11
2. Aspek Life Satisfaction
Diener dan Biswas-Diener 2008 di dalam jurnal yang berjudul Subjective Well Being:
Three Decades of Progress 1999 mengatakan aspek dari life satisfaction.
a. Keinginan untuk mengubah kehidupan
Keinginan seseorang untuk mengubah kehidupannya merupakan aspek yang mempengaruhi life satisfaction Diener,1999. Dimensi ini terkandung dalam
item skala yang disusun oleh Diener yaitu “ In most ways my life is close to my ideal. “
b. Kepuasaan terhadap hidup saat ini
Kepuasan hidup dalam kondisi dan keadaan yang dialami saat ini merupakan aspek life satisfaction Diener, 1999. Dimensi ini terkandung dalam item skala
yang disusun oleh Diener yaitu “The conditions of my life are excellent. “ c.
Life satisfaction di masa lalu Kepuasan hidup di masa lalu yang dihadapi individu merupakan salah satu aspek
life satisfaction Diener,1999. Dimensi ini terkandung dalam item skala yang
disusun oleh Diener yaitu “I am satisfied with my life.”
d. Kepuasan terhadap kehidupan di masa depan
Kepuasan akan yang terjadi dimasa depan merupakan salah satu aspek dari life satisfaction
Diener,1999. Dimensi ini terkandung dalam item skala yang disusun oleh Diener yaitu “So far I have gotten the important things I want in
life.” e.
Penilaian orang lain terhadap kehidupan seseorang. a.
Penilaian orang lain tentang seorang individu terhadap seseorang merupakan aspek dari life satisfaction Diener,1999. Dimensi ini terkandung dalam item
Universitas Sumatera Utara
12 skala yang disusun oleh Diener yaitu “If I could live my life over, I would change
almost nothing .”
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Life satisfaction
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Life satisfaction seseorang yang juga terkait dengan kebahagiaan individu. Yaitu :
a. Kesehatan
Individu yang memiliki kesehatan yang baik memiliki kebahagiaan yang lebih baik daripada individu yang sering mengalami masalah kesehatan. Diener
mengatakan bahwa hal yang berkaitan dengan kebahagiaan adalah penilaian subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif yang
didasarkan pada analisa medis Diener,2008.
b. Realisme dari Konsep Peran
Semakin berhasil seseorang melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dihubungkan dengan prestise, maka semakin besar kepuasan yang ditimbulkan
Hurlock, 1980. c.
Status Kerja Argyle dalam Carr, 2004 mengatakan bahwa individu dengan status bekerja
lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja dan begitu juga dengan individu yang profesional dan terampil tampak lebih bahagia daripada individu
yang tidak terampil. Wright dalam Diener, 2009 juga mengatakan bahwa individu yang bekerja dengan menerima upah lebih bahagia daripada individu
bekerja yang tidak menerima upah. Diener et al. 2008. Kepuasan kerja dari individu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti gaji, penyeliaan, rekan sejawat
dan kondisi yang menunjang Munandar,2001.
Universitas Sumatera Utara
13 d.
Penghasilan dan Pendapatan Penghasilan berhubungan life satisfaction berkaitan dengan kepuasan finansial
Diener Oishi dalam Eid Larsen, 2008. Diener dan Seligman mengatakan bahwa penghasilan mempunyai hubungan yang lemah dengan kebahagiaan.
Dalam hal ini, kemiskinan dilaporkan dapat menyebabkan individu tidak bahagia, namun kekayaan juga dikatakan tidak selamanya menyebabkan individu bahagia
Weiten Llyod,2006.
e. Usia
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bradburn dan Caplovitz dalam Diener, 2009 menemukan bahwa individu usia muda lebih bahagia daripada individu
yang berusia lanjut. Akan tetapi, sejumlah tokoh mengadakan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian tersebut dan hasilnya menunjukkan dua hal,
ada penelitian yang menunjukkan tidak ada efek usia terhadap kebahagiaan tetapi ada juga penelitian yang menemukan adanya hubungan yang positif antara usia
dengan life satisfaction Diener,2009. f.
AgamaKepercayaan Agama merupakan salah satu faktor Life satisfaction. Agama menyediakan
manfaat bagi kehidupan sosial dan psikologis individu sehingga akhirnya meningkatkan life satisfaction. Agama dapat menyediakan perasaan bermakna
dalam kehidupan setiap hari terutama saat masa krisis. Selain itu, juga menyediakan identitas kolektif dan jaringan sosial dari sekumpulan individu yang
memiliki kesamaan sikap dan nilai. Diener , 2009. g.
Kepribadian
Universitas Sumatera Utara
14 Kepribadian merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap subjektive
well-being , Life satisaction merupakan aspek kognitif dari subjective well-being.
Salah satu variabel yang menunjukkan kekonsistennya adalah diantaranya self esteem
Tatartiewiz dalam dienner 1984. Cambell dalam Dienner,1984 menunjukkan kepuasan diri merupakan faktor
yang merupakan faktor kepuasan hidup. Namun self esteem ini juga akan menurun selama masa ketidakbahagiaan Laxeruj dalam Dienner,1984
h. Hubungan sosial
Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction. Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan
keluarga yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya. Sebaliknya, kehilangan orang yang disayangi akan menyebabkan individu menjadi tidak puas
akan hidupnya dan individu tersebut memerlukan waktu untuk kembali menilai kehidupannya secara positif Diener, 2009.
i. Peristiwa hidup
Peristiwa hidup berhubungan dengan afek positif dari peristiwa hidup yang positif maupun negatif. Penelitian menemukan bahwa peristiwa hidup yang dijalani akan
berdampak pada dirinya dan peristiwa tersebut akan berpengaruh pada subjective well-being
individu tersebut Gutsman,dalam Dienner 2009 j.
Ras dan budaya Ras dan budaya mempunyai hubungan yang signifikan dengan life satisfaction
individu Diener,2009. Seperti pada budaya individualis kebebasan dan kemerdekaan individu berpengaruh penting pada life satisfaction individu,
sementara pada budaya yang kolektivis penerimaan terhadap diri mereka menjadi relevan sesuai dengan aturan budaya yang mereka miliki. Ulrick, Simack 2003.
Universitas Sumatera Utara
15
B. SELF ESTEEM
1. Definisi Self Esteem
Self esteem merupakan evaluasi diri sendiri mengenai tinggi rendahnya penghargaan
diri mereka.Individu yang memiliki self esteem yang tinggi akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya. Coopersmith 1967 menyatakan bahwa self esteem merupakan
evaluasi yang dibuat oleh individu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang diekspresikan melalui suatu bentuk penilaian setuju dan menunjukkan tingkat dimana
individu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga. Frey dan Carlock 1987 mendefinisikan self esteem adalah penilaian tinggi atau rendah
terhadap diri sendiri yang menunjukkan sejauh mana individu itu meyakini dirinya sebagai individu yang mampu, penting dan berharga yang berpengaruh dalam perilaku seseorang.
Sementara itu Gecas dan Robert dalam Hurlock, 2007. Mendefinisikan self esteem sebagai evaluasi positif tentang dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, self esteem adalah evaluasi individu terhadap diri sendiri baik negatif mau pun positif mengenai kemampuampuan,perasaan penting dan mampu yang
berpengaruh pada perilaku seseorang. Di mana orang yang memiliki evaluasi individu yang positif akan menerima dirinya apa adanya.
2. Aspek-aspek Self Esteem