Uji Parsial Uji t

54 b. Dewan komisaris independen terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan dewan komisaris independen memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar -0,127 dengan signifikansi sebesar 0,000 alpha 0,05 sehingga dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis kedua H 2a yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan ditolak . c. Jumlah komite audit terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan jumlah komite audit memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar -0,015 dengan signifikansi sebesar 0,021 alpha 0,05 sehingga jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis ketiga H 3a yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan ditolak. d. Jumlah rapat komite audit terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.17 menunjukkan jumlah rapat komite audit memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya positif sebesar 0,002 dengan signifikansi sebesar 0,026 alpha 0,05 sehingga jumlah rapat komite 55 audit berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis keempat H 4a yang menyatakan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan diterima. Tabel 4.18 Uji Parsial Uji t Malaysia Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 Constant ,443 ,018 25,038 ,000 ADK -,002 ,001 -,088 -1,723 ,085 DKI -,011 ,013 -,045 -,874 ,383 JKA ,003 ,003 ,044 ,957 ,339 JRKA ,007 ,002 ,132 2,915 ,004 a Dependent Variable: MDSC Berdasarkan pengujian pada Tabel 4.18 dapat dirumuskan model regresi sebagai berikut: MDSC = 0,443 – 0,002ADK – 0,011DKI + 0,003JKA + 0,007JRKA + e Hasil pengujian terhadap hipotesis-hipotesis penelitian : a. Proporsi dewan komisaris terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan proporsi dewan komisaris memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar -0,002 dengan 56 signifikansi sebesar 0,085 alpha 0,05 sehingga proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis pertama H 1b yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan ditolak. b. Dewan komisaris independen terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan dewan komisaris independen memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya negatif sebesar - 0,011 dengan signifikansi sebesar 0,383 alpha 0,05 sehingga dewan komisaris independen berpengaruh negative terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis kedua H 2b yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan ditolak . c. Jumlah komite audit terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan jumlah komite audit memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya positif sebesar 0,003 dengan signifikansi sebesar 0,339 alpha 0,05 sehingga jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis ketiga H 3b yang menyatakan bahwa jumlah komite audit berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan ditolak. 57 d. Jumlah rapat komite audit terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS Berdasarkan Tabel 4.18 menunjukkan jumlah rapat komite audit memiliki nilai koefisien regresi yang arahnya positif sebesar 0,007 dengan signifikansi sebesar 0,003 alpha 0,05 sehingga jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS. Dengan demikian hipotesis keempat H 4b yang menyatakan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh positif terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS di Indonesia dinyatakan diterima.

4. Independent Sample t-test

TABEL 4.19 Uji Beda t Indonesia-Malaysia Independent Samples t-test Levenes Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. 2- tailed Equal variances assumed 34,894 ,000 -5,386 712 ,000 Equal variances not assumed -4,856 344,738 ,000 Berdasarkan Tabel 4.19 didapatkan hasil bahwa nilai F hasil Levene’s test for equality of variance pada ukuran perusahaan sebesar 34,894 dengan signifikan 0,000 karena signifikan 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua negara tersebut Indonesia dan Malaysia memiliki tingkat pengukapan mandatory disclosure konvergensi IFRS yang berbeda. Dengan demikian 58 hipotesis kelima H 5a yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS antara Indonesia dan Malaysia dinyatakan diterima.

5. Chow test

RSSur = 0,306 + 0,435 = 0,741 RSSr = 0,824 n =706 k = 4 F hitung = 20,75 F tabel = 2,384 F hitung F tabel Hasil Chow test menunjukan bahwa nilai F hitung sebesar 20,75 dan F tabel sebesar 2,384 yang berarti pengaruh proporsi dewan komisaris, dewan komisaris independen, jumlah komite audit, dan jumlah rapat komite audit terhadap mandatory disclosure konvergensi IFRS antara Indonesia dan Malaysia memang berbeda. Dengan demikian hipotesis kelima H 5b yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengaruh mekanisme corporate 59 governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure konvergensi IFRS antara Indonesia dan Malaysia diterima.

E. Pembahasan Interpretasi

a. Hubungan proporsi dewan komisaris terhadap mandatory disclosure

konvergensi IFRS Proporsi dewan komisaris memiliki tugas utama untuk mengawasi dan mengevaluasi pembuatan dan pelaksanaan kebijakan di perusahaan, proporsi dewan komisaris yang efektif berada pada rentang lebih dari lima orang dan kurang dari empat belas orang. Peran dewan komisaris diharapkan mampu mengawasi kinerja CEO yang akan berdampak pada peningkatan kualitas laporan. Baiknya kualitas laporan yang disajikan maka akan meningkatkan transparansi dalam pengungkapan. Hasil uji parsial di Indonesia dan Malaysia menunjukan bahwa proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap mandatory disclosure yang berarti hasil penelitian menolak hipotesis pertama H 1a dan H 1b . Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Prawinandi et al., 2012, Pitasari dan Septiani 2014 bahwa proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap mandatory disclosure. Tidak berpengaruhnya variabel proporsi dewan komisaris dalam penelitian dugaan dari peneliti karena jumlah dewan komisaris yang terlalu besar akan lebih sulit dalam proses pengambilan keputusan, banyaknya idefikiran masing-masing dewan komisaris akan membutuhkan waktu yang

Dokumen yang terkait

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

0 8 22

PENGARUH DIVERSIFIKASI GEOGRAFIS, DIVERSIFIKASI OPERASI DAN MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang list di Bursa Efek Indonesia, Bursa Efek Australia dan Bursa Efek Singapura tahun 2014)

0 6 171

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP ENVIRONMENTAL DISCLOSURE DI INDONESIA DAN MALAYSIA (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia tahun 2013-2015)

3 30 146

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP AUDIT FEE (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia Tahun 2014-2015)

1 27 113

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE DI INDONESIA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2015)

5 18 117

PERAN STUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DALAM TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)

0 2 73

Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Corporate Governance Disclosure Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 Di Bursa Efek Indonesia

0 0 73

PERAN STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE DALAM TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

0 0 17

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DICLOSURE KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA SKRIPSI

0 1 16

PENGARUH STRUKTUR CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN MANDATORY DISCLOSURE KONVERGENSI IFRS

0 0 19