Kemitraan Tinjauan Pustaka .1 Budidaya Tanaman Kubis, Cabai dan Kentang

kesempatan ingin berusaha, ketimpangan pendapatan, ketimpangan antar wilayah ketimpangan kota dan desa. Kemitraan yang dibangun atas landasan saling membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan fungsi dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan dan proporsi yang dimiliki oleh masing masing pihak yang terlibat dalam kemitraan tersebut Hafsah, 2000. Linton 1997 mengatakan bahwa kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasar kontrak. Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapa tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan pembelipemasok tradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki persaingan secara keseluruhan. Kemitraan telah diberi sejumlah nama, termasuk strategi kerjasama dengan pelanggan strategic customer alliance, strategi kerjasama dengan pemasok strategic supplier alliance dan pemanfaatan sumber daya kemitraan partnership sourcing. Konsep kemitraan agribisnis contract farming sebenarnya sudah semakin jelas, tetapi dalam implementasinya masih terdapat berbagai perbedaan. Penyebab utama perbedaan tersebut adalah keragaman persepsi terhadap para pelaku, baik peaku agribisnis hulu petani maupun pelaku agribisnis hilir investor yang bermitra dengan petani. Berbagai bentuk konsep pemberdayaan masyarakat yang berbasis pada kemitraan ditawarkan oleh pihak investor, baik pemerintah maupun swasta. Konsep kemitraan yang banyak dilakukan di Indonesia terdiri dari dua tipe, yaitu tipe dispersal dan tipe sinergis. 1. Tipe dispersal Dalam hal ini tipe dispersal dapat diartikan sebagai pola hubungan antar pelaku usaha yang satu sama lain tidak memiliki ikatan formal yang kuat. Pada kemitraan dispersal, pihak pengusaha lebih kuat dibandingkan produsen. Pihak pengusaha ini sangat berperan dalam berhubungan dengan produsen yang lemah. Dengan demikian, pemodal kuat yang umumnya berwawasan luas, lebih berpendidikan dan telah berperan di subsistem hilir menjadi diuntungkan oleh berbagai kelemahan pengusaha kecil sebagai produsen. 2. Tipe sinergis dan saling menguntungkan Tipe ini berbasis pada kesadaran saling membutuhkan dan saling mendukung pada masing masing pihak yang bermitra. Sistem kemitraan ini sudah mulai banyak ditemukan di daerah pedalaman hinterland kota kota besar dan kota menengah. Sinergi yang dimaksud saling menguntungkan disini diantaranya dalam bentuk petani menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak pengusaha eksportir menyediakan modal, bimbingan teknis, dan atau penjaminan pasar. Tujuan kemitraan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ketahanan ekonomi nasional Hafsah, 2000. Pengembangan kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis telah memberikan dampak positif bagi keberhasilan pengembangan sistem agribisnis. Dampak positif tersebut Sumardjo dan Darmono, 2004 adalah : 1. Keterpaduan dalam sistem pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani, meliputi permodalan sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran. 2. Kejelasan aturan atau kesepakatan, sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada. Kesepakatan tentang aturan, perubahan harga, dan pembagian hasil harus dibuat secara adil oleh pihak- pihak yang bermitra. Dengan demikian, tujuan, kepentingan dan kesinambungan bisnis dari kedua pihak dapat terlaksana dan saling menguntungkan. 3. Keterkaitan antar pelaku dalam sistem agribisnis hulu-hilir yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Komitmen ini menyangkut mutu dan kuantitas, serta keinginan saling melestarikan hubungan dengan menjalin kerjasama saling menguntungkan secara adil. 4. Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Sikap Sikap adalah determinasi perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan siap mental yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman dan menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atau reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek- objek dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan. Definisi tersebut tentang sikap menimbulkan implikasi-implikasi tertentu bagi seseorang Winardi, 2004. Sikap adalah gambaran perilaku kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Sikap ini harus dibaca dengan hati hati, sebab gambaran yang terwujud tersebut dapat direkayasa sedemikian rupa yang ada pada gilirannya akan membutakan kita dari keadaan yang sesungguhnya Suit dan Almasdi, 2006. Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum efektif. Kontinum afektif dapat berkisar antara “sangat positif” hingga ke “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap tertentu Mueller, 1992. Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu sikap yang berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu berkisar dari sangat positif hingga ke sangat negatif terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik perskalaan likert pengukuran ini dilakukan dengan mencatat penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap Daniel, 1992. Menurut Ahmadi 1999, disamping pembagian sikap atas sosial dan individual, sikap dapat pula dibedakan sebagai berikut. 1 Sikap Positif, sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.