70
e. Tempratur Suhu Tubuh
Hasil penelitian terhadap karakteristik responden berdasarkan temperatur suhu tubuh, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol
jumlahnya sama antara yang suhu tubuhnya 37.5° C d an ≤ 37.5°,
secara statistik didapatkan hasil p = 1.000 0.05 berarti kelompok perlakuan dan kontrol homogen.
Infeksi biasanya diikuti oleh peningkatan suhu tubuh dan peningkatan laju metabolisme sehingga jaringan-jaringan yang
mengalami hipoksia akan berisiko menuju iskemik. Selain itu peningkatan suhu tubuh juga meningkatkan perspirasi sehingga
kondisi kulit lebih lembab oleh keringat dan ini akan menjadi predisposisi kerusakan kulit Handayani, 2010.
2. Analisis Bivariat
Pengaruh Penataan Tempat Tidur Lipat Sudut 90° Terhadap Kejadian Dekubitus Derajat I Pada Pasien Tirah Baring
Hasil penelitian pengaruh penataan tempat tidur lipat sudut 90° terhadap kejadian dekubitus derajat I pada pasien tirah baring dengan
menggunakan fisher’s exact diperoleh nilai p = 0.039 0.05 berarti ada
pengaruh yang signifikan antara penataan tempat tidur lipat sudut 90° dengan kejadian dekubitus derajat I pada pasien tirah baring. Didapatkan
juga nilai OR=11.200 1.193 - 105.132, artinya responden yang diberikan perlakuan penataan tempat tidur lipat sudut 90° dapat menurunkan 11 kali
kejadian dekubitus derajat I dibandingkan dengan responden yang
71
diberikan metode tali sudut. Penataan tempat tidur lipat sudut 90° tidak hanya berpengaruh terhadap membantu menurunkan tekanan permukaan
interface pressure , akan tetapi berpengaruh juga dalam mengurangi gaya
geser dan gesekan shear and friction yang dapat membantu menurunkan tingkat kejadian dekubitus.
Dekubitus yaitu kerusakan kulit pada suatu area dan dasar jaringan yang disebabkan oleh tulang yang menonjol, sebagai akibat dari tekanan,
pergeseran, gesekan atau kombinasi dari beberapa hal tersebut NPUAP, 2014. Tindakan keperawatan dalam upaya pencegahan secara dini
terjadinya dekubitus di Rumah Sakit adalah menjaga tekanan permukaan tetap stabil Elkin et al, 2003. Tekanan kapiler normal 12
– 32 mmHg, sehingga tekanan diatas 32 mmHg meningkatkan tekanan interstitial yang
berdampak pada penurunan oksigenasi Dini, et al., 2006. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suriadi, et al 2007 tekanan permukaan
yang tinggi merupakan faktor yang signifikan terjadinya dekubitus. Mekanisme timbulnya dekubitus ini berawal dari adanya tekanan
permukaan yang intensif dan lama, sehingga toleransi jaringan berkurang Bryant, 2000. Dengan adanya tekanan permukaan atau desakan pada
kulit yang terus - menerus, sehingga menyebabkan suplai darah yang menuju kulit terputus dan jaringan akan mati Bryant Denise, 2007.
Salah satu tindakan untuk menjaga tekanan permukaan yaitu dengan metode penataan tempat tidur. Penataan tempat tidur lipat sudut 90° adalah
mengganti alat tenun yang kotor dengan membuat sudut seprei 90° pada
72
setiap sudut matraskasur tempat tidur pasien tanpa memindahkan pasien yang bertujuan untuk memberikan perasaan senang kepada pasien, untuk
mencegah terjadinya dekubitus, dan memelihara kebersihan dan kerapian Ely, 2011. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sumara 2013
yang menelti tentang membandingkan tekanan permukaan interface pressure
antara penataan tempat tidur bed making lipat sudut 90° dengan metode tali sudut didapatkan hasil penelitian tekanan permukaan
interface pressure pada metode bed making an occupied bed lipat sudut 90° lebih rendah dan stabil dibandingkan dengan metode tali sudut.
Menurut Matsuo, et al 2011 tentang effect on air matress pressure redistributtion caused by different in bed making
menyimpulkan bahwa metode
“corner” atau sudut pojok menurunkan area kontak menjadi 0,6 dibandingkan dengan
“No Treatment” yang meningkat 1,8 kali dari MIP Maximum Interface Pressure
dan mengganggu tekanan redistribusi fungsi dari kasur, sedangkan metode
“Tie” atau tali sudut bisa menghambat redistribusi fungsi tekanan dengan cara yang sama dengan
metode “No Treatment”. Kesimpulan : disarankan menggunakan metode
“Corner” karena yang memiliki efek redistribusi tekanan pada kasur udara.
Penataan tempat tidur bed making berkaitan dengan tekanan, gaya geser dan gesek shear dan friction. Kekuatan gaya geser dan gesekan
pada tempat tidur tidak bisa dipisahkan dari adanya tekanan, karena gaya tersebut merupakan komponen integral dari pengaruh tekanan pada pasien
73
Malone McInnes, 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Lahmann Kottner, 2011 tentang hubungan antara shear dan friction dengan
kejadian dekubitus didapatkan hasil tekanan, gaya geser dan gesek shear and friction
sebagai penyebab kuat untuk terjadinya kejadian dekubitus. Penelitian yang dilakukan oleh Cox, 2010 yang meneliti tentang skor
skala braden terhadap kejadian dekubitus, didapatkan hasil penurunan mobilitas, shear friction menjadi faktor penyebab untuk terjadinya
kejadian dekubitus. Gaya geser terjadi saat memindahkan pasien dari tempat tidur ke
usungan dan kulit pasien ditarik melalui tempat tidur, saat geseran terjadi kulit dan lapisan subkutan yang melekat pada permukaan tempat tidur
serta lapisan otot dan tulang meluncur searah dengan pergerakan tubuh. Kapiler yang berada dibawah jaringan teregang dan terjepit oleh gaya
geser yang mengakibatkan terjadi nekrosis diantara jaringan. Kerusakan jaringan terjadi di jaringan dalam sehingga meyebabkan kerusakan dermis
Potter Perry, 2010. Gesekan juga dapat menyebabkan cidera pada kulit pasien yang disebabkan oleh pergerakan kulit pasien pada seprei. Luka
gesekan juga dapat terjadi pada pasien yang sakit tetapi tidak dapat merasakan sensasi nyeri, misalnya pada pasien yang mengalami penurunan
kesadaran Langemo Black, 2010. Gaya geser adalah tekanan pada permukaan melintasi satu dan yang
lainnya seperti tekanan mekanik yang digunakan saat kulit ditarik melintasi permukaan kasar seperti seprei atau linen tempat tidur WOCN,
74
2003. Berbeda dengan cidera akibat gaya geser, cidera akibat gesekan memengaruhi epidermis atau lapisan kulit yang paling luar. Gaya gesek ini
terjadi pada pasien yang pada saat diubah posisinya atau dikembalikan ke posisi semula ditarik bukan diangkat dari permukaan tempat tidur Potter
Perry, 2010.
3. Analisis Multivariat