari, Problemati ke hokum Islam Kotemporer


(56)

n-teman sebayanya.

akan merasa rendah diri hal

D. Pengertian Kemandirian

cil ia sudah biasa, sehingga bebas dari ketergantungan pada orang lain.52

memasauki masa remaja.51 Pada masa ini peranan orang tua sangat dbutuhkan untuk mendampingi anak-anaknya, karena pada masa ini adalah masa peralihan dari akhir masa kanak-kanak memasuki masa usia remaja, dimana anak tidak mau lagi menuruti perintah orang tua atau lingkungan terdekatnya, akan tetapia lebih banyak dipengaruhi oleh tema

Para psikologi memberikan sebutan batasan usia ini adalah “usia berkelompok” pada usia ini karena perhatian utama tiap anak pada masa ini tertuju kepada keinginan diterima oleh teman-teman sebayanya dan sebagai anggota kelompok anak-anak yang tidak dapat tempat atau tidak dapat diterima oleh kelompoknya maka akan tersisih, ia

ini dapat mempengaruhi prestasinya di sekolah.

Kemandirian dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata mandiri. Mandiri adalah keadaan dapat berdiri sendiri tidak bergantung pada orang lain, sejak ke

Mandiri adalah proses pertumbuhan dan perkembangan sikap seseorang, yang lahir dari dalam hati untuk belajar mental diri sendiri. Tumbuh berarti bertambah, dalam hal ini bertambah matang dalam segala hal, dapat dilihat

51

Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, (Jkarta: PT. Aksara Pratama, 1980). H. 146 52

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai


(57)

plin, mempunyai tekad untuk maju, dengan keadaan dapat berdiri sendiri.53

ain, hal ini dipengaruhi oleh sikap serta kepribadian seseorang yang disiplin.

1. Ciri-c

ip oleh Tien

ha untuk mengejar prestasi.

d. 54

nah mengelompokkan cirri-ciri kemandirian kedalam tiga kelompok yaitu:

bahwa kemandirian adalah suatu proses pendewasaan diri seorang anak, dan proses pembelajaran diri, yaitu berpegang pada prinsip sendiri serta tidak bergantung pada orang lain. kemandirian seseorang dipengaruhi oleh sikap, cara dan kepribadian yang disi

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kemandirian adalah proses pendewasaan, dan pembelajaran seseorang yang mempunyai tekad untuk lebih maju dan tidak bergantung kepada orang l

iri Kemandirian

Menurut Lindzay dan Aronson, seperti yang dikut Supartinah orang yang mandiri menunjukan cirri-ciri yaitu:

a. Secara relatif jarang mencari perlindungan kepada orang lain.

b. Menunjukan inisiatif dan berusa

c. Memiliki rasa percaya diri.

Memiliki keinginan untuk menonjol.

Menurut Thulus Hidayat, seperti yang dikutip oleh Tien Suparti

53

Sri Harini, Aba Fidaus Al- Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta:

Kreasi Wacana, 2003), h. 34 54

Tien Supartinah dan Sugiyanto, Laporan Penelitian Mengenai Kontribusi Harga

Diri, Kemandirian, dan Motif Berprestasi Akademik Mahasiswa FKIP UNS Surakarta, Dirjen


(58)

a. Ciri yang menekankan pada adanya rasa tanggung jawab yang besar terhadap perilakunya, baik tanggung jawab terhadap orang tua lain maupun tanggung jawab diri sendiri.

b. Adanya rasa percaya diri, sehingga ia merasa aman menhhadapi lingkungan, merasa aman berada dengan orang lain, dan tidak tergantung kepada orang lain.

c. Adanya kreatifitas, sehingga dia mampu menhasilkan inisiatif ide-ide dalam mencapai prestasi.55

Berdasarkan ciri-ciri di atas dapat penulis simpulkan bahwa kemandirian memiliki cirri-ciri pokok yaitu:

a. Aktifitas sendiri yakni adanya tindakan yang dilakukan sendiri tanpa bantuan oranng lain, mampu mengendalikan tindakannya dan memecahkan masalah yang dihadapinya sendiri.

b. Percaya diri yakni adanya kepercayaan pada kemampuan yang dimilikinya, penerimaan terhadap dirinya sendiri dan memperoleh kepuasan dari usaha yang telah dilakukannya sendiri.

c. Bertanggung jawab yakni adanya keinginan untuk maju, usaha untuk mengejar prestasi, dan tujuan secara sungguh-sungguh, ulet, tekun, serta berani mengambil resiko, berani tanggung jawab terhadap diri sendiri maupun orang lain.

55


(59)

d. Kreatif yakni kemampuan untuk bertindak orsinil, penuh gagasan dan mampu mengembangkan sikap kritis.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Kemandirian tidak terjadi begitu saja, karena dalam membentuk perilaku mandiri harus memperhatikan beberapa faktor penting yang mempengaruhi kemandirian. Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kemandirian, yaitu faktor internal (mencakup faktor perkembangan dan kematangan anak: serta faktor jenis kelamin) dan faktor eksternal (mencakup faktor social dan budaya, faktor pola asuh).

a. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu yang mencakup antara lain:

1) Faktor Perkembangan dan Kematangan Anak

Semakin seseorang berkembang menuju kearah kedewasaan, maka sifat menggantungkan diri semakin berkurang dan seseorang mempunyai sifat tergantung menunjukan pribadi yang tidak matang.

Keadaan mandiri dapat tercapai jika seseorang berhasil memecahkan masalah yang dihadapinya dalam upaya perkembangan dirinya, mencapai kebebasan dan mampu melakukan banyak hal sendiri. Sedangkan seseorang gagal


(60)

mengatasi tekanan-tekanan dan masalah yang dihadapi dalam upaya yang memperoleh kekbebasan dan mandiri maka dia akan merasa malu dan ragu akan kemampuannya sendiri.

Maccoby dalam Monks menjelaskan bahwa sebelum anak berusia kurang lebih 8-12 tahun, orang tua lebih mendoninasi. Selanjutnya terjadi koregulasi (penentuan bersama). Pada tahap ini orang tua semakin memberikan kebebasan menentukan sendiri pada anak dalam situasi self regulation.56

Dengan demikian kemandirian anak sangat perlu dirangsang pada saat anak berada pada tahap muscular-anal, dimana anak mulai memiliki rasa ingin bebas walaupun belum dapat mandiri secara sempurna. Pada usia inilah langkah yang tepat bagi orang tua untuk memulai pemberian latihan kemandirian pada anak, sambil tetap menyesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kematangan anak.

2) Faktor Jenis Kelamin

Pemberian perlakuan dan sikap yang berbeda terhadap anak laki-laki dan anak perempuan disebabkan oleh garapan bahwa mereka mempunyai peranan yang berbeda di masyarakat. Pada laki-laki lebih diberi peran di area publik yaitu di luar rumah,

56

F. J. Monks, et. Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,


(61)

sedangkan perempuan mendapatkan peran lebih pada wilayah intern atau domestik yaitu dalam rumah. Akibatnya laki-laki diharapkan lebih kuat, mandiri, agresif, dan mampu memanipulasi lingkungannya, berprestasi serta membuat keputusan. Sedangkan perempuan diharapkan lebih tergantung, sensitif dan keibuan.

b. Faktor Eksternal

Adapun faktor-faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi kemandirian seseorang meliputi antara lain:

1. Faktor Sosial dan Budaya

Manusia adalah makhluk social yang hidupnya tidak bisa dilepaskan dari kehidupan orang lain. lingkungan yang ada di sekitar manusia itu merupakan bagian penting yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan kepribadiannya. Lingkungan seseorang, seperti lingkungan keluarga, masyarakt, sekolah ataupun tempat individu tersebut tinggal akan dapat membentuk pola perilaku dan kebiasaan-kebiasaan seseorang termasuk kemandiriannya.

Dalam upaya pembentukan kemndirian ini perlu melihat konteks lingkungan sosial dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakt sekitarnya. Hal ini karena konteks lingkungan sosial dan


(62)

nilai-nilai budaya masyarakat, sangat mempengaruhi penerimaan masyarakat akan arti pentingnya kemandirian, yang juga sangat berpengaruh pada cepat dan lambatnya pencapian kemandirian seseorang.

2. Faktor Pola Asuh

Faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap proses pembentukan kemandirian ini adalah faktor pola asuh orang tua bahkan mungkin faktor inilah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan kemandirian seseorang.

Ada tiga teknik pengasuhan yang biasanya diterapkan orang tua asuh pada anaknya, yaitu pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh permisif (membolehkan), dan pola asuh autoritatif

(demokratis).

Pola asuh authoritarian, orang tua cenderung mendidik dan menahan perolehan kebebasan anak, yang akibatnya dapat membuat anak cenderung menjadi tergantung, kurang percaya diri dan pasif.

Sementara itu pola asuh permisif, tidak menghasilkan anak-anak yang sering mengalami kesulitan mengatasi tuntunan untuk mandiri dan percaya diri menjelang usia remaja, dan mungkin akan


(63)

mengalami frustasi bila terjadi kegagalan dalam menghadapi lingkungan yang tidak mau menurut apa yang diinginkannya.

Sedangkan pola asuh autoritatif, secara tidak langsung orang tua mendorong kemandirian dan tingkah laku disiplin pada anak. Hal ini karena orang tua yang menerapkan pengasuhan demokratis, tidak melakukan dominasi terhadap anak dalam membuat keputusan, dan dalam membuat peraturan pun mereka akan senantiasa memberikan penjelasan-penjelasan.

Anak yang diasuh dengan pola autoritatif (demokratis), akan menjadi anak yang kompeten secara sosial. Artinya anak akan mandiri, dewasa, mempunyai control diri yang kuat, percaya diri, bersemangat atau aktif, eksploratif, ramah, semangat dengan teman-temannya, dan mampu mengatasi stress.

Dalam hal ini pola asuh autoritatif (demokratis) lebih efektif dibandingkan dengan otoriter dan permisif karena memberikan standar yang jelas dan kontrol yang bijaksana terhadap anak-anak, sehingga mereka tumbuh menjadi pribadi yang matang.


(64)

A. Latar Belakang Berdirinya Panti

Pendirian Panti Asuhan Baiturrahman berawal dari ide yang digulirkan Drs. H. M Suhaemi Syarif, ketua Masjid Jami Bintaro pada waktu itu yang memiliki keinginan untuk mendirikan pesantren Dhuafa dan Yatim. Keinginannya tersebut ia diskuksikan kepada jajaran pengurus Masjid Jami Bintaro Jaya. Di antara jajaran pengurus yang diajak diskusi pada waktu itu antara lain adalah Dr. Ir. H Rochiyat Deni Dj., M.Eng, Ir. Bambang Bahagio, Drs. H Supriadi, Ir. H Budi Karya Sumadi, Ir. H Nazarudin. Selanjutnya diskusi-diskusi yang dilakukan para jajaran pengurus Masjid tentang ide Bapak Suhaemi yang bercita-cita ingin mendirikan pesantren Dhuafa dan Yatim tersebut semakin berkembang dan menjadi sebuah diskusi panjang. Sampai pada akhirnya Masjid Jami Bintaro Jaya disahkan menjadi Yayasan Masjid Jami’ Bintaro Jaya dan terbentuklah pengurus baru, yaitu:1

Ketua Umum : Dr. Ir. H Rochiyat Deni Dj, M.Eng Wakil ketuanya : Ir. H Nazarudin

Sekertaris umum : Ir. Bambang Bahagio

1

Wawancara pribadi dengan kepala panti M. Jufri Halim di kantor Panti Asuhan pada tanggl 20 Januari 2010 saat penulis melakukan praktikum kuliah


(65)

Wakil sekertaris : Drs. H Supriadi Bendahara Umum : H. Saeful Fiqri, SE Wakil Bendahara : Hj. Liana Tumbunan

Setelah Masjid Jami Bintaro disahkan menjadi Yayasan, rencana mendirikan Pesantren Dhuafa dan Yatim ini dilanjutkan. Rapat pertamanya diadakan untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Dalam rapat tersebut diputuskan untuk mendirikan lembaga Panti asuhan sebagai embrio bagi rencana pendirian pesantren di masa mendatang. Adapun panti asuhan yang diputuskan dalam rapat tersebut adalah:2

Nama Panti Asuhan : Baiturrahman

Kordinator : Drs. H Supriadi

KA Panti Panti Asuhan : M Jufri Halim Pembantu Rumah Tangga : Sri Atiqah

Status Tempat : Mengontrak sebuah rumah di Jalan Kebon Kopi Gang Benda No 70 RT 02/O4, Pondok Betung, Pondok Aren

Selanjutnya kegiatan rekrutmen dimulai sejak Mei 2008. Mula-mula menerima anak asuh pada bulan juni 2008. Untuk tahap pertama anak asuh yang diterima sebanyak lima orang, dengan kepastian peserta asuh berada di

2

Wawancara pribadi dengan kepala panti M. Jufri Halim di kantor Panti Asuhan pada tanggl 20 Januari 2010 saat penulis melakukan praktikum kuliah


(66)

Panti Asuhan “Baiturrahman” dimulai pada bulan Juli, maka sejak Juli 2008 aktifitas atau kegiatan panti asuhan mulai dilangsungkan.3

Kegiatan panti pada awalnya dilakukan dan dimulai dari hal-hal yang paling sederhan, yaitu dimulai dengan menghidupkan ibadah yaumiyah secara bersama-sama, sperti kegiatan shalat berjemaah dengan cara bergiliran menjadi imam, muadzin, dan yang iqamah. Bertanggung jawab pada keperluan masing-masing, sepeti mereka mencuci pakaian, mencuci piring makan, menyetrika pakaian masing-masing. Bahkan lebih jauh dalam aktifitas sehari-hari seluruh komunikasi antar peserta asuh didasarkan pada prinsip-prinsip kemandirian, kebersamaan, cinta kasih dan tolong menolong.

1. Strategi Rekrutmen Peserta Didik

a. Diperlukan ketegasan tentang kualifikasi peserta didik. Baik berkaitan dg usia (SD 10 thn sampai SMP 14 thn), jumlah 12 anak, tingkat kepribadian (tidak cacat mental, berpenyakit seperti kleptomania dll akan berdampak pada yang lainnya) dan kometmen keluarga (hal ini penting sebab pengalaman banyak ditunggangi oleh LSM yang sebenarnya mengganggu program pengembangan anak kurang mampu) terhadap program dimaksud. Harus diikat dalam sebuah kontrak atau perjanjian antara Yayasan dan keluarga.

b. Melalui rekomendasi orang-orang yang dipercaya

3

Wawancara pribadi dengan kepala panti M. Jufri Halim di kantor Panti Asuhan pada tanggl 20 Januari 2010 saat penulis melakukan praktikum kuliah


(67)

c. Melalui tahapan yang dibuat dalam bentuk SOP

2. Prinsip-prinsip Pengelola

a. Pengelola harus tinggal bersama di panti asuhan dimaksud, kecuali juru masak.

b. Meyakini bahwa melayani (mengelola, membimbing dan mendidik) anak yatim dan dhuafa’ adalah ibadah kepada Allah SWT.

c. Maka Pengelola melayani seperti melayani diri sendiri

d. Ia memahami bahwa anak sebagai manusia yang unik (maka anak harus dipahami sesuai dengan kondisi dan pertumbuhan kepribadiannya)

e. Ia harus tanggung jawab, idealisme, kometmen, dedikasi, prospektif dan inovatif terhadap pengembangan, dalam rangka membangun kepribadian anak yang mandiri, jujur, terbuka, inovatif, bertanggung jawab, penuh kasih sayang, dan kerja sama.

f. Mengoptimalkan peran dan fungsi keluarga dalam rumah pendidikan yatim piatu.

g. Menyadari bahwa seluruh yang diucapkan, dilakukan dan sikap sebgai contoh untuk diinvestasikan pada pengembangan kepribadian anak.

3. Strategi Pelayanan Taman Pendidikan Baiturrahman


(68)

b. Menciptakan suasana kasih sayang dan kerja sama di antara anggota rumah tangga (Ka. Rumah Tangga, Waka Rumah tangga, anak-anak dan petugas lain)

c. Aturan rumah tangga berbasis pembinaan dan pendidikan (terhindar dari tekanan dan penindasan)

d. Program dibuat secara bertahap, realistis, dapat diimplementasikan dan dilakukan secara konsisten.

e. Setiap pembuatan program melibatkan anak asuh, agar merasa memiliki aturan yang dibuat.

f. Semua pihak berorientasi pada tujuan ideal.

g. Evaluasi harian, mingguan, bulanan, persemester dan tahunan program-program yang telah berjalan.

4. Prosedur Rekrutmen Peserta Didik4

a) Peserta berusia 10 sampai 14 tahun.

b) Peserta adalah anak anak dari kalangan keluarga du’afaa’;

¾ Yatim Piatu/Piatu saja

¾ Fakir, Miskin, terlantar (bukan anak jalanan)

¾ Bukan anak yang memiliki masalah kepribadian (mental)

¾ Bebas Narkoba

c) Disepakati oleh orang tua atau wali

4

Lihat Data Panti Asuhan Baiturrahman pada tanggal 21 Januari 2010 saat melakukan praktikum kuliah


(1)

HASIL WAWANCARA

Nama : Yudha Triswandy

Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan “Baiturrahman” Tempat : Di ruang tamu Panti Asuhan “Baiturrahman” Hari / tanggal : Rabu, 12 Mei 2010

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa sebab dan dorongan yang melatarbelakangi kamu tinggal di Panti Asuhan ini?

Jawab: buat meringankan beban orang tua, biar belajar mandiri dan pengen jauh dari orang tua biar lebih dewasa.

2. Prestasi apa yang sudah anda peroleh disini? Jawab: pernah juara hafalan judama

3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di Panti Asuhan ini?

Jawab: pertama ga enak, udah jauh dari rang tua lama kelamaan malah seneng. 4. Apa kekurangan dan kelebihan Panti Asuhan ini?

Jawab: kekurangnanya enak sih disini, tapi wilayahnya ga mendukung, sedangkan kelebihnya tambah ngerti tentang hidup yang mandiri, dan diajarin agama.

5. Kegiatan apa saja yang diberikan oleh panti Asuhan ini?

Jawab: ngaji, les, olahraga dan kerja bakti pokoknya banyah daaah

6. Apakah kamu dapat manfaat dari kegiatan program yang ada di Panti Asuhan? Jawab: ya iya lah pasti, cumin bahasa arab yang tidak mengerti

7. Bagaimana pandangan teman-teman kamu yang di luar Panti Asuhan terrhadap kamu yang tinggal di Panti Asuhan?


(2)

Jawab: tidak menduklung, tapi ada ja yang biasa saja 8. Apakah kamu mengetahui keluarga kandung mu?

Jawab:.tau lah, orang sering pulang ko

9. Apakah kamu ingin keluar dari Panti Asuhan ini?

Jawab: kalau pengen sih ada, cumin kalau deket sama orang tua ngeberatin biayanya, klu di rumah berantem mulu ma sodara, jadi enak disini lah

10.Apa cita-cita kamu?

Jawab: pemain basket di LA Lakers 11.Apa harapan kedepan kamu?

Jawab: jangan terlalu ketat dan fasilitas tambahin harus ada perhatian dari kepala Yayasan

Yudha Triswandy Iin Nurhayati


(3)

HASIL WAWANCARA

Nama : Cecep Mulyana D

Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan “Baiturrahman” Tempat : Di ruang tamu Panti Asuhan “Baiturrahman” Hari / tanggal : Rabu, 12 Mei 2010

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa sebab dan dorongan yang melatarbelakangi kamu tinggal di Panti Asuhan ini?

Jawab: diajak sama kakak, supaya bisa belajar lebih giat, kalau disini bisa konsen dari pada di rumah

2. Prestasi apa yang sudah anda peroleh disini? Jawab: paling juara kelas di sekolah

3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di Panti Asuhan ini?

Jawab: ya seneng bisa banyak temen, bisa melatih diri sosialisasi dengan orang lain 4. Apa kekurangan dan kelebihan Panti Asuhan ini?

Jawab: kekurangannya anak-anak yang kurang memanfaatin fasilitas yang ada dan kurang belajarnya masih banyak yang maen-maen. Sedangkan kelebiahannya belajar lebih giat sehingga saya mendapatkan juara kelas disekolah.

5. Kegiatan apa saja yang diberikan oleh panti Asuhan ini? Jawab: ngaji, les bahasa inggris dan mempelajari ilmu kitab

6. Apakah kamu dapat manfaat dari kegiatan program yang ada di Panti Asuhan? Jawab: bisa, manfaatnya banyak banget, bisa menunjang kehidupan buat masa depan

7. Bagaimana pandangan teman-teman kamu yang di luar Panti Asuhan terrhadap kamu yang tinggal di Panti Asuhan?


(4)

Jawab: biasa saja sih, sama kaya temen-teman yang lain. 8. Apakah kamu mengetahui keluarga kandung mu?

Jawab: iya lah pasti, masa ga tau

9. Apakah kamu ingin keluar dari Panti Asuhan ini?

Jawab: Ga,soalnya disini bisa belajar dengan baik, manfaati waktu sebaik-baiknya 10.Apa cita-cita kamu?

Jawab: ingin jadi orang sukses dan bisa membahagiakan orang tua 11.Apa harapan kedepan kamu?

Jawab: mudah-mudahan Panti ini terus berjalan banyak anak-anak yang putus sekolah karena ekonomi yang tidak mencukupi dan sangat membutuhkan sekolah

Cecep Mulyana D Iin Nurhayati


(5)

HASIL WAWANCARA

Nama : Abdul Azis

Jabatan : Anak Asuh Panti Asuhan “Baiturrahman” Tempat : Di ruang tamu Panti Asuhan “Baiturrahman” Hari / tanggal : Rabu, 12 Mei 2010

Pertanyaan-pertanyaan

1. Apa sebab dan dorongan yang melatarbelakangi ka mu tinggal di Panti Asuhan ini? Jawab: kondisi ekonomi, pengen mencoba belajar mandiri

2. Prestasi apa yang sudah anda peroleh disini?

Jawab: belajar tambah baik dan peringkat di sekolah 3. Bagaimana perasaan kamu tinggal di Panti Asuhan ini?

Jawab: seneng, karena bisa belajar mandiri dan bisa mengatur waktu 4. Apa kekurangan dan kelebihan Panti Asuhan ini?

Jawab: tempatnya kurang memadai, sedangkan kelebihannya bisa belajat teratur, shlat tepat waktunya

5. Kegiatan apa saja yang diberikan oleh panti Asuhan ini? Jawab: ngaji, belajar kitab, les bahasa inggris dan olahraga

6. Apakah kamu dapat manfaat dari kegiatan program yang ada di Panti Asuhan? Jawab: ada, untuk mempersiapkan mental dan fisik


(6)

7. Bagaimana pandangan teman-teman kamu yang di luar Panti Asuhan terrhadap kamu yang tinggal di Panti Asuhan?

Jawab: biasa saja

8. Apakah kamu mengetahui keluarga kandung mu? Jawab: Tau lah

9. Apakah kamu ingin keluar dari Panti Asuhan ini?

Jawab: ga, karena bisa mengatur waktu kalau di rumah maen mulu 10.Apa cita-cita kamu?

Jawab: jadi ahli teknologi pesawat terbang 11.Apa harapan kedepan kamu?

Jawab: bisa berkembang dan menampung anak-anak yang putus sekolah karena ekonomi.

Abdul Azis Iin Nurhayati


Dokumen yang terkait

Kompetensi interpersonal remaja yang tinggal di panti asuhan dan yang tinggal dengan keluarga

1 46 147

Gambaran Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010

7 80 57

STRATEGI MASJID DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT (Studi Pada Masjid Raya Pondok Indah dan Masjid Jami' Bintaro Jaya)

17 114 116

Kepuasan anak asuh terhadap pelayanan sosial bagi anak yatim dan dhua'fa di Panti Asuhan Islam Ratna Jaya ds.Mangun Jaya kec.Tambun kab.Bekasi

0 24 102

Pola asuh positif pengasuh dan kedisiplinan anak asuh dalam Panti Soaial Asuhan Anak Putra Utama 3 Tebet

0 9 75

Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan ( Studi Kasus tentang Strategi Komunikasi Pengasuh dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Panti Asuhan Usia 6 – 12 Tahun di Panti Asuhan Putri St. Angela Deli Tua )

1 40 184

PERAN PANTI ASUHAN YATIM PUTRI AISYIYAH SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBINAAN AKHLAK ANAK ASUH Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta Dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013.

0 2 15

Peran Pengurus Panti Asuhan Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Asuh.

0 0 6

Strategi Branding Air Minum Dalam Kemasan Q-Jami’ Produksi CV Masjid Agung Jami’ Malang

0 0 17

BAB II PELAKSANAAN PENYERAHAN ANAK ASUH PADA PANTI ASUHAN ANAK YATIM MUHAMMADIYAH CABANG GANDAPURA BIREUEN A. Pengertian Anak dan Anak Asuh - Analisis Pencantuman Klausula Eksonerasi Dalam Perjanjian Penyerahan Anak Asuh Kepada Panti Asuhan (Suatu Penelit

1 5 51